DIPATI SINGAPERBANGSA (Dok Salakanagara)

Makam Bupati pertama Kabupaten Karawang.
Adanya suatu tempat ataupun keadaan pastinya ada awal mula dan melalui suatu proses yang terjadi tidak dalam hitungan detik, hanya hal yang sepele saja yang dengan mudah dapat terbentuk. Tuhan memberikan kelebihan pada kita itu adalah suatu tugas, kita harus mengamalkan dan memanfaatkannya. Hal itulah yang dilakukan oleh seseorang dengan perjuangannya dapat merintis pendirian suatu wilayah yang sekarang disebut kota Karawang. Beliau adalah Bupati pertama Karawang yakni Dalem Adipati Singaperbangsa.

Pada sekitar abad XIV agama Islam telah masuk ke Karawang, yang dibawa oleh ulama besar yang bernama Syeikh Hasanudin Bin Yusuf Idofi dari Mekah, yang terkenal dengan sebutan Syeikh Quro, kemudian ajarannya dilanjutkan oleh para wali yang disebut Wali Sanga. Setelah wafat Syeikh Quro dimakamkan di Pulobata Kecamatan Lemahabang Karawang, yang sekarang diziarahi oleh banyak orang baik dari Karawang sendiri maupun dari luar.
Asal kata Karawang berasal dari kata "Ka-rawa-an", karena pada masa itu daerahnya merupakan hutan belantara dan berawa-rawa. Sebagai bukti, pada saat ini banyak nama tempat yang berasal dari kata rawa, misalnya Rawasari, Rawamerta, Rawa Sikut, Rawa Gempol, Rawagabus, dan lain-lain.
Pada masa kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung, beliau menetapkan daerah Karawang sebagai pusat logistik yang strategis, mempunyai pemerintahan sendiri yang langsung berada dibawah pengawasannya, dan dipimpin oleh orang yang cakap dan ahli perang. Selain itu juga harus mampu menggerakan masyarakat untuk membangun pesawahan guna mendukung logistik dalam rencana penyerangan VOC (Belanda) di Batavia.
Pada tahun 1632, Sultan Agung mengutus Wiraperbangsa menuju Karawang dengan tujuan membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Tugas tersebut dilaksanakan dengan baik. Wiraperbangsa dianugerahi jabatan Wedana di Karawang (setingkat bupati sekarang) dan diberi gelar Adipati Kertabumi III, kemudian wafat di Galuh. Selanjutnya jabatan Bupati Karawang diserahkan kepada Raden Singaperbangsa (Adipati Kertabumi IV), tugas pokok yang diemban yaitu mengusir VOC dan membangun pesawahan untuk mendukung logistik kebutuhan perang.
Berdasarkan sumber-sumber sejarah dan dikuatkan dengan tulisan di batu nisan makam Singaperbangsa, ditetapkan tanggal 10 Mulud tahun Alif (Jawa) 14 September 1633 M, menjadi hari jadi kabupaten Karawang dan Bupati pertamanya Singaperbangsa. Sejak jaman pemerintahan Adipati Singaperbangsa, Karawang dikenal sebagai daerah lumbung padi Jawa Barat dan pangkal perjuangan. Singaperbangsa sendiri memerintah dari tahun 1633 sampai wafat yakni 1677.

