ONOM, Snouck dan Bupati Ciamis (Dok. Salakanagara)

KISAH Onom (makhluk halus) dan perkawinan Snouck Hurgronye, salah seorang orientalis ternama zaman penjajahan Belanda yang menikah dengan gadis Ciamis, tampaknya bakal menjadi bagian tulisan sejarah yang cukup menarik. Tulisan sejarah Ciamis itu saat ini sedang disusun oleh sejarawan Prof. Dr. Dadan Wildan, Dr. Nina Lubis, dan kawan-kawan.

Terbukti, ketika draf buku sejarah tersebut diseminarkan, Selasa (25/5) lalu di Pendopo Ciamis, saat penulis memaparkan cerita tentang Onom dan Snouck, para peserta benar-benar antusias. Daya tarik makhluk halus yang selama ini diyakini sebagai pendukung kekuatan dari Raja-raja/­Bupati Galuh, menjadi bagian catatan kaki yang diulas oleh penulis secara gamblang.
Begitu juga ketika Snouck, ilmuwan Belanda yang merintis masuknya penjajahan Belanda di Aceh, dalam bagian buku itu ditulis menikah dengan gadis Ciamis, banyak tokoh Ciamis yang menjadi peserta seminar merasa kaget. Mereka tidak pernah membayangkan ternyata Snouck, ahli kajian Arab itu, pernah tinggal cukup lama di Ciamis bahkan hingga memiliki empat anak hasil pernikahannya dengan Sangkana.

Prof. Dadan Wildan c.s. menuliskan kisah Onom dan Snouck itu saat mengulas perjalanan Bupati/­Raja Galuh R.A.A. Kusumadiningrat atau nama panggilannya Kangjeng Prebu. Bupati Galuh satu ini dikenal di kalangan masyarakat setempat sebagai bupati terkemuka, karena keberhasilannya­ dalam membangun Ciamis.

Misalnya, saat memimpin Ciamis menggantikan Raden Adipati Kusumadiningrat­ pada tahun 1886, Kangjeng Prebu membangun irigasi-irigasi­ dan dam, seperti saluran Gandawangi dan Nagawiru untuk mengairi persawahan dan membuka areal baru. Dengan pembangunan irigasi itu, pembangunan sektor pertanian di bawah kepemimpinan Kangjeng Prebu mengalami kemajuan cukup pesat.
Dia juga mewajibkan pasangan warganya yang menikah membawa kitri atau bibit pohon kelapa untuk ditanam di halaman rumahnya. Kebijakan itu masih terasa manfaatnya sampai sekarang. Ciamis kini menjadi sentra kelapa dan ada 13 ribu orang yang menggantungkan hidupnya dari pohon tersebut.
Dilindungi ”Onom”
Namun, selain dikenal sukses dalam pembangunan fisik dan pertanian, Kangjeng Prebu juga dipercaya sebagai bupati yang memiliki "kelebihan". Itulah sebabnya, kata Dadan Wildan, banyak orang suka mandi di pemandian umum selatan Selagangga, salah satu peninggalan kangjeng, untuk ngalap berkah.
"Di samping itu, Kangjeng Prebu dianggap punya hubungan khusus dengan roh halus yang disebut Onom. Bila ada pesta atau hajat di keraton, bupati akan menyediakan hidangan khusus untuk Onom," jelasnya.

Bupati menyediakan tempat khusus di belakang pendopo Ciamis yang ditutupi dengan daun pohon kelapa dan di dalamnya dihidangkan makanan untuk Onom. Tidak semua orang bisa masuk, kecuali kuncen Ranca Onom yang pakaiannya terbuat dari kain goni yang terkoyak-koyak dengan tutup kepala kukusan.
Hubungan Onom dengan Bupati Ciamis dan keturunannya, kabarnya terus berlangsung dan menjadi bagian kepercayaan masyarakat Ciamis hingga sekarang. Onom tetap dipercaya ikut menjaga keamanan para Bupati Ciamis dan keturunannya dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Beberapa Bupati Ciamis, bahkan sengaja mengosongkan atau tidak menggunakan salah satu kamar yang ada di Gedung Negara tempat tinggal para bupati. Dalam setiap ulang tahun Ciamis, juga kerap disediakan ruangan dan makanan khusus untuk Onom. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir kisah atau kebiasaan itu meredup.

