RAWA ONOM – LAKBOK (CIAMIS)
- Get link
- X
- Other Apps
Legenda/Kisah
Rawa Onom seakan tak terpisahkan dengan sejarah perkembangan Kabupaten
Ciamis. Dulu, para bupati dan raja-raja Galuh, diyakini punya hubungan
dengan lelembut ini. Dalam berbagai hal, Onom dipercaya sering membantu
mereka. Konon, kini Onom menghuni Pulo Majeti. Siapa sebenarnya Onom?
Kisah bangsa lelembut bernama Onom di Ciamis, tak terpisahkan dengan
perjalanan Bupati/Raja Galuh R.A.A. Kusumadiningrat di masa lalu. Raja
Galuh yang kerap dipanggil Kangjeng Prebu ini amat dikenal di kalangan
masyarakat setempat sebagai bupati yang berhasil membangun Ciamis.
Misalnya, saat memimpin Ciamis menggantikan Raden Adipati
Kusumadiningrat pada tahun 1886, Kangjeng Prebu membangun
irigasi-irigasi dan dam (bendungan). Misalnya saluran Gandawangi dan
Nagawiru untuk mengairi persawahan dan membuka areal baru. Dengan
pembangunan irigasi itu, pembangunan sektor pertanian di bawah
kepemimpinan Kangjeng Prebu mengalami kemajuan cukup pesat.
Dia juga
mewajibkan pasangan warganya yang menikah membawa kitri atau bibit
pohon kelapa untuk ditanam di halaman rumahnya. Kebijakan itu masih
terasa manfaatnya sampai sekarang. Ciamis kini menjadi sentral kelapa
dan ada ±13 ribu orang yang menggantungkan hidupnya dari pohon tersebut.
Sahabat Onom
Selain sukses membangun Ciamis, Kangjeng Prebu juga dikenal masyarakat
sebagai bupati yang memiliki banyak “kelebihan”. Sampai-sampai salah
satu peninggalannya di Selagangga, sering didatangi banyak orang dan
jadi ajang ngalap berkah. Kelebihan sang bupati diantaranya punya
hubungan khusus dengan roh halus yang disebut Onom.
Bentuk
hubungan khusus itu misalnya saat ada pesta atau hajat di pendopo,
bupati selalu menyediakan tempat dan hidangan khusus untuk Onom. Tempat
khusus itu letaknya di belakang pendopo Ciamis. Di situ juga disajikan
hidangan yang ditutupi dengan daun pohon kelapa. Tidak semua orang bisa
masuk ke ruangan itu, kecuali kuncen Ranca Onom yang pakaiannya terbuat
dari kain goni yang terkoyak-koyak dengan tutup kepala kukusan.
Hubungan Onom dengan Bupati Ciamis dan keturunannya, kabarnya terus
berlangsung dan menjadi bagian kepercayaan masyarakat Ciamis hingga
sekarang. Onom tetap dipercaya ikut menjaga keamanan para Bupati Ciamis
dan keturunannya dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Beberapa
Bupati Ciamis penerus Kanjeng Prebu, bahkan sengaja mengosongkan atau
tidak menggunakan salah satu ruangan yang ada di Gedung Negara –tempat
tinggal para bupati. Dan dalam setiap ulang tahun Ciamis, sering
disediakan ruangan dan makanan khusus untuk Onom. Hanya saja, dalam
beberapa tahun terakhir kisah atau kebiasaan itu meredup.
Salah
seorang Bupati Ciamis, Sastrawinata, pernah mendapatkan penghargaan
Bintang Willems Orde, dari pemerintah kolonial Belanda. Penghargaan itu
diberikan karena Sastrawinata dinilai berhasil meredam pemberontakan PKI
di Ciamis. Tokoh PKI Alimin dan Muso datang ke Ciamis pada tahun 1926.
