Umar Partasuanda – Dalang wayang golek
Nama lengkapnya Raden Oemar Partasoeanda. Lahir di Bandung, 11
Januari 1904. Beliau dikenal sebagai dalang, pencipta lagu, dan pencipta
Wayang Golek Modern. Setelah tamat sekolah Vervlog
melanjutkan ke Normaal school selama satu tahun kemudian menjadi guru
Sakola Desa di Ciroyom, Bandung. Karena bakat dan minatnya pada
kesenian, terutama seni pedalangan, pekerjaan guru ditinggalkannya. Ia
belajar ilmu karawitan dan padalangan kepada bapak Ai di Ciroyom, Andir.
Setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, ia mengalami kesulitan
ekonomi, sehingga terpaksa bekerja sebagai pegulat (worstelaar) dan
sebagai pemain filem pada perusahaan Mr. Wong, yaitu perusahaan film
pertama di Bandung (Indonesia). Ia pernah main dalam film cerita Lari ke
Arab, Eulis Acih, dan Si Pitung (1932). Ia aktif dalam pergerakan
kebangsaan sejak 1927 dengan menjadi anggota PNI. Ia belajar mendalang
pada dalang Kayat dan Sukatma pada th 1933. Oleh dalang Sukatma ia
disuruh memperdalam ilmu mendalang kepada Abah Juhari (Djoehari) yaitu
ayah dalang Abeng Sunarya.
Pada tahun 1933 ia belajar pula pada dalang Aksan dan dalang Emon.
Namanya mulai terkenal sekitar tahun 1938-1940 setelah sering mengisi
siaran Wayang Golek
dan wayang catur di radio NIROM, VORL, dan PPRK, bergiliran dengan
dalang Emon dan dalang Suhayaatmaja (Suhajaatmaja). Pada tahun 1939 ia
mengisi rekaman piringan hitam ODEON. Pada zaman pendudukan Jepang,
bersama-sama dalang lainnya ia ditunjuk menjadi dalang propaganda
pemerintahan Jepang, berkeliling daerah-daerah di Tatar Sunda. Sebagai
anggota PNI kesempatan ini dipakai pula untuk propaganda persiapan
kemerdekaan Republih Indonesia. Ia ditangkap kempeitei karena menyusun
sindiran sepanjang jalan Cirebon, moal weleh diaspalan; Sepanjang dijajah Nipon, baju ge tatambahan.
Pada jaman revolusi kemerdekaan, ia memimpin rombongan kesenian yang
dibentuk oleh Ikatan Organisasi Perjuangan ke Bandung (1948), ia
memimpin “Lingkung Seni Pamagersari”. Waktu berada di pengungsian di
Wanaraja (1947), ia mendcoba membentuk Wayang Golek Modern. Tapi baru
bisa diwujudkan pada 1949 atas bantuan teman-temannya a.l Aek
Gunawijaya, Adis Sudarma, Partasukayat serta istrinya Arnesah.
Pertunjukan perdana wayang golek modern di Gedung Merdeka pada tahun
1951. Atas usaha dan inisiatif R. Gaos Harjasumantri, pagelaran wayang golek modern
dipopulerkan pula di Jakarata pada tahun 1952-1955 termasuk di Istana
Negara, disamping di daerah-daerah lainnya disseluruh tatar Sunda. Ia
menjadi Ketua Seksi Pedalangan organisasi ISSI (1950-1955) dan pada
waktu itu pula ia bersama-sama teman lainnya menerbitkan majalah
pedalangan Kalijaga. Tahun 1964, bersama-sama R.A Darya, dll mendirikan
Yayasan Pedalangan Jawa Barat. Tahun berikutnya bersama K.S Kostaman
mendirikan “Yayasan Pamagersari”.
Disamping sebagai dalang, ia aktif mencipta lagu yang dipopulerkan oleh pesinden Arnesah, a.l lagu-lagu : Sukarela,
Kumico, Hayam Ngupuk, Jangger, Kangkung Bandung, Oncom Bandung,
Pangungsi ti Yogya ka Garut, Ronda Malam, Sinar Gumilang, Surya Medal,
dll. Kegiatan lainnya, ia menyusun dan menerbitkan buku-buku ilmu
pedalangan a.l Pustaka Raja Purwa (1963), Sejarah para Dewa (1964),
Pangajaran Ngadalang (1964), Purwakanda-Purwacarita (1960-1964). Ia
aktif pula mengisi rubrik Seni Budaya pada surat kabar Sipatahoenan
(1955-1964). Pada tahun 1952-1964 menjadi pembantu siaran dan anggota
komisi siaran di RRI Bandung. Tanda penghargaan yang ia terima a.l
piagam Anugrah Seni dan medali Wijayakusumah (1969) dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayakan, piagam dari Menteri Keamanan Nasional
(1964), dll.
sumber : Ensiklopedi Sunda, Pustaka Jaya
Nuhun ah kang agus informasina
ReplyDeleteSami-sami, wilujeng, Hurip Sunda !
Delete