Posts

Showing posts from 2013

INGGIT GARNASIHI

Image
Oleh : Natasha Bellania Pertiwi(@achabp) Jika ditanya siapa perempuan indonesia inspiratif bagi saya, salah satunya adalah Ibu Inggit Garnasih. sangat mengagumkan bagi saya, dalam banyak hal. Tak hanya inspiratif, sosoknya yang sederhana, penyayang, keibuan dan memiliki pendirian menjadikannya simbol wanita mandiri. Garnasih lahir di Desa Kamasan, Banjaran, Kab.Bandung, 17 Februari 1888,dari pasangan Ardjipan dan Amsi. Nama itu diberikan dengan penuh makna dan harapan, kelak menjadi anak yang hegar, segar, menghidupkan, dan penuh kasih sayang. Menginjak dewasa Garnasih menjadi gadis cantik sehingga ke mana pun ia pergi selalu menjadi perhatian pemuda. Di antara mereka sering melontarkan kata-kata, “Mendapat senyuman dari Garnasih sama dengan mendapat uang seringgit.” (Pada saat itu 1 ringgit sama dengan 2,5 gulden dan nilainya tinggi.) Akhirnya, julukan inilah yang merangkai namanya menjadi Inggit Garnasih. Ya, Inggit adalah istri kedua Soekarno. Bisa dikatakan beliau adalah sosok

HARI LAHIR DAN WATAK (dok.Salakanagara)

Image
Richadiana Kartakusuma (Admin Salakanagara) HARI LAHIR sangat mempengaruhi watak dan kepribadian kendati tak luput watak dan kepribadian juga dipengaruhi keluarga dan lingkunga sekitarnya (pendidikan, pekerjaan dll) SENIN (SOMA-WARA): Wedal Senin dilambangkan bunga. Sifat dasar dari bunga adalah keindahan jadi tak ada salahnya jika yang lahir di hari senin bisa diberi julukan si Rupawan. Orang-orang ini cenderung narsis dan posesif selalu ceria atau periang selalu membuat kesan humoris pada orang-orang di sekitarnya mempunyai daya pikat yang luar biasa, karena memiliki aura kuat seperti lambangnya = bunga. selalu menjadi pusat perhatian dan orang-orang akan segera menyukaiinya. cocok berkarier di dunia seni hiburan, host adalah profesi yang baik manusia Senin SALASA (ANGGARA-WARA): Wedal selasa dilambangkan api. Sifat dasar api adalah kuat dan hidup. kharismatik. Disegani karena berjiwa pemimpin. mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bukannya hanya dalam penamp

KOTA BANJAR : BANJAR KARANG PAMIDANGAN (Dok.Salakanagara)

Oleh : H.R. Hidayat Suryalaga Secara administratif kewilayahan dan pemerintahan Kota Banjar belum terbilang lama, baru seumur jagung, tetapi dalam peta sejarah kebudayaan Tatar Sunda, kota Banjar telah terbilang lama dikenal dan dikenang orang. Penulis sendiri dilahirkan ke Buana Panca Tengah, ini di sebuah kota kecil – Banjarsari – yang tidak begitu jauh dari kota Banjar ini. Pada awal tahuh 50-an , suatu waktu di satu rumah di daerah Cimenyan dekat “pudunan viaduct”, saya mendengar seorang sesepuh berbincang dengan ayahanda, tentang “Sarsilah Banjar dan Sungai Citanduy” serta beberapa tempat yang dialirinya. Alur cerita dan beberapa pemaknaannya masih ada yang saya ingat. Pada kesempatan sekarang izinkanlah saya memaparkan sedikit tentang yang dibincangkan sesepuh tadi. Dengan harapan pada akhirnya dari esensi yang terkandung dalam cerita ini berkemungkinan untuk dijadikan acuan dan dikaitkan dengan kegiatan kita pada saat ini yaitu “menata ruang dan lingkungan h

SISKANDANG KARESIAN DAN KUNDANGEUN URANG REYA(dok.Salakanagara)

Dari jaman Siliwangi, kita diwarisi sebuah naskah kuno yang disebut SISKANDANG KARESIAN DAN KUNDANGEUN URANG REYA (untuk pegangan hidup orang banyak). Naskah ini tersiri atas 30 lembar dan pada akhir naskah dicantumkan tahun penulisannya, yaitu NORA CATUR SAGARA WULAN (tahun 1440 (Saka) atau 1518 M. Naskah ini disimpan di Museum Pusat dengan nomor kode KROPAK 630. Sebagian isi dari naskah itu, ada baiknya juga kita ketahui sebagai berikut: 1. Dasakerta (kesejahteraan yang sepuluh) 2. Tapa di Nagara 3. Panca parisuda 4. Hidup yang penuh berkah 5. Parigeuing dan dasa pasanta 6. Tritangtu di bumi (tiga posisi di dunia)

Kehidupan Keagamaan Masyarakat Sunda Kuno (Dok.Salakanagara)

Penemuan-penemuan sejumlah bangunan era Megalitikum mengindikasikan bahwa rakyat Sunda kuno cukup religius. Sebelum pengaruh Hindu dan Buddha tiba di Pulau Jawa, masyarakat Sunda telah mengenal sejumlah kepercayaan, seperti terhadap leluhur, benda-benda angkasa dan alam seperti matahari, bulan, pepohonan, sungai, dan lain-lain. Pengenalan terhadap teknik bercocok tanam (ladang) dan beternak, membuat masyarakat percaya terhadap kekuatan alam. Untuk mengungkapkan rasa bersyukur atas karunia yang diberikan oleh alam, mereka lalu melakukan upacara ritual yang dipersembahkan bagi alam. Karena itu, mereka percaya bahwa alam beserta isinya memiliki kekuatan yang tak bisa dijangkau oleh akal dan pikiran mereka. Dalam melaksanakan ritual atau upacara keagamaan, masyarakat prasejarah itu berkumpul di komplek batu-batu besar (megalit) seperti punden-berundak (bangunan bertingkat-tingkat untuk pemujaan), menhir (tugu batu sebagai tempat pemujaan), sarkofagus (bangunan berbentuk

Sejarah Ujung Gebang - Cirebon (Dok Salakanagara )

Image
Oleh :Yudhi S Suradimadja Ujunggebang adalah desa di Kecamatan Susukan, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Desa ini terletak di perbatasan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani terutama petani padi karena topografinya yang mendukung pertanian sawah. Dengan luas lahan pertanian sekitar 555 hektare, saat ini Ujunggebang menjadi salah satu daerah penghasil padi utama. Desa Ujunggebang terletak di koordinat 6°36′25″LS,108°21′20″BT, berada pada 1 km dari jalur utama Pantura antara Cirebon - Jakarta via Palimanan, 30 Km dari Kota Cirebon. Desa Ujunggebang berbatasan langsung dengan desa Luwungkencana di sebelah barat, desa Susukan di sebelah selatan, desa Bunder di sebelah timur, dan Kabupaten Indramayu di sebelah utara. Di samping wilayah induk, Ujunggebang memiliki dua wilayah dusun/pecantilan yang terpisah dari wilayah induk, yaitu Dusun Gebangsari bagian utara dan Dusun Pule bagian selatan.