Menurut cerita rakyat Ciamis, bahwa keberhasilan bupati meredam
pemberontakan PKI itu karena bantuan Onom. Ceritanya, setelah membunuh
beberapa warga Ciamis, pemberontak itu sempat mengepung bupati yang
sedang berada sendirian di pendopo. Tapi begitu pemberontak mendekat,
mereka melihat ada ratusan orang bersenjata lengkap berada di belakang
bupati. Para pemberontak pun mundur. Padahal waktu itu bupati sendirian.
Itu salah satu kisah Onom dalam kaitannya sebagai pelindung bupati di
Ciamis.
Mahluk Halus
Sebutan Onom, siluman dan Pulo Majeti
di daerah Purwaharja Ciamis ini selalu berkait dengan kisah mistik,
kesan angker dan menyeramkan. Bagi sebagian warga Ciamis, cerita soal
Onom dan Pulo Majeti bagaikan bagian dari sejarah daerah mereka. Tak
heran bila cerita soal Onom masih sering terangkat ke permukaan yang
diwariskan secara turun temurun.
Onom seolah menjadi simbul
nilai magis bagi sebagian warga Ciamis. Sejak zaman dulu sampai
sekarang, sebutan itu, paling tidak ikut menambah pamor bagi mereka yang
sedang berada di rantau orang. Konon, bila warga yang suatu saat
mendapatkan kesulitan atau marabahaya, Onom akan tiba seketika asal
dipanggil, sehingga yang bersangkutan akan terhindar dari marabahaya
yang sedang mengancamnya.
Onom dipercaya sebagai mahluk halus
(siluman), yang tidak saja dapat dipanggil jika diperlukan, tetapi juga
mampu memberikan bantuan dan sumber kekuatan bagi yang memanggilnya. Tak
heran bila kemudian berkat pengaruh onom, sebagian masyarakat Ciamis
(yang percaya pada Onom) memiliki kebanggaan tersendiri sebagai warga
Ciamis dengan kekuatan Onomnya.
Sebelum tahun 1970-an, setiap
ada acara-acara resmi pemerintahan, senantiasa diawali dengan upacara
ritual “pemanggilan” Onom. Misalnya ketika Gubernur Jabar akan
meresmikan penggunaan helikopter “Ciung Wanara” yang kebetulan dilakukan
di Ciamis. Sebelum acara peresmian dilakukan, diadakan upacara
permujaan dan pemanggilan Onom.
Kemunculan Onom ditandai dengan
hadirnya seekor kuda tak berpenumpang, tapi tubuhnya bermandi keringat
dengan napas terengah-engah seakan menanggung beban yang berat. Kuda
yang datang ke lokasi upacara itu diyakini tengah ditunggangi oleh ratu
Onom. Namun saat ini, kepercayaan dan pemujaan terhadap Onom lengkap
dengan sesajian yang dilakukan oleh pihak pemerintah tidak ada lagi. Ini
terjadi seiring dengan makin melunturnya kepercayaan, pemujaan dan
pemanggilan Onom yang berkembang di masyarakat Ciamis sendiri.
Pulo Majeti
Sisa-sisa kepercayaan terhadap Onom kini masih berkembang di sebagian
kecil masyarakat, terutama yang tinggal sekitar pusat kekuatan Onom,
yakni Pulo Majeti. Pulo Majeti ini dulunya berada di tengah-tengah Rawa
Onom. Pulo Majeti inilah disinyalir sebagai pusatnya kerajaan Onom.
Orang yang datang ke tempat ini tidak diperbolehkan mengeluarkan
kata-kata yang sompral (seenaknya).
Menurut Eming Surabraja,
mantan Kepala Desa Purwaharja ke 17, Onom merupakan pasukan balatentara
dari Kerajaan Medang yang ditaklukkan balatentara Keralaan Galuh. Karena
kecewa atas kekalahan itu, Raja Medang berikut pengikutnya “tilem”
(menghilang) di Pulo Majeti. Yang tilem di Pulo Majeti itu adalah Prabu
Selang Kuning Sulaeman Anom, Ibu Ratu Gandawati ingkanggarwa, Raden
Patih Kalintu Undara Pamerat Jagat, Raden Jaksa Jagabuana, Raden Wedana
Langlangbuana, Kiai Bagus Tol Malbaeni dan Kiai Bagus Mantereng.