Makam Bupati Karawang

Mungkin diantara pembaca sudah pernah mendengar nama daerah yang bernama kampung Cigobang Barat, Desa Manggungjaya, atau sering disebut dengan Manggung di Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang. Bagi orang yang tahu daerah tersebut pasti sudah tidak asing lagi dan secara tidak langsung sebagian dari mereka akan tertuju kesuatu tempat yaitu makam Bupati pertama Karawang Dalem Adipati Singaperbangsa dan makam para bupati penerusnya yang pernah memerintah Kabupaten Karawang. Dan bagi orang yang tidak tahu, mungkin akan bertanya-tanya tentang apa yang menariknya tempat tersebut, sehingga orang lain banyak mengenalnya, tidak hanya orang Karawang, masyarakat diluar Karawang pun sudah mengenal bahkan tidak sedikit dari mereka yang pernah berkunjung.
Makam tersebut terletak disebelah barat laut kecamatan Cilamaya Kulon, dan dibagian utara kabupaten karawang. Disekeliling tempat tersebut, terdapat sawah-sawah yang terbentang luas dengan disertai kebun-kebun, dan disana juga terdapat tambak-tambak ikan yang dikelola oleh penduduk sekitar. Dibagian utara dari makam tersebut terdapat pesisir pantai dan muara yang bernama Muara Ciparage, yang sebelumnya terbentang sungai besar yang melintasi daerah Tempuran dan sekitarnya. Sungai besar tersebut berasal dari aliran-aliran sungai dibagian utara Jawa Barat. Sungai tersebut dapat mengairi pesawahan dan tambak Ikan milik penduduk sekitarnya.
Antara kota Karawang dan desa Manggung Jaya ± berjarak 35 km. Tempat yang sering dijadikan sarana bagi orang yang berjiarah tersebut, dihubungkan oleh empat arah, diantaranya arah dari Barat adalah dari Turi dan menuju kecamatan Telagasari lalu mengarah ke kota Karawang. Ke timur adalah arah dari Cilamaya, kearah utara adalah muara Ciparage dan pesisir pantai, sedangkan dari arah selatan menuju ke kecamatan Lemah Abang Wadas dan Cikampek.
Disekitar daerah pemakaman banyak tumbuh pohon kelapa, karena berdekatan dengan pesisir pantai dan laut, rasa air disana pun terasa asin. Dan hal itu dimanfaatkan penduduk untuk memelihara ikan yang ditempatkan di tambak-tambak yang tidak jauh dari rumah mereka.

Pengelolaan dan Pelestarian Makam Singaperbangsa
Mengingat tempat tersebut adalah makam dari bupati Karawang, jadi sistem kepengurusan dan pengelolaannya, dipimpin langsung oleh bupati Karawang yang sekarang memerintah dan dibawah pengawasan Pemda Kabupaten Karawang. Bahkan sejak dari pendiriannya sampai sekarang pengelolaan dan pelestarian makam keramat tersebut sudah dimasukan dalam anggaran dari Pemda Karawang.
Para pegawai maupun Bupati Karawang sering berkunjung ke tempat tersebut bahkan tidak jauh dari pemakaman sudah didirikan rumah persingggahan untuk Bupati dan rombongannya. Terutama pada tanggal 10 Mulud (Penanggalan tahun hijriah/Islam), bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, dipastikan para pejabat tinggi pemerintah Karawang tersebut hadir disana, untuk melakukan jiarah.
Khusus pada saat hari ulang tahun Kabupaten Karawang selain berkunjungnya Bupati dan rombongan, juga sering dilakukan penulisan ulang buku sejarah kabupaten Karawang dan makam Singaperbangsa termasuk didalamnya. Menurut keterangan penjaga makam/kuncen, bahwa perenovasian makam agung tersebut, dengan membangun benteng disekitarnya.
Bentuk dari makam yang hanya dikhususkan bagi para bupati tersebut, terdiri dari sebuah bangunan yang cukup besar, yang bentuknya menyerupai Keraton yang didalamnya terdapat tujuh buah makam yang satu sama lain terpisah dalam masing-masing ruangan. Dibelakangnya terdapat sebuah mushola dan sebuah bangunan tempat peristirahatan yang disekelilingnya ditumbuhi pohon-pohon besar dan rindang yang diperkirakan sudah berumur puluhan tahun. Bangunan-bangunan tersebut dibangun diatas lahan seluas 2 hektar, dan sudah menjadi lahan milik pemerintah Karawang.
Didalam bangunan pemakaman terdapat 7 buah makam, yang diantaranya 5 makam almarhum Bupati, 1 makam sesepuh daerah tersebut, dan 1 makam lagi belum diisi. Menurut informasi, makam kosong tadinya diperuntukan bagi Bupati Ke-6, tetapi karena tidak diperbolehkan oleh keluarga yang bersangkutan, proses pemindahannya tidak berlangsung.
Adapun nama Makam Bupati dan sesepuh tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Dalem Adipati Singaperbangsa, dengan gelar Adipati Kertabumi IV, yaitu Bupati Ke- 1, periode 1633-1677
2. R. Anom Wirasuta, dengan gelar R.A. Patatayuda I, yaitu Bupati ke-2, periode 1677-1721
3. R. Jayanegara, dengan gelar R.A Panatayuda II, yaitu Bupati Ke-3, periode 1721-1731
4. R. Martanegara / R. Singanagara, dengan gelar R. A Panatayuda III, yaitu Bupati Ke-4, periode 1731-1752
5. R. Mohamad Soleh, dengan gelar R. A Panatayuda IV, yaitu Bupati Ke-5, periode 1752-1786
6. Ibu Siti Ansiah (Keramat Manggung), Kampung Kali Daon Cigobang, Desa Ciparage

