Posts

Showing posts with the label Kala Sunda

Sejarah Kalender

 Seratan  Kang Syam Putra Sunda LEBIH kurang 500 tahun, sistem penanggalan Sunda tak lagi akrab dengan masyarakatnya. Padahal, praktik “hitung-menghitung hari baik” hingga kini tetap dilakukan orang-orang Sunda yang “pandai”. Malah, orang Sunda sendiri –meski tak semuanya– merasa belum afdal jika hajat mereka (seperti pernikahan, membangun rumah, dan sebagainya) tak “dihitung” terlebih dahulu. Ternyata, proses “hitung-menghitung” itu bukan berdasarkan sistem penanggalan penanggalan Jawa hasil pengaruh dari sistem penanggalan India. Selasa (18/1/2005) malam, Yayasan Candra Sangkala menerbitkan kalender Sunda untuk pertama kalinya. Kegiatan di Kota Bandung,itu ternyata bertepatan dengan tahun baru Sunda. Tanggal 18 Januari 2005 bertepatan dengan tanggal 01 Suklapaksa (parocaang) bulan Kartika tahun 1941 Caka Sunda. Penelitian kalender Sunda itu sebagai hasil kerja keras seorang putra Bandung, Ali Sastramidjaja (70). Pria yang sempat belajar teknik di Negeri B...

Logika Astronomi pada Riwayat NINI ANTEH alias BULAN

" Ieu nini ucing nyusul sorangan indit di langit kadieu ninggalkeun bulan meureun hayang milu ulin ucing teh liwar kacida cik urang sintreuk sing tarik eta nini ulah kitu masing karunya ka ucing keun bae hayangeun incah heunteu beda kawas nini lah enya nini karunya hayu ucing urang ulin." Begitu kira-kira tembang Sunda yang biasa dinyanyikan anak-anak di bawah bulan purnama, zaman dulu. Nyanyian tersebut seolah sedang bercakap dengan Nini Anteh, tokoh imajiner dalam dongeng Sunda. Berharap sang Nini mau turun ke bumi. Dikisahkan, Nini Anteh adalah satu-satunya penghuni bulan. Bahkan, tidak hanya penghuni, Nini Anteh adalah bulan itu sendiri. Setiap hari ia menenun kain ditemani seekor kucing bernama Candramawat. Nini Anteh digambarkan seorang nenek tua yang berwajah keriput dan bopeng. Namun, dari kejauhan, ia tampak begitu indah. Orang Sunda menyebutnya Sari Gunung. Konon, kecantikan bulan membuat matahari mabuk kepayang. Membuat matahari terus mengejarnya, be...

MENGGALI DAN MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA BERBASIS ASTRONOMI

T. Djamaluddin Peneliti Utama Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antriksa Nasional (LAPAN) t_djamal@bdg.lapan.go.id, t_djamal@hotmail.com  http:// t-djamaluddin.spaces.live.com/             Produk budaya bangsa berbasis astronomi yang paling utama adalah pengetahuan tentang musim, navigasi berdasarkan rasi bintang, dan sistem kalender. Pengetahuan tentang musim terutama digunakan untuk menentukan saat menanam. Dan Navigasi (penentuan arah perjalanan) terutama digunakan oleh para pelaut dan nelayan. Sistem kalender sangta dipengaruhi budaya lokal, walau dari segi sistemnya seringkali mengadopsi dari sistem yang relatif telah mapan secara internasional yang telah dikembangkan oleh bangsa yang lebih tua budayanya. Tulisan ini hanya mengulas sekilas dua aspek pertama dan memfokuskan pada aspek penggalian sitsem kalender lokal yang harus dicermati demi akurasi sejarah. Penentuan musim dengan berpedoman pada posi...

KONSEP WAKTU DALAM PANDANGAN KI SUNDA

Image
Jam ini memiliki keunikan tersendiri yaitu memakai kata-kata, bukan memakai angka-angka. Kata-kata ini menggambarkan suasana sekitar pada jam tersebut di jaman dahulu kala. Seperti misalnya jam 12.00 berarti disebut Tangage, lalu jam 04.00 berarti jam "kongkorongok hayam" yang berarti pada jam ini ayam berkokok di waktu ini. Berikut nama-nama waktu jam sunda SIANG; jam 12.00 = tangage, jam 13.00 = lingsir (panon poe lirgsir ngulon), jam 14.00 = kalangkang satangtung, jam 15.00 = mengok, jam 16.00 = tunggak gunung (pononpoe tunggak gunung), jam 17.00 = sariak luyung,

KALA SUNDA 1945 - 1953 (2009 – 2017 Maséhi)

