RADEN ALIT DAN TEMBANG AYANG2GUNG (Dok.Salakanagara)

Perlawanan Raden Alit:
Oleh : Richadiana Kartakusuma
Raden Alit melarang rakyat Jampang untuk memanen kopi yang telah masuk masa panen, bahkan ia memerintahkan untuk merusak tanaman kopi. Untuk mengamankan kepentingan Kompeni Belanda merencakan mengirimkan pasukannya ketempat peristiwa. Namun sebelum berangkat kelokasi, Tanuwijaya, kepala Kampung Baru Bogor mengirimkan berita bahwa Raden Alit telah meninggal dunia.
Di balik itu Tanuwijaya mengirim berita kepada Raden Alit tentang adanya rencana Belanda untuk menyerang Jampang, sehinga dengan segera Raden Alit memboyong semua warganya, berjumlah 1.354 jiwa, untuk meninggalkan Jampang. Serangan itu pun diurungkan VOC.

Mungkin berdasarkan penelitian intelijen VOC diketahui, bahwa Raden Alit belum meninggal. VOC segera menyerbu Jampang. Namun pasukan Raden Alit telah lebih dahulu memindahkan penduduk Jampang ke daerah Bayabang, di tepi Kali Citarum. Sayang jauhnya daerah baru itu sangat jauh, hanya sebagian yang bisa dipindahkan, karena ancaman kelaparan dan kelelahan. Sementara pasukan VOC di Jampang mendapatkan tempat kosong.

Pasca penyerangan tersebut Raden Alit seolah-olah ditelan bumi. VOC memperkirakan pemberontakan Raden Alit telah berakhir. Namun Kompeni di kejutkan dengan serangan pasukan Raden Alit di Priangan Timur, seperti di Galuh, Imbanagara dan Kawasen. Setelah dilakukan penyelidikan ternyata pada tahun 1704 Raden Alit memindahkan markas pasukannya ke muara Cintaduy.

Untuk mencegah dan menangkap Raden Alit, Kompeni Belanda mengirimkan pasukan ke Ciamis, namun mereka menemukan daerah yang kosong, karena Raden Alit telah memindahkan pasukannya kembali ke Daerah Jampang. Demikian pula ketika menyerang Jampang, ternyata pasukan Raden Alit sudah tidak ada lagi, bahkan ia telah menyerang daerah sekitar Batavia. Kondisi ini sangat membingungkan Belanda.
Epos perlawanan Raden Alit sejaman dengan lalampahan Tanuwijaya, yang banyak memberikan bantuan untuk perjuangan Raden Alit. Padahal ketika itu Tanuwijaya sudah berpangkat Letnan Belanda dan dijadikan sebagai penguasai Bogor Baru. Tanuwijaya yang dianggap anak emas Belanda tersebut telah beberapa kali menyesatkan Belanda dalam upayanya menangkap Raden Alit. Seperti ketika merencanakan penyerangan ke daerah Jampang. Tanuwijaya menginformasikan kepada Belanda, bahwa Raden Alit telah meninggal terkena wabah penyakit.
Namun dalam waktu yang sama ia pun mengirimkan berita kepada Raden Alit, tentang rencana Kompeni menyerang Raden Alit di Jampang. Tentunya tindakan yang dilakukan Tanuwijaya membutuhkan keberanian.

Namun tidak heran jika mengetahui bahwa Tanuwijaya masih ‘Teureuh Pajajaran’ memiliki kepentingan untuk memerdekakan tatar pasundan.Dalam cerita lain memang ada kesan Tanuwijaya adalah antek Belanda, seperti diabadikan dalam lagu rakyat ayang-ayang gung:

Ayang-ayang gung
Gung goong na rame
Menak kang Mas Tanu
Nu jadi wadana
Naha maneh kitu
Tukang olo-olo
Loba haru biru
Rucah jeung kumpeni
Niat jadi pangkat
Katon kagorengan
Nganteur Kang Jeng Dalem
Lempa lempi lempong
Ngadu pipi jeung nu ompong.