Salah seorang Bupati Ciamis, Sastrawinata, pernah mendapatkan penghargaan Bintang Willems Orde, dari pemerintah kolonial Belanda. Penghargaan itu diberikan karena Sastrawinata dinilai berhasil meredam pemberontakan PKI di Ciamis. Tokoh PKI Alimin dan Muso datang ke Ciamis pada tahun 1926.
Di balik kisah itu, cerita rakyat Ciamis menyebutkan bahwa keberhasilan bupati meredam pemberontakan PKI itu karena bantuan Onom. Ceritanya, setelah membunuh beberapa warga Ciamis, pemberontak itu sempat mengepung bupati yang sedang berada sendirian di pendopo. Tapi begitu pemberontak mendekat, mereka melihat ada ratusan orang bersenjata lengkap berada di belakang bupati. Para pemberontak pun mundur. Padahal waktu itu bupati sendirian. Itu salah satu kisah Onom dalam kaitannya sebagai pelindung bupati di Ciamis.

Pernikahan Snouck
Dalam draf buku yang disusun Prof. Dadan Wildan juga disebutkan, dalam pengembaraannya­ di Indonesia, Snouck ternyata menikah dengan gadis Galuh bernama Sangkana, pada tahun 1890. Sangkana adalah putri Kepala Penghulu bernama Muhammad Thaib. Gadis yang berusia 17 tahun tersebut, saat itu sedang ngawuladi pendopo Ciamis. Kehadiran Snouck diterima terbuka oleh Bupati Ciamis, Kusumabrata. Dia adalah putra Kangjeng Prebu yang dikenal progresif yang membuka sekolah-sekolah­ dengan guru berasal dari Belanda. Istri Kusumabrata mempersilakan Snouck memilih gadis Ciamis, dan pria Belanda itu pun memilih Sangkana.

Dari pernikahannya itu, Snouck mempunyai empat anak yaitu Salmah Emah, Umar, Aminah, dan Ibrahim. Ketika mengandung anak yang kelima, Sangkana keguguran dan meninggal dunia pada tahun 1896.

Pada tahun 1906, Snouck kembali ke Belanda untuk menerima jabatan sebagai Mahaguru Bahasa Arab di Universitas Leiden. Kepergiannya itu ternyata untuk selama-lamanya,­ karena ia tidak pernah lagi keIndonesia hingga meninggal tahun 1936.

Snouck sendiri banyak merahasiakan pernikahannya dengan gadis Ciamis itu, bahkan anak-anaknya pun dilarang menggunakan nama Snouck. Snouck juga melarang keturunannya untuk datang ke Belanda. Namun Snouck sempat mengirim biaya untuk anak-anaknya masing-masing lima ribu gulden. Pernikahan dengan gadis Ciamis itu hanya diketahui beberapa pejabat pribumi terkait.
Kata Dadan Wildan, tidak ada seorang pun anak Snouck yang bisa bertemu ayahnya di Belanda. Pernikahan itu, bisa saja merupakan jalan bagi Snouck untuk bisa diterima atau lancar dalam menjalankan pekerjaannya.

Penggalan cerita di atas, adalah bagian yang dipaparkan oleh para penulis buku Sejarah Ciamis. Buku itu disambut baik oleh Bupati Ciamis Engkon Komara, agar warga Ciamis tidak pareumeun obor. "Buku ini akan diluncurkan pada saat Hari Jadi Ciamis ke-363 pada tanggal 12 Juni mendatang. Nanti buku ini juga akan disebarkan ke sekolah-sekolah­. Syukur bisa menjadi muatan lokal," kata Engkon Komara.

