Bukti Bahwa Kerajaan Pajajaran ada : (Dok.Salakanagara)
- Get link
- X
- Other Apps
I. Prasasti
Prasasti Batutulis Lawang Gintung sebagai sebagai prasasti yang
sangat mendukung akan eksistensi kerajaan Pajajaran.Kompleks Prasasti
Batutulis yang luasnya 17 x 15 meter terletak di desa batutulis, lebih
kurang 2 km dari pusat Kota Bogor.Batu Prasasti dan benda-benda lain
peninggalan kerajaan Pajajaran terdapAt dalam komplek ini. Pada batu ini
berukir kalimat-kalimat dengan huruf Sunda Kawi. Diukir oleh Prabu
Surawisesa pada tahun 1533 Masehi (1455-Saka) dengan maksud memperingati
jasa aahandanya
Sri Baduga Maharaja atau yang lebih dikenal dengan nama Prabu
Siliwangi yang sakti.
Sri Baduga Maharaja adalah raja Pajajajran terbesar yang memerintah
tahun 1482-1521 masehi (1404+1443 Saka). Prasasti Batutulis ini adalah
tempat untuk melakukan upacara penobatan raja-raja pajajaran dibawah
kekuasaan Prabu Siliwangi (1482-1521).
Dalam transkripsi prasasti batu tulis disebutkan bahwa raja Pajajaran membuat :
1. Tugu peringatan (sasakala) berupa bukit ==> telah ditemukan
2. ngabalay (membuat jalan) ==> telah ditemukan
3. Hutan Samida (hutan larangan) ==> telah ditemukan
4. Telaga Sanghyang Rena Mahawijaya ==> masih dalam pencarian
Disamping prasasti tersebut telah ditemukan pula bukti peninggalan
sejarah lainnya seperti :
=> Di daerah Serpong yaitu perbatasan antara kecamatan Gunung Sindur
di daerah Kab. Bogor ini dengan Kab. Tanggerang telah diketemukan
beberapa benda dan tulisan-tulisan kuno di atas daun lontar.
=> Di daerah dalam Kebun Raya Bogor, pernah diketemukan lima buah
arca, diduga dari daerah Jawa Tengah atau Jawa Timur, empat buah
pahat, arca Parwati dari batu, Raksasa, Garuda, Kepala Budha dan Relief.
=> Di sekitar Batutulis, telah diketemukan bekas-bekas tembok Istana
pajajaran, antara lain di Bantar Peuteuy.
=> Di Lawang Gintung, yaitu ditepi Sungai Pakancilan diketemukan
beberapa batu yg kasar dan satu fragmen dari mahadewa.
=> Di Pamoyanan, diketemukan batu dalam bentuk Lingga.
=> Di Kota Batu(daerah Ciapus) diketemukan tempat pemandian, di mana
terdapat batu pipih dan batu seperti tiang dengan tinggi 1 m.
=> Di Gunung Salak diatas Ciapus, diketemukan teras-teras dari batu
alam baik di Puncak Kramat maupun di Gunung Gajah.
=> Di Ciawi-Seuseupan, ada arca dari batu yang berasal dari Madiun
dan tiga buah kampak.
=> Di dekat perkebunan besar Cikopo Selatan, ada beberapa arca
Polynesia yang kasar dan dinamakan arca Domas.
=> Di Gunung Galuga (perbatasan Cibatok menuju Leuwiliang) terdapat
tumpukan batu-batu besar yang kasar seperti “hunnebed” atau makam-
makam batu tumpang. “Batu Tumpang” menurut pendapat orang adalah
pimpinannya, dinamakan Ranggagadin.
=> Di Gunung Cibodas, Pasir Simalang dekat Ciampea, ada beberapa arca
besar dan kasar diantaranya raksasa yg dinamakan Pak Dato, semua arca
bercorak Pajajaran. Selain itu diketemukan pula arca singa dari
perunggu.
=> Prasasti cicatih (terletak di atas batu dekat sungai cicatih,
cibadak – sukabumi 1030 M) Di sungai cicatih terdapat pula sebuah
tempat suci bernama “Sanghyang Tapak” Di sebelah timur “Sanghyang Tapak”
terdapat “Tepek”. “Tepek” adalah daerah larangan (hutan terlarang) dan
dijaga oleh “pohaci”, “pohaci” adalah perempuan yang
titisannya menjadi istri-istri ratu di pakwan pajajaran.