BANDUNG KOTA PANINEUNGAN (Dok.Salakanagara)

Image
Kintunan : Aam Muharam Harita, taun 1970-an, kaayaan Bandung tacan sarumpek teuing kawas ayeuna. Bemo anu ngagantikeun cator, masih keneh pasuliwer di Alun-alun, mawa penumpang anu ka jurusan Buahbatu. Oge oplet jurusan Cimahi, masih keneh ngaliwatan jalan Cibadak, laju ngulon ti mimiti jalan Kelenteng, brasna ka Cimahi, malahan ka nepi ka Padalarang. Beca masih keneh pasuliwer di jalan-jalan protokol di tengah-tengah kota, sedengkeun angkutan kota anu kawilang popiler harita, nyaeta ‘honda’ anu trayekna nyaeta Kebon Kalapa Dago sarta ka Ledeng, najan ari nu ka Ledeng mah sabenerna lain mobil merek Honda, tapi Colt Mitsubishi anu leuwih gede sarta bisa mawa muatan leuwih loba. Kitu deui kaayaan pasar-pasar, masih keneh loba pasar tradisional anu jadi pangjugjugan kaom ibu anu rek baralanja. Wangunan pasar anu ngabogaan ciri mandiri nyaeta Pasar Andir – samemehna oge Pasar Baru sarta Pasar Kosambi sarua ngabogaan ciri mandiri – anu nepi ka kiwari masih nyampak, sede

TRI TANGTU PANYCA PASAGI INGSUNG SUNDA

Kiriman : Kang Kamal TRI TANGTU PANYCA PASAGI PURBATISTI PURBAJATI I SUNDA SEMBAWA SUNDA MANDALA Tri Tangtu (Rama Resi Ratu) merupakan tiga kekuataan Purbatisti Purbajati i Bhumi Pertiwi yang menghasilkan Uga (perilaku) Ungkara (nasehat) Tangara (tanda alam), sebagai sistem polaperilaku dalam berbangsa dan bernegara yang telah dipergunakan oleh para Pangagung mwah Pangluhung i Sunda Sembawa Sunda Mandala. Panyca Pasagi (Sir Budi Cipta Rasa Adeg) adalah lima kekuatan dalam diri manusia (Raga Sukma Lelembutan) yang merupakan dasar kekuatan untuk menimbulkan serta menentukan Tekad Ucap Lampah Paripolah Diri manusia yang akan dan harus berinteraksi dengan Sang Pencipta, Bangsa dan Negara, Ibu Bapak Leluhur, Sesama makluk hidup, dan alam kehidupan jagar raya (Buana Pancer Sabuder Awun). Tri Tangtu sebagai karaktek tugas (mandala pancen) diterapkan guna kepentingan interaksi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kekuatan yang telah diberikan kepada setiap manusia da

PRABU SILIWANGI BERDASARKAN PARADIGMA REALISME METAFISIK

Oleh:Muhamad Fajar Laksana Cerita yang telah melegenda tentang Raja Pajajaran yaitu Prabu Siliwangi menjadi sebuah wacana milik bersama seluruh rakyat Indonesia bahkan menjadi kajian yang tidak pernah selesai, akibat terbatasnya dunia akademisi dan ilmiah membongkar eksistensi dan historikal dari Prabu Siliwangi. Hal ini menjadi permasalahan Metafisik yang tidak ada akhirnya dalam pembahasan di dunia akademisi, seperti yang dikemukakan oleh Kant. Menurut Kant dalam bukunya Critique of Pure Reason, akal budi manusia di dalam suatu lingkungan kognisinya mempunyai hakikat sedemikian rupa, sehingga manusia tidak tahan untuk tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai dunia yang sesuai dengan hakikat akal budi-nya, yang tak akan pernah mereka ketahui jawaban-jawabannya. Akal budi manusia memulai sesuatu dengan prinsip-prinsip yang tidak dapat disalurkan lewat pengalaman, dimana pada waktu yang sama pengalaman dapat memastikan kebenaran. Dengan prinsip-prinsip terseb

ALUNAN SUARA NYAI SUBANG LARANG YANG MELULUHKAN KERAS HATINYA PRABU SILIWANGI (Dok.Salakanagara)

Pada Tahun 1409 Ki Gedeng Tapa dan anaknya nyai Subang Larang,penguasan Syahbandar Muara Jati Cirebon, menyambut kedatangan pasukan angkatan laut Tiongkok pimpinan Laksamana Muslim Cheng Ho ditugaskan oleh Kaisar Yung Lo (Dinasti Ming 1363-1644) memimpin misi muhibah ke-36 negara. Antara lain ke Timur Tengah dan Nusantara (1405-1430). Membawa pasukan muslim 27.000 dengan 62 kapal. Misi muhibah Laksamana Cheng Ho tidak melakukan perampokan atau penjajahan. Bahkan memberikan bantuan membangun sesuatu yang diperlukan oleh wilayah yang didatanginya. Seperti Cirebon dengan mercusuarnya. Oleh karena itu, kedatangan Laksamana Cheng Ho disambut gembira oleh Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon. Di Cirebon Laksmana Cheng Ho membangun mercusuar.

R.A.A WIRANATA KUSUMAH (dok.Salakanagara)

Image
”Enam tahun lamanya saya hidup sebagai seorang Barat dalam pergaulan orang Barat. Setelah itu saya tiba-tiba mesti menjadi bumiputra yang sejatinja pula, harus berlaku menurut adat tertip sopan Bumiputera. Susah benar saya mengusahakan diri saya supaya sesuai dengan keadaan tempat saya. Walaupun demikian tiada sempat juga saya mengetahui sekalian adat kebiasaan bumiputera…”(R.A.A Wiranatakusumah) Tokoh kita ini adalah Raden Adipati Aria Muharam Wiranatakusumah. Muharam adalah nama kecilnya. Wiranatakusumah V adalah gelarnya sebagai Bupati Bandung. Ia lahir di Bandung, 8 Agustus 1888. Versi lain menyebutkan 23 November 1888. Wiranatakusumah adalah putra dari pasangan R. Adipati Kusumahdilaga dan R. A. Soekarsih. Ayahnya adalah Bupati Bandung (1874-1893). Ketika Muharam berusia lima tahun, ayahnya wafat. Ia lalu diasuh dan dididik oleh ibunya hingga usia sembilan tahun. Setelah ayahnya mangkat, ditunjuklah tiga orang sebagai walinya, yaitu R. Martanagara (Bupati Band

SEJARAH DANAU BANDUNG (Dok.Salakanagara)

Image
Bandung kota dan sekitarnya, pada masa lampau merupakan danau yang dikenal dengan Danau Bandung. Keadaan yang sekarang terlihat merupakan pedataran yang biasa disebut dengan istilah “Cekungan Bandung” (Bandung Basin). Daerah sekitar cekungan tersebut, diperkirakan dahulu merupakan tepian danau sehingga banyak diperoleh sisa-sisa aktivitas manusia masa lampau (Koesoemadinata, 2001). Van Bemmelen, 1935, meneliti sejarah geologi Bandung. Pengamatan dilakukan terhadap singkapan batuan dan bentuk morfologi dari gunung api-gunung api di sekitar Bandung. Penelitian yang dilakukan berhasil mengetahui bahwa danau Bandung terbentuk karena pembendungan Sungai Citarum purba. Pembendungan ini disebabkan oleh pengaliran debu gunung api masal dari letusan dasyat Gunung Tangkuban Parahu yang didahului oleh runtuhnya Gunung Sunda Purba di sebelah baratlaut Bandung dan pembentukan kaldera di mana di dalamnya Gunung Tangkuban Parahu tumbuh. Van Bemmelen secara rinci menjelaskan, sej

Usia Situs Gunung Padang 109 abad.WOW !! (dok.Salakanagara)

Image
Para peneliti melakukan pengeboran situs megalitikum Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hasilnya, usia situs Gunung Padang itu sekitar 109 abad alias 10.900 tahun Sebelum Masehi ype of research : Geology & Archeology Search research : The Indonesian Megaliths Location : Cianjur region, West Java Province. Sub Location : Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka. Village : Antara Dusun Gunungpadang & Panggulan. Coordinate : 6°59’36.9035”S – 107°3’22.6264”E Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, akhirnya melakukan pengeboran situs megalitikum Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hasilnya, usia situs Gunung Padang itu sekitar 109 abad alias 10.900 tahun Sebelum Masehi (SM). Wow, gila!! Ini adalah bukti begitu sudah majunya peradaban nenek moyang Indonesia pada saat itu dibanding l

BATIK (dok.Salakanagara)

Image
Batik the salah sahiji produk budaya bangsa Indonesia. Batik mangrupa gambar rupa-rupa nu dijieun ku malam make canting dina boéh atawa lawon. Aya karémbong batik, samping batik, sarung batik, taplak batik, jeung réa deui. Dina kamekaranana, batik ngalaman parobahan corak, téknik, jeung prosés fungsi alatan jaman jeung pangaruh ti budaya séjénna. Batik diwangun ku dasar artistik nu berkembang luyu jeung tungtutan jaman. Karajinan batik mindeng diturunkeun dina kulawarga pikeun generasi. Patalina jeung identitas budaya rahayat Indonésia sarta ngaliwatan harti simbolik ti kelir sarta desain, ngébréhkeun kreativitas sarta spiritualitas. Karageman wangun ragam hias pohara dipangaruhan ku faktor adat istiadat anu béda situasi, kondisi, sarta senimanna. Tapi kabutuhuan ka ragam hias kamotivasi ku kabutuhan artistikKu lantaran, salah sahiji ciri manusa Indonésia nya éta artistik. Daya artistik anu kuat kaungkab dina sagala rupa ciptaan artistik sarta karajinan anu pohara énd