Sumber : Harian Pikiran Rakyat

gambar tina google : rawa Cilalay.
ONOM, Snouck dan Bupati Ciamis (Dok. Salakanagara)

KISAH Onom (makhluk halus) dan perkawinan Snouck Hurgronye, salah seorang orientalis ternama zaman penjajahan Belanda yang menikah dengan gadis Ciamis, tampaknya bakal menjadi bagian tulisan sejarah yang cukup menarik. Tulisan sejarah Ciamis itu saat ini sedang disusun oleh sejarawan Prof. Dr. Dadan Wildan, Dr. Nina Lubis, dan kawan-kawan.

Terbukti, ketika draf buku sejarah tersebut diseminarkan, Selasa (25/5) lalu di Pendopo Ciamis, saat penulis memaparkan cerita tentang Onom dan Snouck, para peserta benar-benar antusias. Daya tarik makhluk halus yang selama ini diyakini sebagai pendukung kekuatan dari Raja-raja/­Bupati Galuh, menjadi bagian catatan kaki yang diulas oleh penulis secara gamblang.
Begitu juga ketika Snouck, ilmuwan Belanda yang merintis masuknya penjajahan Belanda di Aceh, dalam bagian buku itu ditulis menikah dengan gadis Ciamis, banyak tokoh Ciamis yang menjadi peserta seminar merasa kaget. Mereka tidak pernah membayangkan ternyata Snouck, ahli kajian Arab itu, pernah tinggal cukup lama di Ciamis bahkan hingga memiliki empat anak hasil pernikahannya dengan Sangkana.

Prof. Dadan Wildan c.s. menuliskan kisah Onom dan Snouck itu saat mengulas perjalanan Bupati/­Raja Galuh R.A.A. Kusumadiningrat atau nama panggilannya Kangjeng Prebu. Bupati Galuh satu ini dikenal di kalangan masyarakat setempat sebagai bupati terkemuka, karena keberhasilannya­ dalam membangun Ciamis.

Misalnya, saat memimpin Ciamis menggantikan Raden Adipati Kusumadiningrat­ pada tahun 1886, Kangjeng Prebu membangun irigasi-irigasi­ dan dam, seperti saluran Gandawangi dan Nagawiru untuk mengairi persawahan dan membuka areal baru. Dengan pembangunan irigasi itu, pembangunan sektor pertanian di bawah kepemimpinan Kangjeng Prebu mengalami kemajuan cukup pesat.
Dia juga mewajibkan pasangan warganya yang menikah membawa kitri atau bibit pohon kelapa untuk ditanam di halaman rumahnya. Kebijakan itu masih terasa manfaatnya sampai sekarang. Ciamis kini menjadi sentra kelapa dan ada 13 ribu orang yang menggantungkan hidupnya dari pohon tersebut.
Dilindungi ”Onom”
Namun, selain dikenal sukses dalam pembangunan fisik dan pertanian, Kangjeng Prebu juga dipercaya sebagai bupati yang memiliki "kelebihan". Itulah sebabnya, kata Dadan Wildan, banyak orang suka mandi di pemandian umum selatan Selagangga, salah satu peninggalan kangjeng, untuk ngalap berkah.
"Di samping itu, Kangjeng Prebu dianggap punya hubungan khusus dengan roh halus yang disebut Onom. Bila ada pesta atau hajat di keraton, bupati akan menyediakan hidangan khusus untuk Onom," jelasnya.

Bupati menyediakan tempat khusus di belakang pendopo Ciamis yang ditutupi dengan daun pohon kelapa dan di dalamnya dihidangkan makanan untuk Onom. Tidak semua orang bisa masuk, kecuali kuncen Ranca Onom yang pakaiannya terbuat dari kain goni yang terkoyak-koyak dengan tutup kepala kukusan.
Hubungan Onom dengan Bupati Ciamis dan keturunannya, kabarnya terus berlangsung dan menjadi bagian kepercayaan masyarakat Ciamis hingga sekarang. Onom tetap dipercaya ikut menjaga keamanan para Bupati Ciamis dan keturunannya dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Beberapa Bupati Ciamis, bahkan sengaja mengosongkan atau tidak menggunakan salah satu kamar yang ada di Gedung Negara tempat tinggal para bupati. Dalam setiap ulang tahun Ciamis, juga kerap disediakan ruangan dan makanan khusus untuk Onom. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir kisah atau kebiasaan itu meredup.