Prasasti koleksi Museum Adam Malik Jakarta, ikut memperkuat dugaan
adanya kesinambungan Kerajaan Pasundan dengan Kerajaan Mataram Hindu di
Jawa Tengah. Bahkan bila dikaitkan dengan temuan-temuan prasasti di Jawa
Barat termasuk temuan tahun 90-an, prasasti ini ikut member titik
terang sejarah klasik di Tanah Pasundan.
Prasasti Huludayueh yang ditemukan di Cirebon tahun 1990 mengisahkan
bahwa antara abad 10 sampai 12 hidup seorang Raja bernama Pakuan.
Sebelum itu ditemukan prasasti di Tasikmalaya yang dikenal dengan
prasasti Rumatak. Prasasti berangka tahun 1.030 ini mengisahkan bahwa
pada masa itu hidup seorang Raja Jaya Bupati.
II. Naskah-naskah
(diambil dari salah satu harian beberapa tahun lalu – kondisi saat
ini mungkin sudah berubah). Dari sejumlah naskah yang ada, 95 naskah
ditulis dalam huruf Sunda Kuno, 438 ditulis dalam huruf Sunda-Jawa,
1.060 ditulis dengan huruf
Arab (Pegon) dan 311 naskah lainnya
ditulis dengan huruf Latin. Selain itu masih ada 144 naskah yang
menggunakan dua macam aksara atau lebih, yakni Sunda-Jawa, Arab dan
Latin.
Sebagian naskah-naskah ini tersimpan di musium-musium baik
dalam negeri maupun luar negeri serta rumah-rumah penduduk atau tempat-
tempat tertentu yang dikeramatkan karena naskah dianggap sebagai barang
sakral, pemegangnya juga orang tertentu saja.
Naskah Sanghyang
Siksa Kanda Ng Karesian yang selesai disusun tahun 1518 M dan naskah
Carita Bujangga Manik yang dibuat akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16
dan ditulis di atas daun lontar dan daun palem. Naskah ini disusun pada
zaman Kerajaan Sunda-Pajajaran
masih ada dan berkembang. Karena itu,
dilihat dari kacamata sejarah, kedua naskah tersebut bisa jadi sumber
primer. Sedangkan naskah-naskah lainnya yang disusun setelah Kerajaan
Sunda-Pajajaran runtuh termasuk sumber sekunder. Kerajaan
Sunda-Pajajaran runtuh pada tahun 1579.
Lontar yang ditemukan tahun
1962 ini mengisahkan tentang raja-raja Tanah Galuh Jawa Barat (bagian
dari Pajajaran). Salah satu lontar dari Carita Parahiyangan yang belum
diketahui angka tahunnya itu di antaranya menyebut nama Sanjaya sebagai
pencetus generasi baru yang
dikenal dengan Dewa Raja. Babad tanah Sunda dan tanah jawi.
Baik babad tanah Sunda maupun babad tanah jawi sangat mendukung akan
eksistensi kerajaan Pajajaran. Pada babad tanah Sunda diceritakan
tentang negara Pajajaran dan pangeran Walangsungsang yang mendirikan
kerajaan Cirebon. Sementara pada babad tanah jawi dituliskan pula
silsilah raja-raja Pajajaran.
Sejarah Sunda sangat boleh jadi
berbeda dibanding sejarah etnis lain di Indonesia karena daerah ini
tidak banyak mewariskan peninggalan berupa prasasti atau candi, tetapi
lebih banyak berupa naskah yang kini tersimpan di museum atau
tempat-tempat lainnya. Di
Perpustakaan Nasional saja misalnya,
terdapat 89 naskah Sunda Kuno sedangkan yang sudah dikerjakan barulah
tujuh naskah (tahun 94). Dicopas tina : adeirawan74.wordpress.com
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment
Saumpamina aya nu peryogi di komentaran mangga serat di handap. Saran kiritik diperyogikeun pisan kanggo kamajengan eusi blog.