Kearifan lokal Makhluk mistik

Bagi sebagian masyarakat yang mengklaim diri sebagai masyarakat peradaban modern, westernism bahkan sebagian yang mengesankan perilaku agamis yakni hanya bermain-main sebatas pada simbol-simbol agama saja tanpa mengerti hakekatnya, dan kesadarannya masih sangat terkotak oleh dogma agama/ajaran tertentu (kesadaran “kulit”). Manakala mendengar istilah mistik, akan timbul konotasi negatif. Walau bermakna sama, namun perbedaan bahasa dan istilah yang digunakan, terkadang membuat orang dengan mudah terjerumus ke dalam pola pikir yang sempit dan hipokrit. demikianlah manusia yang tanpa sadar masih dipelihara hingga akhir hayat. Selama puluhan tahun, kata-kata mistik mengalami intimidasi dari berbagai kalangan terutama kaum modernism, westernisme dan agamisme. Mistik dikonotasikan sebagai pemahaman yang sempit, irasional, dan primitive. Bahkan kaum mistisisme mendapat pencitraan secara negative dari kalangan kaum tertentu sebagai paham sesat dan sumber kemusrikan. Rasanya

Masrahkeun Calon Panganten Pameget ( Conto Pidato )

Nyanggakeun bilih aya nu peryogi kanggo conto pidato dina raraga masrahkeun calon panganten pameget, dihandap aya 3 (tilu) conto anu tiasa di angge, wilujeng : Conto ka-1 Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalamu'alaikum Wr.Wb. Alhamdulillahi rabbil 'alamiin, washalatu wasalamu ala asrofil anbiyai walmursalin wa'ala alihi washohbihi ajmain. Robbisrohli sodri, wayasirli amri wahlul ukdatamillisaani yafqohu qouli. Para wargi anu sami dimulyakeun ku Alloh, sumangga urang sami-sami nagdo'a ka nu kagungan ieu alam katut sapangeusina, urang neda jiad ijabahna mugia ieu pamaksadan ginanjar karahayuan. Dulur-dulur anu sami kumpul, sanak baraya nu pada aya, sepuh anom jaler istri, kalayan asmana sepuh miwah kulawargina cep..........Tipayun mugi sih panghaksami, reh sim kuring saabringan, cunduk rusuh datang geura, tanding walik muru pasir, tanding julang muru rangrang, tanding jogjog moro mondok, moro panonobanana. Dupi anu dimaksad, ieu nganteur nu teu lu

CONTO PANATA ACARA SERAH TERIMA AKAD NIKAH PANGANTEN

Acara : Serah Terima sareng Akad Nikah Panganten Ku : Alimudin, S.Pd.I Runtuyan acara: 1.Bubuka 2.Ngaosken ayat suci Al-Qur’an 3.Sholawat Nabi 4.Sambutan/Seserahan ti Pihak Calon Panganten pamaget 5. Panampian ti Pihak Calon Panganten Istri 5. Akad Nikah 6. Sungkeman 7. Panutup/do’a 8. Saweran

MANGSA MEDAL PRABU SILIWANGI ( Milangkala Prabu Siliwangi )

Image
Kintunan : LUKI MUHARAM Ieu tulisan teh minangka pangemut-emut ka Kang Anis Djati Sunda sawaktu masih keneh jumemeng. Kang Anis teh remen dijadikeun rujukan Kasundaan kusasaha, hiji waktu inyana nga sms nu ngabarkeun yen naskah ngeunaan milangkala Prabu Siliwangi kapanggih deui sanggeus leungit puluhan taun, kieu riwayatna anu kungsi dimuat di tabloid Galura sawatara taun nu geus kalarung, mangga nyanggakeun manawi kaanggo: Hiji waktu sawaktu Kang Anis masih keneh jumeneng ngirim sms ka sim kuring anu eusina mere kabar ngaliwatan sms yen naskah mangsa medal Prabu Siliwangi anu kungsi leungit kalayan misterius salila puluhan taun geus kapanggih deui , tuluy sanggeus tepung diimahna di Jln. Veteran I, Gang Kaum IV no. 88 Kota Sukabumi, Anis masrahkeun fotokopian tulisanna anu aya katerangan mangsa lahirna Sri Baduga Maharaja / Prabu Siliwangi. “ Katerangan ieu kungsi rek dimuat dina buku Sejarah Jawa Barat sawaktu gubernurna Bapa Solihin GP. Diantara anggota tim pan

TIGA PRABU WANGI (Dok Salakanagara)

Kiriman : Raden Wiraatmadja Lingga Dewata berkuasa di Pakuan pada tahun 1311 – 1333 masehi. Lingga Dewata diperkirakan menjadi raja peralihan yang memindahkan pusat kerajaan Sunda ke Kawali, karena ia di makamkan di Kikis. Kemudian digantikan oleh Ajiguna Wisesa dengan gelar Prabu Ajiguna Linggawisesa (1333 - 1340) disebut-sebut sebagai raja Sunda pertama yang berkedudukan di Kawali. Ajiguna Linggawisesa adalah menantu dari Lingga Dewata yang menikah dengan Dewi Uma Lestari atau Ratu Santika. Didalam versi lainnya disebutkan suami dari adik Lingga Dewata, yang menikah dengan Ratna Uma Lestari, putrinya Prabu Citraganda. Tentang muasal Ajiguna Wisesa kurang terlacak, jika dikaitkan dengan Suryadewata, putranya yang menjadi leluhur Talaga, mungkin pula ia berasal dari daerah Talaga. Dari pernikahannya dengan Dewi Uma Lestari melahirkan dua orang putra, yakni Ragamulya dan Suryadewata. Ragamulya menggantikan Ajiguna Linggawisesa. Dalam Carita Parahyangan disebut

RADEN WIJAYA CUCU RAJA SUNDA

(Kutipan Buku Sundakala karangan Prof. Ayatrohaedi, dan dari berbagai sumber serta penelusuran) Kintunan : Hendy Kurnia Salah satu ciri bangsa yang kuat adalah penghayatannya kepada sejarah, karena penghayatan kepada sejarah bangsa akan memperkuat jatidiri bangsa yang bersangkutan. Buku-buku sejarah menyebutkan bahwa pada abad ke-12 di Nusantara pernah berdiri Negara Majapahit yang wilayahnya melampaui luas NKRI saat ini. Negara Majapahit itu didirikan oleh Raden Wijaya atau Sanggrama Wijaya. Kisah menarik Majapahit bukan saja tentang luasnya kekuasaan dan tingginya peradaban yang telah dicapai, namun ada juga sepenggal cerita tragis yang disebut-sebut sebagai ‘aib sejarah’ sehingga sejarawan yang hidup kala itu, Mpu Prapanca, tidak sudi menuliskannya dalam buku karangannya yang tersohor, Nagara Kertagama. Kisah tragis itu dikenal sebagai ‘Palagan Bubat’ atau ‘Perang Bubat’ yang terjadi tahun 1357 menurut naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara sarga ke-3 hala