Salah seorang Bupati Ciamis, Sastrawinata, pernah mendapatkan penghargaan Bintang Willems Orde, dari pemerintah kolonial Belanda. Penghargaan itu diberikan karena Sastrawinata dinilai berhasil meredam pemberontakan PKI di Ciamis. Tokoh PKI Alimin dan Muso datang ke Ciamis pada tahun 1926.
Di balik kisah itu, cerita rakyat Ciamis menyebutkan bahwa keberhasilan bupati meredam pemberontakan PKI itu karena bantuan Onom. Ceritanya, setelah membunuh beberapa warga Ciamis, pemberontak itu sempat mengepung bupati yang sedang berada sendirian di pendopo. Tapi begitu pemberontak mendekat, mereka melihat ada ratusan orang bersenjata lengkap berada di belakang bupati. Para pemberontak pun mundur. Padahal waktu itu bupati sendirian. Itu salah satu kisah Onom dalam kaitannya sebagai pelindung bupati di Ciamis.

Pernikahan Snouck
Dalam draf buku yang disusun Prof. Dadan Wildan juga disebutkan, dalam pengembaraannya­ di Indonesia, Snouck ternyata menikah dengan gadis Galuh bernama Sangkana, pada tahun 1890. Sangkana adalah putri Kepala Penghulu bernama Muhammad Thaib. Gadis yang berusia 17 tahun tersebut, saat itu sedang ngawuladi pendopo Ciamis. Kehadiran Snouck diterima terbuka oleh Bupati Ciamis, Kusumabrata. Dia adalah putra Kangjeng Prebu yang dikenal progresif yang membuka sekolah-sekolah­ dengan guru berasal dari Belanda. Istri Kusumabrata mempersilakan Snouck memilih gadis Ciamis, dan pria Belanda itu pun memilih Sangkana.

Dari pernikahannya itu, Snouck mempunyai empat anak yaitu Salmah Emah, Umar, Aminah, dan Ibrahim. Ketika mengandung anak yang kelima, Sangkana keguguran dan meninggal dunia pada tahun 1896.

Pada tahun 1906, Snouck kembali ke Belanda untuk menerima jabatan sebagai Mahaguru Bahasa Arab di Universitas Leiden. Kepergiannya itu ternyata untuk selama-lamanya,­ karena ia tidak pernah lagi keIndonesia hingga meninggal tahun 1936.

Snouck sendiri banyak merahasiakan pernikahannya dengan gadis Ciamis itu, bahkan anak-anaknya pun dilarang menggunakan nama Snouck. Snouck juga melarang keturunannya untuk datang ke Belanda. Namun Snouck sempat mengirim biaya untuk anak-anaknya masing-masing lima ribu gulden. Pernikahan dengan gadis Ciamis itu hanya diketahui beberapa pejabat pribumi terkait.
Kata Dadan Wildan, tidak ada seorang pun anak Snouck yang bisa bertemu ayahnya di Belanda. Pernikahan itu, bisa saja merupakan jalan bagi Snouck untuk bisa diterima atau lancar dalam menjalankan pekerjaannya.

Penggalan cerita di atas, adalah bagian yang dipaparkan oleh para penulis buku Sejarah Ciamis. Buku itu disambut baik oleh Bupati Ciamis Engkon Komara, agar warga Ciamis tidak pareumeun obor. "Buku ini akan diluncurkan pada saat Hari Jadi Ciamis ke-363 pada tanggal 12 Juni mendatang. Nanti buku ini juga akan disebarkan ke sekolah-sekolah­. Syukur bisa menjadi muatan lokal," kata Engkon Komara.
Sumber : Harian Pikiran Rakyat 

gambar tina google : rawa Cilalay.

Comments

Popular posts from this blog

NGARAN PAPARABOTAN JEUNG PAKAKAS

Masrahkeun Calon Panganten Pameget ( Conto Pidato )

Sisindiran, Paparikan, Rarakitan Jeung Wawangsalan katut contona