DIPATI SINGAPERBANGSA (Dok Salakanagara)
- Get link
- X
- Other Apps
Makam Bupati pertama Kabupaten Karawang.
Adanya suatu tempat ataupun keadaan pastinya ada awal mula dan melalui
suatu proses yang terjadi tidak dalam hitungan detik, hanya hal yang
sepele saja yang dengan mudah dapat terbentuk. Tuhan memberikan
kelebihan pada kita itu adalah suatu tugas, kita harus mengamalkan dan
memanfaatkannya. Hal itulah yang dilakukan oleh seseorang dengan
perjuangannya dapat merintis pendirian suatu wilayah yang sekarang
disebut kota Karawang. Beliau adalah Bupati pertama Karawang yakni Dalem
Adipati Singaperbangsa.
Pada sekitar abad XIV agama Islam
telah masuk ke Karawang, yang dibawa oleh ulama besar yang bernama
Syeikh Hasanudin Bin Yusuf Idofi dari Mekah, yang terkenal dengan
sebutan Syeikh Quro, kemudian ajarannya dilanjutkan oleh para wali yang
disebut Wali Sanga. Setelah wafat Syeikh Quro dimakamkan di Pulobata
Kecamatan Lemahabang Karawang, yang sekarang diziarahi oleh banyak orang
baik dari Karawang sendiri maupun dari luar.
Asal kata Karawang
berasal dari kata "Ka-rawa-an", karena pada masa itu daerahnya merupakan
hutan belantara dan berawa-rawa. Sebagai bukti, pada saat ini banyak
nama tempat yang berasal dari kata rawa, misalnya Rawasari, Rawamerta,
Rawa Sikut, Rawa Gempol, Rawagabus, dan lain-lain.
Pada masa
kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung, beliau menetapkan daerah
Karawang sebagai pusat logistik yang strategis, mempunyai pemerintahan
sendiri yang langsung berada dibawah pengawasannya, dan dipimpin oleh
orang yang cakap dan ahli perang. Selain itu juga harus mampu
menggerakan masyarakat untuk membangun pesawahan guna mendukung logistik
dalam rencana penyerangan VOC (Belanda) di Batavia.
Pada tahun
1632, Sultan Agung mengutus Wiraperbangsa menuju Karawang dengan tujuan
membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Tugas tersebut dilaksanakan
dengan baik. Wiraperbangsa dianugerahi jabatan Wedana di Karawang
(setingkat bupati sekarang) dan diberi gelar Adipati Kertabumi III,
kemudian wafat di Galuh. Selanjutnya jabatan Bupati Karawang diserahkan
kepada Raden Singaperbangsa (Adipati Kertabumi IV), tugas pokok yang
diemban yaitu mengusir VOC dan membangun pesawahan untuk mendukung
logistik kebutuhan perang.
Berdasarkan sumber-sumber sejarah dan
dikuatkan dengan tulisan di batu nisan makam Singaperbangsa, ditetapkan
tanggal 10 Mulud tahun Alif (Jawa) 14 September 1633 M, menjadi hari
jadi kabupaten Karawang dan Bupati pertamanya Singaperbangsa. Sejak
jaman pemerintahan Adipati Singaperbangsa, Karawang dikenal sebagai
daerah lumbung padi Jawa Barat dan pangkal perjuangan. Singaperbangsa
sendiri memerintah dari tahun 1633 sampai wafat yakni 1677.
Makam Bupati Karawang
Mungkin diantara pembaca sudah pernah mendengar nama daerah yang
bernama kampung Cigobang Barat, Desa Manggungjaya, atau sering disebut
dengan Manggung di Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang. Bagi
orang yang tahu daerah tersebut pasti sudah tidak asing lagi dan secara
tidak langsung sebagian dari mereka akan tertuju kesuatu tempat yaitu
makam Bupati pertama Karawang Dalem Adipati Singaperbangsa dan makam
para bupati penerusnya yang pernah memerintah Kabupaten Karawang. Dan
bagi orang yang tidak tahu, mungkin akan bertanya-tanya tentang apa yang
menariknya tempat tersebut, sehingga orang lain banyak mengenalnya,
tidak hanya orang Karawang, masyarakat diluar Karawang pun sudah
mengenal bahkan tidak sedikit dari mereka yang pernah berkunjung.