Makam Prabu Hayam Wuruk Kapanggih di Walahir, Paséh

Kintunan : Kang Aan Merdeka Permana WILAYAH Kabupatén Bandung tétéla boga ajén mandiri pikeun wargana. Naon sababna kitu, sabab ceuk maranéhna, di tempatna euyeub ku titinggal sajarah. Saha anu nyangka yén makam Bunisora (adina Prabu Linggabuana) aya di Kampung Walahir? Anu leuwih ngagebeg, tétéla deuih Prabu Hayam Wuruk ti Majapahit ogé, makamna aya di éta tempat. NAHA enya kitu? Bisa waé. Da bongan aya masarakat nu boga pamanggih sarupa kitu. Anu dipaké pikeun pituduh awal, pédah aya anu kungsi nyebutkeun yén di Gunung Batutulis, Kacamatan Ibun, Kabupatén Bandung, aya makam Hayam Wuruk. Malah, lain makam Hayam Wuruk waé, dalah di handapeunana aya deuih hiji makam deui. Anu ieu mah nyaéta makam Prabu Mangkubumi Bunisora. Ieu dua tokoh sajarah kahirupan mangsa lawas téh, makamna teu pati jauh. Perenahna di Kampung Néglasari Desa Loa, Kacamatan Paséh, Kabupatén Bandung. Naha makam Bunisora jeung makam Hayam Wuruk bet aya di dinya? Ah, da teu kudu anéh. Soal dimaka

SAJARAH PALABUAN RATU NURUTKEUN PANTUN BOGOR & BABAD CIANJUR (Cek Buhun Sunda, Nyi Roro Kidul Ngan Saukur Dongeng Ciptaan Mataram)

Kintunan : LUKI MUHARAM Runtuhna karajaan Pajajaran teu sakaligus, kusabab wadyabalad Islam geus aya 12 kalina ngagempur Pajajaran salila 5 taun angger nagen teu bisa ditembus benteng pertahananana. Kakarak dina mangsa karajaan dipimpin ku Prabu Nilakendra, benteng Pajajaran nu dibangun ku Prabu Siliwangi taun 1478 ahirna ancur ditarajang wadyabala Islam. Kitu oge aya sababaraha sabab anu jadi cukanglantaranna, dina buku Sajarah Cianjur nu disusun ku Drs. Bayu Surianingrat ngajelaskeun yen ancurna benteng Pajajaran kusabab nu jaga panto gerbangna nyaeta dua sadulur Ki Jongjo jeung Ki Jungju hianat ka Pajajaran kusabab nyeri hate pangkatna teu naek-naek, ahirna mukakeun panto gerbang benteng Pajajaran. Sedengkeun cek Pantun Bogor, jebolna pertahanan Pajajaran kusabab Jaya Antea salah sauran gegeden Pajajaran hianat, sarta biluk ka pasukan Banten. Lian ti eta runtagna Pajajaran kusabab kaayaan pamarentahanana geus nyirorot pamorna teu siga jaman Prabu Siliwangi buy

TILEM/NGAHYANG DI ALAM KAMI

Kintunan : Kang Edy Nugraha PANGANTEUR Ngahyang atawa tilem lolobana dinisbahkeun ka cara ninggalkeun alam dunyana Siliwangi jalma baheula di jaman Pajajaran (lain jalma ayeuna). Harti jeung maksud jalma sunda ayeuna ngeunaan kecap/konsep ngahyang atawa tilem rupa-rupa, misalna, Dina ensikolpedi sunda (2000) entri ngeunaan tilem euweuh. Aya oge ngahyang – dina entri kecap hyang- nu dihartikeun leungit jeung jasadna ngajadi hyang. Ari Hyang di sunda mah luhureun dewa-dewa - ‘Allah’ di sunda mah disebut diantarana Sang Hyang keresa (nu maha pencipta) jeung Hyang Seda niskala ( Maha Gaib). Dina kamus LBSS (1992) kecap ngahyang euweuh aya oge tilem nu dihartikeun ngaleungit jadi siluman. Aya oge nu dinisbahkeun tilem/ngahyangna Siliwangi teh dipercaya lain leungit jeung jasad tapi paeh biasa mun teu salah mah ieu teh salah sahiji pamendak ti, diantawisna, Pa Yoseph Iskandar. Aya oge,… nu saukur ngagolongkeun ngahyang teh mitos (tahayul) jadi lain mang rupa hiji hal n

IHWAL PERANG BUBAT

  Oleh : Aan Merdeka Permana KOMENTAR PUTRI DYAH PITALOKA TENTANG PERANG BUBAT : Bubat itu hanyalah tempat yang dipilih Hyang (Tuhan) untuk menentukan nasib. Semua orang harus percaya kepada apa yang jadi kenyataan. Bila takdir sudah ditentukan begitu, maka semua harus menerima. Saya memang berduka tapi saya tetap menerima, menerima! Inilah ucapan selengkapnya dalam bahasa asli yang dia sampaikan “Bubat teh sangakala wacana tur hidep kudu percanten kana nyata kanyataanana. Nu karaos ku kula, pati mulang nurug na’ jero batin. Takdir tos guratna, janten galang teh kedah jurag. Kula nampi mung duka ge aya. Ngan sangakala kedah, Gusti tos janten dikieuna. Kula nampi ... nampi” (Terjemahan bebas: “Peristiwa di Bubat adalah sebuah keputusan. Engkau harus mempercayai kenyataan yang sudah berlangsung. Bila takdir sudah menentukan begitu, maka semua harus menerima. Yang tengah aku rasakan, kematian ini sudah terasa di batin. Memang ini suratan takdir jadi hati harus lega

Wangsit Siliwangi tentang Soekarno

Membaca buku buku ramalan tidak akan pernah membosankan, terlepas dari absurd dan ngawurnya sebuah ramalan. Namun pesona Nostradamus berhasil menyihir para pengikutnya karena kredibilitas ramalan ramalannya. Yang paling spektakuler tentu saja ramalan tentang serangan terhadap menara kembar World Trade Center, NY. Di negeri ini orang yang paling getol mengutip ramalan ramalannya adalah Permadi, SH. Seorang paranormal yang juga politikus. Dan ramalannya adalah Indonesia bakal menjadi negeri gilang gemilang! Amin! Nostradamus adalah orang Prancis yang Katolik sekaligus Yahudi. Lahir pada tahun 1503, kurang lebih saat VOC mulai datang ke Sunda Kalapa. Mungkin sumber ajarannya adalah Talmud dan  kabbalah  yang misterius itu.  Uniknya dia lulus sebagai dokter dari Universitas Montpellier yang sangat dihormati kala itu. Namun sebuah tragedi menyebabkan istri dan dua anaknya meninggal. Didorong kehilangan yang menyakitkan itu, dia berkelana ke berbagai wilayah dari Prancis sampai Ita

PANGERAN PAPAK, PEJUANG TERAKHIR DARI PAKUAN PAJAJARAN

Tak ada hal yang unik di wilayah Kelapa Gading, termasuk pula kehidupan masyarakat Kelapa Gading tempo dulu selain mencari ikan. Ya, kondisi ini memang sangat mendukung, apalagi Kelapa Gading dulunya merupakan hamparan rawa yang luas dan bernama Rawa Kucing sebelum menjadi Kelapa Gading saat ini. selain itu, masyarakat juga bertani, karena selain rawa, di daerah Kelapa Gading sampai Pegangsaan ditanami padi. Di samping itu wilayah Kelapa Gading dulunya juga terkenal aman, tak terdengar ada tindak kriminalitas. Namun, satu hal yang unik di Kelapa Gading adalah di sana terdapat kuburan Pangeran Papak. Kuburan ini sampai saat ini masih ada, di lokasi yang persis di sebelum masuk perempatan Boulevard, Pulomas, dan Jalan Perintis Kemerdekaan. Selain kuburan Pangeran Papak, juga terdapat kuburan Kuwu (sekretaris desa) Pulogadung. Di daerah kuburan, tak ada yang bertinggal, kecuali pedagang buah, dan kondisi kuburan sampai saat ini terawat baik.