Sebelumnya di Manggung Jaya hanya terdapat makam panembahan Singaperbangsa. Yang menurut cerita ditemukan menurut pemberitahuan dari seorang Guru Besar Agama Islam di Purwakarta yang menyatakan kepada muridnya yang tinggal di Manggung, bahwa di daerah tersebut terdapat makam seorang Wali Allah yang hapal Al-Quran dan merupakan seorang pemimpin.
Setelah berdiri, baru apada sekitar tahun 1993 diadakan penyatuan jenazah para almarhum Bupati setelah pemerintahan Adipati Singaperbangsa untuk dimakamkan, satu pemakaman yaitu di Manggung Jaya akan tetapi yang berhasil hanya empat Bupati, untuk yang lainnya dipertahankan oleh pihak keluarganya.

Keadaannya Sekarang
Sejarah ternyata hanyalah sebuah tumpukan cerita, terkadang menumpuk begitu saja sampai tidak terurus dan tercancam musnah, sampai selesainya tulisan ini, penulis masih prihatin terutama mengenai kelestarian situs sejarah dipemakaman bupati ini, tahun demi tahun semakin sepi, hanya orang-orang tertentulah yang berkunjung, dan yang lebih memperihatinkan, bangunan tampak sudah tidak terurus dan terlantar. Secara objek memang situs ini kalah jauh dibandingkan objek pantai disekitarnya yang dari waktu ke waktu semakin ramai dikunjungi wisatawan baik dari Karawang maupun dari luar, tapi secara nilai historis, budaya ataupun keilmuan, situs ini seharusnya bisa dikembangkan lagi menjadi objek yang lebih menarik. Jangan sampai punah termakan jaman, dan dilupakan terutama oleh generasi mendatang.

Orang sekarang banyak sekali menggunkan Nama Singaperbangsa untuk mengenangnya dan mengabadikannya seperti nama Jalan yang di namakan Jalan Singaperbangsa ada juga di daerah Kota Karawang di gunakan untuk nama sebuah Stadion yaitu Stadion Singaperbangsa, dan nama itu juga melibatkan sebuah instansi pendidikan yaitu di sebuah Universitas yang di namakan UNSIKA ( Universitas Singaperbangsa Karawang ). Sserta di pemerintahannyapun nama tersebut di gunakan sebagai nama Gedung yaitu Gedung Singaperbangsa dan nama Simgaperbngsa tersebut akan tetap abadi selamanya.
Sumber : http://nurhadiprayogi.blogspot.com/

Comments

Popular posts from this blog

NGARAN PAPARABOTAN JEUNG PAKAKAS

Masrahkeun Calon Panganten Pameget ( Conto Pidato )

Sisindiran, Paparikan, Rarakitan Jeung Wawangsalan katut contona