Dihisab oléh: Drs. H. Irfan Anshory Mengenal Kala Sunda Seorang budayawan Sunda, Ali Sastramidjaja (Abah Ali), pada awal tahun 2005 memperkenalkan Kala Sunda , kalénder lunar yang sistem perhitungannya persis sama seperti kalénder Hijriyah-Jawa. Dalam sewindu ada tiga tahun kabisat ( taun panjang ), sehingga jumlah hari dalam satu windu (delapan tahun) adalah (354 x 8) + 3 = 2835 hari, angka yang habis dibagi 35 (7 x 5). Itulah sebabnya setiap awal windu ( indung poé ) selalu jatuh pada hari dan pasaran yang sama. Jika misalnya awal windu jatuh pada Ahad Manis, maka awal windu selanjutnya pasti Ahad Manis juga. Oleh karena kabisat Kala Sunda tiga dari delapan tahun (3/8 = 45/120), sedangkan kabisat kalénder lunar yang akurat adalah 11 dari 30 tahun (11/30 = 44/120), maka dalam setiap 15 windu (120 tahun), yang disebut satu tunggul taun (idéntik dengan satu kurup dalam kalénder Hijriyah-Jawa), kalénder Kala Sunda (seperti juga kalénder Jawa) harus hilang satu hari , ag...

Titi Mangsa

Lamun ayeuna mah jigana titi mangsana tos teu puguh da cuacana oge tos robih pisan atawa anu disebat populer na mah “global warming” tea, ngan ari ceuk budak baheula kolot ayeuna dina sataun urang sunda mah ngagaduhan titi mangsa , nyaeta: Kasa (kahiji) Mangsa kahiji mimitina ti tanggal 21 Juni nepi ka 31 Juli, lilana 41 poé. Cicirénna: angindatangna ti kalér wétan, loba tatangkalannu murag dauna,sato-sato laleutik kayaning jangkrik jeung sajabana endogna malegar, kaayaan hawa ti berang karasana kacida panasna ari ti peuting tiris, lauk di walungan henteu laliar, kaayaan taneuh panas, béntang wuluku aya di beulah wétan, kalangkangna nepi ka kidul. Mangsa ieu mah lain waktu keur tatanén sabab usum halodo. Karo (kadua) Mangsa kadua mimitina tina tanggal 1 Agustus nepi ka tanggal 23 Agustus, lilana 23 poe. Perlambangna: beutule rengko tanah beulah. Cicirenna: Angin datangna ti kidul kaler nuju ka kulon, ti beurang tetep panas ti peuting tiris, taneuh gararing nepi...

KONSEP WAKTU DALAM PANDANGAN KI SUNDA

Image
Waktu dalam bahasa Sunda disebut dengan kata Wanci dan Mangsa adalah sebuah konsep terhadap pembagian siklus perubahan keadaan alam baik selama sehari atau pun dalam setahun. Masyarakat Sunda sejak dari dulu sudah mengenal konsep waktu ini, hal itu terbukti dengan ditemukannya penanggalan pada prasasti-prasasti kuno dan naskah-naskah kuno yang terdapat di wilayah Sunda. Ada nama-nama khusus yang diberikan terhadap siklus perubahan alam itu, seperti pada siklus sehari dikenal nama-nama waktu sebagai berikut : Wanci janari leutik , yaitu kira-kira jam 01.00 – 03.00 malam. Wanci janari gede , yaitu kira-kira jam 03.30 – 04.30 Wanci balebat , yaitu waktu pajar telah terlihat di sebelah Timur kira-kira jam 04.30. Wanci carangcang tihang , yaitu waktu setelah pajar kira-kira jam 04.30 – 05.00. Wanci haneut moyan , yaitu waktu yang sangat enak untuk berjemur di bawah sinar matahari, kira-kira jam 07.00 – 08.30.

KALENDER (KALA) SUNDA

Image
  LEBIH kurang 500 tahun, sistem penanggalan Sunda tak lagi akrab dengan masyarakatnya. Padahal, praktik “hitung-menghitung hari baik” hingga kini tetap dilakukan orang-orang Sunda yang “pandai”. Malah, orang Sunda sendiri –meski tak semuanya– merasa belum afdal jika hajat mereka (seperti pernikahan, membangun rumah, dan sebagainya) tak “dihitung” terlebih dahulu. Ternyata, proses “hitung-menghitung” itu bukan berdasarkan sistem penanggalan Sunda, melainkan sistem penanggalan Jawa hasil pengaruh dari sistem penanggalan India. Soalnya, itu tadi, sistem penanggalan Sunda tak lagi akrab pada masyarakatnya sejak kurang lebih 500 silam. Selasa (18/1) malam, Yayasan Candra Sangkala menerbitkan kalender Sunda untuk pertama kalinya. Kegiatan yang berlangsung di Pendopo Kota Bandung, Jalan Dalem Kaum itu ternyata bertepatan dengan tahun baru Sunda. Ya, Tanggal 18 Januari 2005 bertepatan dengan tanggal 01 Suklapaksa ( parocaang ) bulan Kartika tahun 1941 Caka ...