TARUMANAGARA

Image
Karajaan Gede Di Nusantara   Dina taun 348 Masehi, aya saurang maharesi hindu ti kulawarga Calankayana ngungsi ka pulo-pulo kiduleun India. Inditna diiring ku murid-muridna, tentara, rahayat awewe-lalaki, sabab nagarana diburak-barik ku raja Samudragupta. Jenengan eta maharesi teh Jayasingawarman, anjog ka pulo Jawa tuluy matuh di Jawadwipa bang kulwan (Jawa Barat), sanggeus samemehna meunang pangbagea tur diidinan ku Sang Prabu Dewawarman VIII (Raja Salakanagara), nu jenengan aslina Darmawirya, teureuh kulawarga Palawa, sarua aki-buyutna papada pangungsi ti India. Sang Maharesi Jayasingawarman nyieun babakan pamatuhan di sisi walungan Citarum. Kulantaran beuki lila jadi kajojo tur loba jalma nu marilu matuh, antukna nepi ka jadi desa, disebut desa Taruma. Sapuluh taun ti harita eta desa teh ngalegaan, nepika jadi kota = nagara, atuh katelahna Tarumanagara. Sang Maharesi dipulung minantu ku Sang Prabu dewawarman VIII, dijodokeun ka Dewi Iswari Tunggal Pertiwi War

SEREN SUMEREN PANGANTEN

Boh bilih aya nu peryogi kanggo seren sumeren panganten, nyanggakeun ieu mah kenging niron tina blog nu sanes, alamatna mah aya dihandap, nyanggakeun : PIDATO NYERENKEUN PANGANTEN PAMEGET Assalamu'alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahi robbil aalamin, Wabihi nasta'iinu alla umuurid dunia waddin. Was sholaatu wassalaamu alla sayydina Muhammadin khootaminnabiyyin, Wa aalihi wa shohbihii ajma-'iin. Palawargi jaler istri anu mulya utamina ka pangersa saebul bet di dieu, sim kuring atas nami kulawargi bapa ………………………………………….. rawuh rombongan, disarengan ku muji syukur ka Gusti nu Maha Agung, ngahaturkeun rebu-rebu nuhun laksa keti kabinghan kapalawargi didieu wirehna sim kuring parantos gasik ditampi enggal-enggal ditarima, dipapag di hiap-hiap ku basa anu endah someah, diawur ku kembang tanjung paselang kembang kananga, malati nu jadi saksi, tawis kaweningan galih pribumi nampi rombongan nu sumping. Estu matak tingtrim kana ati, matak betah kana manah anu nyemah. Mugia p

Mitos asal muasal larangan menikah Sunda-Jawa

Pernahkah anda mendengar bahwa orang Sunda dilarang menikah dengan orang Jawa atau sebaliknya? Ternyata hal itu hingga ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat kita. Lalu apa sebabnya? Mitos tersebut hingga kini masih dipegang teguh beberapa gelintir orang. Tidak bahagia, melarat, tidak langgeng dan hal yang tidak baik bakal menimpa orang yang melanggar mitos tersebut. Lalu mengapa orang Sunda dan Jawa dilarang menikah dan membina rumah tangga. Tidak ada literatur yang menuliskan tentang asal muasal mitos larang perkawinan itu. Namun mitos itu diduga akibat dari tragedi perang Bubat. Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit, yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabangkara.

Diajar Basa Sunda Kecap Rundayan (Dok. Banyolan Sunda.com)

Rarangken hareup kaasup kecap rundayan, nyaeta kecap anu wangun dasarna geus dirangkenkeun. Rarangken diba basa Sunda aya 4: rarangken hareup (awalan/afiks), rarangken tengah (infiks/sisipan), rarangken tukang (sufiks/ahiran), jeung rarangkeun barung (konfiks). Rarangken hareup nyaeta rarangken anu ngantet hareupeun wangun dasarna. Nu kaasup rarangken hareup nyaeta: 1. Rarangken hareup ba- Gunana ngawangun kecap pagawean nu hartina 'ngalakukeun' Conto dina kalimah: Kang Jack ayeuna geus balayar deui ka Papua make kapal laut. 2. Rarangken hareup barang- Gunana ngawangun kecap pagawean nu hartina 'ngalakukeun pagawean nu teu tangtu atawa teu puguh obyekna' Conto dina kalimah: Eta si Gembul kabeukina teh barangdahar we.

MAGEUHAN ADEG-ADEG KASUNDAAN

Oleh-oleh ti International Conference Sundanese Culture (ICSC) Kintunan :Rara Dotcom Dina “Nyukcruk Galur Kasundaan’ (Reinventing Sunda) anu kasebut tingkat Internasional mangrupa salah sahiji kareueus pikeun urang Sunda mah. Aru reueusna dina nyuckruk galur kasundaan dibawa ka tingkat internasional, lain ukur tingkat nasional wae, ieu teh salah sahiji tarekah anu kawilang pentingna, reueus, aheng malahan mah. Ari pentingna, sugan wae ku diangkatna ka tingkat internasional, bisa nambahan kawewegan pikeun urang sunda dina mageuhan adeg-adeg kasundaanana. Perlu dipikareueus, kituna mah. Ari ahengna? Enya aheng tur’aneh bin ajaib, diangkat ka tingkat dunya teh, padahal mah urang lemburna sorangan loba anu ngarasa era, teu wani ngaku. Diayakeunana International Conference Sundanese Culture (ICSC) teh ku pangrojongna ti komisi Nasional Indonesia keur UNESCO. Atuh ieu kagiatan anu diayakeun 3 poe 3 peuting bulan Oktober taun anu kaliwat di Hotel Salah The Heritage Bogor

Biografi Syeikh Abdul Muhyi, Sejarah Goa Pamijahan dan Larangannya (Dok. http://ppal-itqon.blogspot.com)

Image
Biografi Syeikh Abdul Muhyi, Sejarah ditemukannya Goa Pamijahan, dan Sejarah dilarangnya merokok di Pamijahan Syeikh Haji Abdul Muhyi lahir di Mataram sekitar tahun 1650 M /1071 H dan dibesarkan oleh orang tuanya di kota Gresik/ Ampel. Beliau selalu mendapat pendidikan agama baik dari orang tua maupun dari ulama-ulama sekitar Ampel. Karena ketekunannya menuntut ilmu disertai dengan ibadah disamping kesederhanaan dan kewibawaan yang menempel di dalam diri beliau maka tak heran jika teman-teman sebaya selalu menghormati dan menyeganinya.

Sejarah Berdirinya Biofarma (Dok. http://www.bandungheritage.org)

Image
 Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal J.P. Graaf Van Limburg Stirum ( 1916 - 1921), timbul gagasan untuk memindahkan Ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung. Karena faktor kondisi alam dan udara yang segar, maka Tuan H. F. Tilema merekomendasikan agar Kota Bandung dipilih sebagai Ibukota Wilayah Hindia Belanda. Usulan tersebut secara berangsur mulai dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1920, setelah mendapat dukungan dari Prof. Ir. J. Kolopper, Rector Magnificus dari Bandoengeche Techniseche Hoogeschool (ITB). Maka berbagai pihak menyambut ide pemindahan tersebut dengah memindahkan fungsi dan bangunan umum ke Bandung, seperti Kantor Pusat Dagang Perusahaan- perusahaan asing, Tentara Bala Keselamatan ( Leger des Hells). Instasi Pemerintah kemudian menyusul pindah ke Bandung, kemudian pindah pula sebagian dari Departemen Perdagangan dari Bogor, Kantor Keuangan, dan Lembaga Penelitian Cacar yang bergabung dengan Institut Pasteur yang telah

Kampung dan Rumah Adat di Jawa Barat (Dok. http://www.bandungheritage.org)

RUMAH ADAT DI JAWA BARAT : 1.    Rumah Adat Citalang 2.    Rumah Adat Lengkong 3.    Rumah Adat Panjalin KAMPUNG ADAT DI JAWA BARAT 1.    Kampung Cikondang 2.    Kampung Kuta 3.    Kampung Mahmud 4.    Kampung Urug 5.    Kampung Dukuh 6.    Kampung Naga 7.    Kampung Pulo 8.    Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar   KAMPUNG  ADAT DI JAWA BARAT Kampung Cikondang Kampung Cikondang secara administratif  terletak di dalam wilayah Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Kampung Cikondang ini berbatasan dengan Desa Cikalong dan Desa Cipinang (Kecamatan Cimaung) di sebelah utara, dengan Desa Pulosari di sebelah selatan, dengan desa Tribakti Mulya di sebelah Timur, serta di sebelah barat berbatasan dengan desa Sukamaju. Jarak dari Kota Bandung ke Kampung Adat Cikondang ini sekitar 38 Kilometer, sedangkan dari pusat Kecamatan Pangalengan sekitar 11 Kilometer. Dari Kota Bandung ke arah Selatan melewati Kecamatan Banjaran dan Kecamatan Cimaung. Jarak dari ruas jalan