Makam tersebut terletak disebelah barat laut kecamatan Cilamaya Kulon,
dan dibagian utara kabupaten karawang. Disekeliling tempat tersebut,
terdapat sawah-sawah yang terbentang luas dengan disertai kebun-kebun,
dan disana juga terdapat tambak-tambak ikan yang dikelola oleh penduduk
sekitar. Dibagian utara dari makam tersebut terdapat pesisir pantai dan
muara yang bernama Muara Ciparage, yang sebelumnya terbentang sungai
besar yang melintasi daerah Tempuran dan sekitarnya. Sungai besar
tersebut berasal dari aliran-aliran sungai dibagian utara Jawa Barat.
Sungai tersebut dapat mengairi pesawahan dan tambak Ikan milik penduduk
sekitarnya.
Antara kota Karawang dan desa Manggung Jaya ± berjarak
35 km. Tempat yang sering dijadikan sarana bagi orang yang berjiarah
tersebut, dihubungkan oleh empat arah, diantaranya arah dari Barat
adalah dari Turi dan menuju kecamatan Telagasari lalu mengarah ke kota
Karawang. Ke timur adalah arah dari Cilamaya, kearah utara adalah muara
Ciparage dan pesisir pantai, sedangkan dari arah selatan menuju ke
kecamatan Lemah Abang Wadas dan Cikampek.
Disekitar daerah pemakaman
banyak tumbuh pohon kelapa, karena berdekatan dengan pesisir pantai dan
laut, rasa air disana pun terasa asin. Dan hal itu dimanfaatkan
penduduk untuk memelihara ikan yang ditempatkan di tambak-tambak yang
tidak jauh dari rumah mereka.
Pengelolaan dan Pelestarian Makam Singaperbangsa
Mengingat tempat tersebut adalah makam dari bupati Karawang, jadi
sistem kepengurusan dan pengelolaannya, dipimpin langsung oleh bupati
Karawang yang sekarang memerintah dan dibawah pengawasan Pemda Kabupaten
Karawang. Bahkan sejak dari pendiriannya sampai sekarang pengelolaan
dan pelestarian makam keramat tersebut sudah dimasukan dalam anggaran
dari Pemda Karawang.
Para pegawai maupun Bupati Karawang sering
berkunjung ke tempat tersebut bahkan tidak jauh dari pemakaman sudah
didirikan rumah persingggahan untuk Bupati dan rombongannya. Terutama
pada tanggal 10 Mulud (Penanggalan tahun hijriah/Islam), bersamaan
dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, dipastikan para pejabat
tinggi pemerintah Karawang tersebut hadir disana, untuk melakukan
jiarah.
Khusus pada saat hari ulang tahun Kabupaten Karawang selain
berkunjungnya Bupati dan rombongan, juga sering dilakukan penulisan
ulang buku sejarah kabupaten Karawang dan makam Singaperbangsa termasuk
didalamnya. Menurut keterangan penjaga makam/kuncen, bahwa perenovasian
makam agung tersebut, dengan membangun benteng disekitarnya.
Bentuk
dari makam yang hanya dikhususkan bagi para bupati tersebut, terdiri
dari sebuah bangunan yang cukup besar, yang bentuknya menyerupai Keraton
yang didalamnya terdapat tujuh buah makam yang satu sama lain terpisah
dalam masing-masing ruangan. Dibelakangnya terdapat sebuah mushola dan
sebuah bangunan tempat peristirahatan yang disekelilingnya ditumbuhi
pohon-pohon besar dan rindang yang diperkirakan sudah berumur puluhan
tahun. Bangunan-bangunan tersebut dibangun diatas lahan seluas 2 hektar,
dan sudah menjadi lahan milik pemerintah Karawang.