Lagu itu sangat bertolak belakangan dengan catatan sejarah. Terutama ketika diketahui bahwa Tanuwijaya dibuang Belanda ke Tanjung Harapan. Tentunya sebagai konsekwensi dari pembangkangannya kepada Belanda. Kisah selanjutnya tentang Raden Alit terjadi pada tahun 1705. Pasukan Raden Alit diketahui telah berada di Bogor dan menyerang posisi-posisi Belanda, kemudian menghilang tak diketahui rimbanya. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sehingga menimbulkan kecurigaan Belanda.

Hingga akhirnya berdasarkan laporan intelejen Belanda diketahui, bahwa ada kerjasama antara Raden Alit dengan Tanuwijaya. Langkah berikutnya tentu Belanda ‘mengamankan Tanuwijaya’. Ia menagkap Tanuwijaya dan dibuang ke Tanjung Harapan. Namun Tanuwijaya tak kunjung mau menceritakan kepada Belanda tentang posisi Raden Alit.

Penangkapan Tanuwijaya tidak menyurutkan epos perlawanan Raden Alit. Pada bulan maret 1705 pasukan Raden Alit muncul di Sumedang Selatan dan menyerang posisi-posisi strategis Belanda. Pasukan Raden Alit berhasil membunuh pasukan Belanda yang melakukan pengejaran. Kegagalan Intelejen Belanda dalam mendeteksi keberadaan pasukan raden Alit sangat mengkhawatirkan posisinya. Dengan politik adu dombanya Belanda mengadakan Sayembara, : Barang siapa yang mampu menangkap Raden Alit, hidup atau mati maka akan dihadiahi 300 ringgit. Namun rakyat lebih bersimpati kepada Raden Alit ketimbang tergiur hadiah 300 ringgit.

Belanda mengira adanya kerjasama antara Raden Alit dengan para penguasa daerah, seperti pada Tanuwijaya. Untuk menekan para penguasa daerah Belanda mengistruksikan kepada para Bupati untuk menangkap Raden Alit paling lambat enam bulan. Belanda mengancam pula, jika tidak berhasil para Bupati tersebut akan ditangkap dan dikenakan hukuman sesuai dengan perbuatan yang dilakukan Raden Alit. Namun tidak satupun Bupati yang mengindahkan instruksi tersebut. Selain segan dan menaruh hormat terhadap Raden Alit merekapun ‘gimir’ melihat keberanian Raden Alit.

Sebagai rasa terima kasih dari Raden Alit dan menyelamatkan posisi para Bupati tersebut, pada tahun 1706 mengalihkan serangannya ke Wilayah Tangerang. Suatu wilayah yang berada dibawah pengawasan langsung Belanda. Namun Belanda hanya menemukan sisa-sisa penyerangan tanpa mengetahui jejak selanjutnya. Akibat serangan ini Belanda berkeyakinan, tidak ada hubungan antara para Bupati di tatar sunda dengan perlawanan Raden Alit.

Dihin pinasti kersaning Hyang Widi, niti wanci ninggang mangsa, hirup – pati – bagja jeung cilaka manusa rasiah Pangeran. Pada tahun 1707 Raden Alit memindahkan wilayah gerilyanya ke Banyumas, pada bulan april tahun yang sama Raden Alit berhasil mengalahkan pasukan Belanda di Banyumas. Kekalahan Raden Alit terjadi pada Juli 1707.

Ketika ia menyerang posisi Belanda di Bagelen. Namun pasukan Belanda sudah mencium rencana Raden Alit. Maka pada tangal 12 Juli 1707 Raden Alit Haji Prawatasari tertangkap. Kemudian ia dibawa ke Kartasura ibu kota Mataram. Namun entah kabar selanjutnya, yang jelas Raden Alit tak pernah kembali ke tatar sunda.*

Comments

Popular posts from this blog

NGARAN PAPARABOTAN JEUNG PAKAKAS

Masrahkeun Calon Panganten Pameget ( Conto Pidato )

Sisindiran, Paparikan, Rarakitan Jeung Wawangsalan katut contona