Jalan Braga (Dok. http://www.bandungheritage.org)

Image
Penulis : Ir. David Bambang Soediono *) Sejarah Jalan Braga tidak dapat dilepaskan dari sejarah pembentukan dan perkembangan Kota Bandung, terutama daerah pusat kotanya. Ada tiga peristiwa penting di Hindia Belanda yang erat hubungannya dengan Kota Bandung.Peristiwa Pertama adalah pembuatan Jalan Raya Pos yang membentang melintasi Pulau Jawa dari Anyer di ujung barat ke Panarukan di ujung timur. Jalan Raya Pos tersebut dibuat di masa pemerintahan Gubernur Jenderal H. W. Daendels yang berkuasa dari tahun 1808 - 1811. Di Bandung, Jalan Raya Pos tersebut menjadi cikal bakal dari Jalan Janderal Sudirman, Jalan Asia Afrika, dan Jalan Jenderal A. Yani. Akibat dari pembuatan jalan tersebut pada tanggal 25 Mei 1810, kedudukan Bupati Bandung dipindahkan dari tempatnya semula ke lokasi yang sekarang menjadi rumah kediaman resmi Walikotamadya Bandung, di sebelah selatan Alun-alun. Rumah kediaman Bupati berikut Alun-alun berserta pohon beringan, mesjid, dan penjara

Jalan Dago (Dok. http://www.bandungheritage.org)

Image
Kawasan Dago adalah sebuah kawasan pemukiman elit di bagian utara Bandung. Pada awal perkembangan kota, kawasan ini hanyalah sebuah kampung kecil bernama Kampung Banong. Beberapa ahli menduga nama Bandung berasal dari nama Kampung ini. Kampung Banong ini mencuat namanya ketika Dr. Andrees de Wilde, seorang juragan perkebunan Kopi paling terkemuka pada tahun 1820-an mendirikan sebuah rumah peristirahatan di sana, lengkap dengan gudang kopi yang luas. Meskipun demikian, baru pada tahun 1910 pemerintah Gemeente Bandung mulai memperluas wilayah administrasinya ke arah utara. Orang merambah kebun dan sawah, membangun jalan Dago dan Cipaganti di Bandung Utara. Pembangunan dan pengerasan jalan Dago sampai ke hutan Pakar bersamaan dengan usaha Gemeente (kotamadya) membangun reservoir air minum di Bukit Dago. alan Ir. H. Juanda  (Jalan Dago) yang membelah kawasan ini kini menjadi jalur rekreasi paling utama bagi penduduk kota. Setiap Sabtu malam, ribuan orang tumpah-rua

Islam dan Sunda dalam Mitos

Oleh JAKOB SUMARDJO PANDANGAN manusia Sunda masa kini terhadap hubungan antara agamanya (Islam) dan kebudayaannya (Sunda) tentulah berdasarkan pandangan dan pengetahuan yang sudah modern. Bagaimana hubungan itu seharusnya, tentulah menjadi bahan wacana yang aneka ragam. Tetapi orang sering melupakan bagaimana gagasan manusia Sunda itu dalam praksisnya. Bagaimana masyarakat Sunda pra-modern memandang dirinya dalam hubungan antara Islam dan Sunda. Gagasan semacam itu bertebaran dalam bentuk  wawacan yang oleh Viviane Sukanda-Tessier dan Hasan M. Ambary telah dihimpun ringkasan isinya setebal lebih dari 2000 (dua ribu) halaman. Untuk memahami hubungan antara Islam dan Sunda, ratusan wawacan itu dapat menjadi sumber utamanya. Kalau pikiran kolektif masyarakat Sunda di zaman Pajajaran dapat disimak dari carita pantun, pikiran kolektif masyarakat Sunda setelah memeluk agama Islam dapat disimak dari wawacan nya. Wawacan-wawacan inilah yang ikut membentuk pikiran kolektif

Relasi antara Budaya Islam dan Budaya Sunda

Oleh ENUNG SUDRAJAT Meuncit meri dina rakit Boboko wadah bakatul Lain nyeri ku panyakit Kabogoh direbut batur SEBAGAI bagian dari kreativitas orang Sunda, paparikan di atas termasuk jeprut, kalau dilihat secara bahasa. Tapi dalam pandangan axiologis paparikan tersebut terasa fenomena ekologis terlihat pada hubungan kata meri, rakit dan boboko, makna ekologis yang berdimensi antropologis bisa ditelurusi jika meri dinisbahkan kepada hewan Ovivar yang hidup di daerah basah (Lendo). Rakit dan boboko mempunyai bahan yang sama yaitu bambu (biasanya hidup pada ketinggian 100-500 dpl, daerah ini biasanya berada di antara gunung (bukit) dan penampung air (susukan). Bakatul sebagai bagian dari penggilingan padi setelah dipilih (diayak) dinisbahkan bahwa dalam proses tersebut terdapat proses yang sinergis antara unsur tektur tanah, air, perilaku manusianya. Kebudayaan jika ditafsirkan sebagai hasil kreativitas manusia (perilaku manusia) ketika berinteraksi dengan lingkun

Perjumpaan Islam dengan Tradisi Sunda

Image
Oleh DADAN WILDAN "Ti meletuk datang ka meleték ti segir datang ka segir deui lamun dirobah buyut kami lamun hujan liwat ti langkung lamun halodo liwat ti langkung tangsetna lamun buyut dirobah cadas maléla tiis buana larang, buana tengah, buana nyungcung pinuh ku sagara (Pikukuh Baduy)." AJARAN Islam di Tatar Sunda selain telah mengubah keyakinan seseorang dan komunitas masyarakat Sunda juga telah membawa perubahan sosial dan tradisi yang telah lama dikembangkan orang Sunda. Penyesuaian antara adat dan syariah seringkali menunjukkan unsur-unsur campuran antara Islam dengan kepercayaan sebelumnya. Hal tersebut dapat dipahami karena para penyebar Islam dalam tahap awal menggunakan strategi dakwah akomodatif dengan mempertimbangkan sistem religi yang telah ada sebelumnya.

Menjawab Misteri Kelangkaan Candi di Tatar Sunda

Oleh MOEFLICH HASBULLAH BELAKANGAN ini, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Arkenas) melalui Balai Arkeologi Bandung sedang mendapat pekerjaan besar di Jawa Barat, yaitu penggalian candi di daerah Karawang yang diduga merupakan sisa-sisa peninggalan dari kerajaan Tarumanegara dan penggalian candi yang baru ditemukan di daerah Bojongmenje Rancaekek, Kabupaten Bandung.  Makna kedua temuan ini bagi masyarakat Jawa Barat merupakan suatu hal yang sangat berarti untuk memperjelas keberadaan orang-orang Sunda dalam pentas sejarah di Pulau Jawa pada masa klasik, yaitu masa sebelum pengaruh Islam masuk dan berkembang. Temuan Candi di daerah di Batujaya Karawang yang nampaknya bakal merupakan situs paling besar di Jawa Barat mempunyai hubungan yang erat dengan prasasti Tugu, yaitu prasasti yang terdapat di desa Tugu, dekat Tanjung Priok sekarang. Dalam Prasasti Tugu tersebut dinyatakan bahwa Raja Purnawarman memerintahkan untuk menggali dua kanal, yaitu Candrabaga dan Gomat

Sunan Gunung Djati dan Islamisasi di Jawa Barat

Oleh SULASMAN   PENYEBARAN Islam di Nusantara, merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia. Akan tetapi, fase ini juga merupakan masa yang kurang jelas. Hal ini, menurut Ricklefs (1981) dalam  A History of Modern Indonesia , karena  ternyata di beberapa bagian Indonesia telah ada dan bermukim para pedagang Arab. Mereka mendapat kedudukan yang kokoh dalam masyarakat lokal. Ini telah berlangsung selama berabad-abad.  Mengenai hal ini telah terjadi perdebatan panjang antara para ahli sejarah, mengenai kapan, mengapa, dan bagaimana penduduk Nusantara  menganut agama Islam.  Dengan demikian, maka banyak teori yang dikemukakan mengenai  kedatangan Islam di Nusantara. Teori-teori  yang ada banyak menunjukan perbedaan-perbedaan, terutama mengenai waktu dan negeri asal pembawanya.  Di antara teori-teori yang banyak dikemukakan secara grand theory   terdapat tiga teori yaitu Teori Mekah  yang dipelopori Hamka, Teori Persia oleh Hoesen Djajadiningrat,  