Didalam bangunan
pemakaman terdapat 7 buah makam, yang diantaranya 5 makam almarhum
Bupati, 1 makam sesepuh daerah tersebut, dan 1 makam lagi belum diisi.
Menurut informasi, makam kosong tadinya diperuntukan bagi Bupati Ke-6,
tetapi karena tidak diperbolehkan oleh keluarga yang bersangkutan,
proses pemindahannya tidak berlangsung.
Adapun nama Makam Bupati dan sesepuh tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Dalem Adipati Singaperbangsa, dengan gelar Adipati Kertabumi IV, yaitu Bupati Ke- 1, periode 1633-1677
2. R. Anom Wirasuta, dengan gelar R.A. Patatayuda I, yaitu Bupati ke-2, periode 1677-1721
3. R. Jayanegara, dengan gelar R.A Panatayuda II, yaitu Bupati Ke-3, periode 1721-1731
4. R. Martanegara / R. Singanagara, dengan gelar R. A Panatayuda III, yaitu Bupati Ke-4, periode 1731-1752
5. R. Mohamad Soleh, dengan gelar R. A Panatayuda IV, yaitu Bupati Ke-5, periode 1752-1786
6. Ibu Siti Ansiah (Keramat Manggung), Kampung Kali Daon Cigobang, Desa Ciparage
Sebelumnya di Manggung Jaya hanya terdapat makam panembahan
Singaperbangsa. Yang menurut cerita ditemukan menurut pemberitahuan dari
seorang Guru Besar Agama Islam di Purwakarta yang menyatakan kepada
muridnya yang tinggal di Manggung, bahwa di daerah tersebut terdapat
makam seorang Wali Allah yang hapal Al-Quran dan merupakan seorang
pemimpin.
Setelah berdiri, baru apada sekitar tahun 1993 diadakan
penyatuan jenazah para almarhum Bupati setelah pemerintahan Adipati
Singaperbangsa untuk dimakamkan, satu pemakaman yaitu di Manggung Jaya
akan tetapi yang berhasil hanya empat Bupati, untuk yang lainnya
dipertahankan oleh pihak keluarganya.
Keadaannya Sekarang
Sejarah ternyata hanyalah sebuah tumpukan cerita, terkadang menumpuk
begitu saja sampai tidak terurus dan tercancam musnah, sampai selesainya
tulisan ini, penulis masih prihatin terutama mengenai kelestarian situs
sejarah dipemakaman bupati ini, tahun demi tahun semakin sepi, hanya
orang-orang tertentulah yang berkunjung, dan yang lebih memperihatinkan,
bangunan tampak sudah tidak terurus dan terlantar. Secara objek memang
situs ini kalah jauh dibandingkan objek pantai disekitarnya yang dari
waktu ke waktu semakin ramai dikunjungi wisatawan baik dari Karawang
maupun dari luar, tapi secara nilai historis, budaya ataupun keilmuan,
situs ini seharusnya bisa dikembangkan lagi menjadi objek yang lebih
menarik. Jangan sampai punah termakan jaman, dan dilupakan terutama oleh
generasi mendatang.
Orang sekarang banyak sekali menggunkan
Nama Singaperbangsa untuk mengenangnya dan mengabadikannya seperti nama
Jalan yang di namakan Jalan Singaperbangsa ada juga di daerah Kota
Karawang di gunakan untuk nama sebuah Stadion yaitu Stadion
Singaperbangsa, dan nama itu juga melibatkan sebuah instansi pendidikan
yaitu di sebuah Universitas yang di namakan UNSIKA ( Universitas
Singaperbangsa Karawang ). Sserta di pemerintahannyapun nama tersebut di
gunakan sebagai nama Gedung yaitu Gedung Singaperbangsa dan nama
Simgaperbngsa tersebut akan tetap abadi selamanya.
Sumber : http:// nurhadiprayogi.blogspot.com/
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment
Saumpamina aya nu peryogi di komentaran mangga serat di handap. Saran kiritik diperyogikeun pisan kanggo kamajengan eusi blog.