Cakrabuana, Syarif Hidayatullah, dan Kian Santang; Tiga Tokoh Penyebar Agama Islam di Tanah Pasundan

Oleh ASEP AHMAD HIDAYAT BERBICARA tentang proses masuknya Islam (Islamisasi) di seluruh tanah Pasundan atau tatar Sunda yang sekarang masuk ke dalam wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat, maka mesti berbicara tentang tokoh penyebar dari agama mayoritas yang dianut suku Sunda tersebut. Menurut sumber sejarah lokal (baik lisan maupun tulisan) bahwa tokoh utama penyebar Islam awal di tanah Pasundan adalah tiga orang keturunan raja Pajajaran, yaitu Pangeran Cakrabuana, Syarif Hidayatullah, dan Prabu Kian Santang. Sampai saat ini, masih terdapat sebagian penulis sejarah yang meragukan keberadaan dan peran dari ketiga tokoh tersebut. Munculnya keraguan itu salah satunya disebabkan oleh banyaknya nama yang ditujukan kepada mereka. Misalnya, dalam catatan beberapa penulis sejarah nasional disebutkan bahwa nama Paletehan (Fadhilah Khan) disamakan dengan Syarif Hidayatullah. Padahal dalam sumber sejarah lokal (cerita babad), dua nama tersebut merupakan dua nam

Banda Sajarah di Kab.GARUT (dok.Salakanagara)

Image
Sajarah jeung kapurbakalaan di Kabupatén Garut saenyana tacan kacatet sakabéhna. Hal ieu ngeunaan tacan ayana tanaga ahli anu mampu naliti jeung medarkeun sacara utuh, salian ti éta watesan kapanggihna bukti sajarah jadi bisa ngamumulé kanu aya. Dina aspék ngalestarikeun titinggal sajarah jeung purbakala, Garut ngabogaan poténsi. Dina aspék ieu perlu mekarkeun pamangfaatanana boh tina objék kajian ilmiah atanapi keur nunjang objék kepariwisataan. Sabab, pangbinaan ogé pamekaran kana titinggal sajarah jeung purbakala perlu ditingkatkeun. Salian ti barang-barang sajarah anu mangrupa Candi Cangkuang, situs budaya makam-makam kuno, jeung barang-barang di lingkungan situs cagar budaya saperti situs Kabuyutan Ciburuy, anu lengkepna dipaparkeun dina kaca “Objek Wisata”, masih aya barang-barang sajarah lain anu perlu dititénan ku masarakat saperti Naskah Kuno jeung titinggal Banda Sajarah.

BASA URANG SUNDA (dok.Salakanagara)

Image
Informasi pangkolotna ngeunaan basa jeung aksara nu dipaké di wilayah Kepulauan Nusantara, kalibet Tatar Sunda, aya dina prasasti ti abad ka-5 Masehi. Dina éta abad digunakeun basa Sanksekerta jeung aksara Palawa pikeun nuliskeun sababaraha prasasti di Kalimantan Timur (Karajaan Kutai) jeung Tatar Sunda (Karajaan Tarumanagara). Éta basa jeung aksara lain basa pituin diajangkeun pikeun nuliskeun dokumen resmi, henteu digunakeun pikeun komunikasi social. Jaman Karajaan Galuh jeung Karajaan Sunda, prasasti jeung naskah ditulis ngagunakeun dua basa jeung dua aksara, nya éta basa jeung aksara Sunda kuna sarta basa jeung aksara Jawa kuna. Basa Sunda resmi diaku salaku basa nu madeg mandiri ti mimiti taun 1841, dicirikeun ku ayana (terbitna) kamus basa Sunda nu munggaran (kamus basa Belanda-Melayu dan Sunda). Kamus éta diterbitkeun di Amsterdam, disusun ku T. Roorda, Sarjana basa timur, sedengkeun kandaga kecapna mah dikumpulkeun ku De Wilde. Tuluy Roorda ngajieun perny

BUROKAN (Dok.Salakanagara)

Image
Burokan mangrupakeun seni helaran nu populér pisan di Cirebon. Ceuk para senimanna (utamana di Désa Pakusamben, Kacamatan Babakan, Kabupatén Cirebon), burokan ieu mimiti aya kira taun 1934, nalika saurang warga Désa Kalimaro, Kacamatan Babakan, nu ngaranna Kalil nyieun hiji kréasi anyar seni Badawang (bonéka baradag) nyaéta mangrupa Kuda Hiber Buroq. Ceuk cenah , kitu téh dumasar carita rayat di masarakat Islam ngeunaan lalampahan Isro Mi’roj Nabi Muhammad s.a.w. ti Masjidil Haram ka Masjidil Aqsha kalawan tunggang sato kawas kuda jangjangan nu disebut Buroq. Di sagigireun éta, tina sababaraha kasaksian urang Cirebon, Buroq ieu téh mindeng kapanggih ogé dina rupa lukisan kaca di sababaraha wangunan di Cirebon. Lukisan kaca ieu mangrupa kuda sembrani (jangjangan, bandingkeun jeung pégasus na mitologi Kulon) nu beungeutna putri geulis cahayaan. Jadi, urang Cirebon geus teu aneh dina masalah dedegan Buroq mah. Kalil kalawan motékar saterusna nyiptakeun Badawang anyar n

RUPA-RUPA LEUMPANG

(Pangdeudeul pangajaran basa Sunda) Ku: Iing Firmansyah Boyot = leumpang kendor bangun beurat awak. Déog/péngkor = leumpang dingdet lantaran suku nu sabeulah rada pondok. Dohot-dohot = leumpang lalaunan bari semu dodongkoan cara peta nu ngadodoho. Égang/égol = leumpang cara budak nu anyar disunatan lantaran bisul dina palangkakan, jsté. Gonjléng = leumpang awéwé bari ngobah-ngobahkeun awak, haying narik perhatian lalaki. Ingkud-ingkuan/jingkrung = leumpang teu bener lantaran nyeri suku, jsté. Jarigjeug/jumarigjeug = leumpang bari semu rék labuh (biasana jalma nu geus kurang tanaga atawa nu kakara hudang gering). Jingjet = leumpang semu hésé ngaléngkah lantaran cacad suku atawa make samping nu heureut teuing.

KIDUNG SUNDA ( Dokumen Salakanagara)

Kidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Pertengahan berbentuk tembang (syair) dan kemungkinan besar berasal dari Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan putri Sunda yang dalam cerita ini tak memiliki nama. Namun patih Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit (baca orang Jawa). Kemudian terjadi perang besar-besaran di Bubat, pelabuhan tempat berlabuhnya rombongan Sunda. Dalam peristiwa ini rombongan Kerajaan Sunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri. Versi kidung Sunda Seorang pakar Belanda bernama Prof Dr. f, menemukan beberapa versi KS. Dua di antaranya pernah dibicarakan dan diterbitkannya: 1. Kidung Sunda 2. Kidung Sundâyana (Perjalanan (orang) Sunda) Kidung Sunda yang pertama disebut di atas, lebih panjang daripada Kidung Sundâyana dan mutu kesusastraannya lebih tinggi dan vers

PURWAKA CARUBAN NAGARI (Dok.Salakanagara)

Yasana, Alm.Pangeran Arya Cerbon Diserat dina basa Kawi Taun 1720 Disundakeun ku, Kang Asep Idjuddin BISMILLAHIRROKHMANIRROKHIM, Kalayan nyebat jenengan Alloh nu Maha Tunggal, nu tos ngeresakeun jisim kuring hirup bagja kanggo nyerat riwayat asal-usul nagara Caruban. Sanaos sanes padamelan enteng, naming upami dipidamel kalayan suhud, bari ikhlas tur nganggo aturan nu lazim tangtos tiasa ngahontal maksad.Mugi kauninga nagara Cirebon the nagara nu rahayatna hirup subur ma’mur, ieu riwayat disusun dina mangsa nagara Cirebon diparentah ku Susuhunan Jati Purba,salahsaurang wali di pulo Jawa nu ngajegkeun tur ngatur urusan Agama Rasul di tanah Pasundan, ngabahudenda di karaton Pakungwati di aping uwana nya eta Pangeran Cakrabuwana nu disebat Sang Mangana. Atanapi Ki Kuwu Cerbon nu ka dua. Kanggo ngaberkahan ieu nagara ngawitan disebat nagara Caruban nu hartosna campuran, teras disebat Carbon. Ieu nagara ku wali salapan disebat nagara Puseur- Bhumi.Disebat oge nagara nu

PANGAWERUH : Prasajarah

Prasajarah hartina mangsa/periode dina sajarah manusa nu ngawengku sadaya sajarah saméméh ayana pangabisa nulis (nu nandakeun awal sajarah tinulis). Yuga Prasajarah ngawengku mangsa/periode dina sajarah manusa nu taya/teu kapanggih catetan nu salamet. Najan loba nu teu sapuk ngeunaan munggaran mangsa prasajarah, sacara umum bisa ditarima yén mangsa prasajarah dimimitian kira 100000 nepi ka 200000 taun ka tukang, nalika ayana manusa modéren munggaran Homo sapiens. Tapi, aya ogé nu nyebutkeun yén mangsa prasajarah dimimitian leuwih lila ti éta, ku kapanggihna pakakas munggaran kira 2,5 yuta taun ka tukang di wewengkon ku kiwari katelah Olduvai Gorge. Ogé aya nu matok ka mangsa Homo erectus 1,5 yuta taun ka tukang, atawa mangsa Cro-Magnon kira 40000 MM. Mangsa pungkasan prasajarah ogé teu réngsé dipaséakeun. Di Mesir, sacara umum ditampa yén prasajarah ditutup kira 3500 MM, sedengkeun di Gini Anyar mah leuwih anyar, taun 1900-an. Émbaran ngeunaan mangsa prasajarah il

SITUS KABUYUTAN NAGARA TENGAH (dok.Salakanagara)

Image
Nama Nagaratengah sudah ada sejak jaman Kerajaan Galuh Hindu, ketika kerajaan berbentuk federasi. Mahaprabu Galuh membagi kerajaan yang salah satu diantaranya adalah Kerajaan Galuh Nagaratengah yang diperintah oleh Prabu Agung Danumaya dengan jumlah rakyat mencapai ± 1000 orang. Kemudian dilanjutkan oleh Prabu Wangsa Dedaha, lalu oleh Prabu Agung Ranggakusumah. Ketika Cipta Sanghyang Permana naik tahta sebagai Mahaprabu Galuh, ibukota kerajaan (dayeuh) pindah ke Nagaratengah. Letak ibukota antara sungai Cihapitan dan Cibodas (Sayung Desa Karanglayung) Kemudian penggantinya adalah Mahaprabu Cipta Permana (sebelumnya berdiam di Cimaragas) yang sudah memeluk agama Islam dan membagi kerajaan menjadi 6 Kerajaan kecil (Kadaleman). Selanjutnya, Kadaleman Nagaratengah dibangun pada 1583 oleh Pangeran Aria Panji Subrata. jarak lk. 25 km dari pusat kota Tasikmalaya, luas 3 Ha, berbagai situs yang ada : 1. Desa Nagaratengah a. Dusun Mekarsari Di dusun ini terdapat

SITUS BUKIT CULA (Dok Salakanagara)

Image
PERADABAN batu yang berlangsung sejak 40.000 tahun lalu masih menyiratkan perjalanan panjang sejarah manusia. Batu merupakan sumber kekayaan alam yang tak pernah habis, meskipun secara terus-menerus dieksploitasi untuk berbagai kepentingan. Bahkan dari batu inilah timbul suatu peradaban di masyarakat purba yang dikenal dengan budaya batu. Sisa-sisa peradaban batu inilah yang kemudian menyisakan berbagai tanggapan dan persepsi oleh sebagian masyarakat yang dikait-kaitan dengan kehidupan masa lampau. Sebagai contoh, ketika orang menemukan seonggok batu yang menyerupai benda-benda tertentu, maka secara serta merta muncul gambaran yang dikaitkan dengan apa yang pernah didengar tentang masa lalu, baik yang bersumber dari cerita turun-temurun, atau bahkan timbul idea untuk merentang kembali kisah-kisah lama. Di Kecamatan Ciparay, tepatnya di Desa Gunungleutik terdapat sebuah situs yang dikenal dengan nama Situs Bukit Cula. Situs ini terletak tidak jauh dari Kadaleman ya

Pangeran Paribatra di Bandung (dok.Salakanagara)

Di sebelah utara Bandung ada satu tempat yang dinamai Bunderan Siam (biasa dibaca Siem). Lokasi ini persisnya berada di perpotongan antara Jl. Cipaganti dengan Jl. Lamping (sekarang ditempati oleh pom bensin). Bunderan Siam memang cukup unik, selain namanya yang mengingatkan kepada kerajaan Thailand yang memang bernama lama Siam, juga karena di situ dahulu terdapat sebuah taman yang sangat indah. Di buku karya Haryoto Kunto “Semerbak Bunga di Bandung Raya” sebetulnya sudah ada keterangan tentang taman ini. Pada halaman 132 tertulis: “Pada permulaan tahun 1920-an, pembangunan perumahan gedong sepanjang Jl. Cipaganti baru sampai ke simpang Jl. Pasteur. Namun Pangeran Paribatra, seorang warga kehormatan Kota Bandung, kerabat Raja Siam (Mungthai), telah memilih sebidang tanah di tengah-tengah sawah jauh di ujung utara Jl. Cipaganti. Dibantu oleh arsitek Van Lugten, Sang Pangeran yang menjalani “pembuangan” di Jawa, mendirikan sebuah villa indah sebagai tempat kediamann

Keberagaman Busana Pengantin di daerah Jawa Barat

Image
Foto: Pikiran Rakyat Budayawan Elis Suryani menyebutkan bahwa kekhasan daerah itu tampak dari busana pengantin yang digunakan. Dari busana yang dikenakan itu terlihat adanya percampuran budaya yang tumbuh di wilayah tersebut. Di dalam buku Pesona Busana Pengantin dan Batik di Jawa Barat yang diterbitkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat digambarkan perbedaan pernikahan adat di Jawa barat. Pengaruh Betawi dan Melayu tampak dalam busana pengantin di Bogor dan Bekasi . Pengantin lelaki Bogor biasanya mengenakan kopiah putih, sedangkan pengantin perempuannya mengenakan gaun berwarna merah. Gaun ini menandakan adanya pengaruh Eropa terhadap budaya di wilayah Bogor. Tatanan rambutnya dihiasi deretan kembang goyang khas Betawi. Untaian bunga sedap malam yang selalu ada dalam pernikahan adat sunda pun turut terpasang. Uniknya kedua pasangan mengenakan kacamata hitam selama upacara dilangsungkan.

Spiritualitas Masyarakat Sunda

Ketika berkunjung ke Bandung pada 1921, George Celemenceau, Perdana Menteri Prancis kala itu, menyatakan bahwa Bandung adalah The Garden of Allah . George celemenceau terpesona akan lingkungan alam Jawa Barat yang asri dikelilingi gunung menjulang, berhutan rimbun dan hijau, kaya mata air panas ataupun dingin. Bagi orang Sunda, lingkungan alam yang harmonis membentuk diri dan pandangan hidupnya. Kecenderungan spiritualitas yang kental tercermin dari nilai-nilai moralitas positif. Ini dapat ditelusuri dari naskah-naskah Sunda kuno, misalnya Amanat dari Galunggung. Naskah ini berisi pedoman bagi para pemegang kekuasaan. Dinyatakan bahwa apabila ingin menang perang, jangan suka bentrok, berselisih maksud, saling berkeras hanya pada keinginan sendiri. Diajarkan pula agar orang Sunda berjiwa seperti padi, semakin berisi semakin merunduk; dan seperti sungai ( patanjala ), yang airnya terus mengalir dari hulu ke hilir sampai tujuan, yakni di muara. Dengan pandangan hidup demi