Sedangkan pengikutnya terdiri Mas Bugel, Mas Bedegel, Mas Rimpung dan
Mas Jemblung . Namun sebelum “tilem”, mereka berjanji akan mengirimkan
upeti setiap tahun sesuai permintaan Raja Galuh. Pemimpin kerajaan
Medang, kemudian dipercayakan kepada Prabu Anom, yang ditugaskan dari
Kerajaan Galuh. Akan tetapi Prabu Anom dalam menjalankan tampuk
kepemimpinannya bertindak semena-semena. Hingga nama Kerajaan Medang
berganti nama menjadi Kerajaan Onom. referensi : http:// ekorisanto.blogspot.com/
Gambar ti Google
Kisah bangsa lelembut bernama Onom di Ciamis, tak terpisahkan dengan perjalanan Bupati/Raja Galuh R.A.A. Kusumadiningrat di masa lalu. Raja Galuh yang kerap dipanggil Kangjeng Prebu ini amat dikenal di kalangan masyarakat setempat sebagai bupati yang berhasil membangun Ciamis.
Misalnya, saat memimpin Ciamis menggantikan Raden Adipati Kusumadiningrat pada tahun 1886, Kangjeng Prebu membangun irigasi-irigasi dan dam (bendungan). Misalnya saluran Gandawangi dan Nagawiru untuk mengairi persawahan dan membuka areal baru. Dengan pembangunan irigasi itu, pembangunan sektor pertanian di bawah kepemimpinan Kangjeng Prebu mengalami kemajuan cukup pesat.
Dia juga
mewajibkan pasangan warganya yang menikah membawa kitri atau bibit pohon kelapa untuk ditanam di halaman rumahnya. Kebijakan itu masih terasa manfaatnya sampai sekarang. Ciamis kini menjadi sentral kelapa dan ada ±13 ribu orang yang menggantungkan hidupnya dari pohon tersebut.
Sahabat Onom
Selain sukses membangun Ciamis, Kangjeng Prebu juga dikenal masyarakat sebagai bupati yang memiliki banyak “kelebihan”. Sampai-sampai salah satu peninggalannya di Selagangga, sering didatangi banyak orang dan jadi ajang ngalap berkah. Kelebihan sang bupati diantaranya punya hubungan khusus dengan roh halus yang disebut Onom.
Bentuk hubungan khusus itu misalnya saat ada pesta atau hajat di pendopo, bupati selalu menyediakan tempat dan hidangan khusus untuk Onom. Tempat khusus itu letaknya di belakang pendopo Ciamis. Di situ juga disajikan hidangan yang ditutupi dengan daun pohon kelapa. Tidak semua orang bisa masuk ke ruangan itu, kecuali kuncen Ranca Onom yang pakaiannya terbuat dari kain goni yang terkoyak-koyak dengan tutup kepala kukusan.
Hubungan Onom dengan Bupati Ciamis dan keturunannya, kabarnya terus berlangsung dan menjadi bagian kepercayaan masyarakat Ciamis hingga sekarang. Onom tetap dipercaya ikut menjaga keamanan para Bupati Ciamis dan keturunannya dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Beberapa Bupati Ciamis penerus Kanjeng Prebu, bahkan sengaja mengosongkan atau tidak menggunakan salah satu ruangan yang ada di Gedung Negara –tempat tinggal para bupati. Dan dalam setiap ulang tahun Ciamis, sering disediakan ruangan dan makanan khusus untuk Onom. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir kisah atau kebiasaan itu meredup.
Salah seorang Bupati Ciamis, Sastrawinata, pernah mendapatkan penghargaan Bintang Willems Orde, dari pemerintah kolonial Belanda. Penghargaan itu diberikan karena Sastrawinata dinilai berhasil meredam pemberontakan PKI di Ciamis. Tokoh PKI Alimin dan Muso datang ke Ciamis pada tahun 1926.
Menurut cerita rakyat Ciamis, bahwa keberhasilan bupati meredam pemberontakan PKI itu karena bantuan Onom. Ceritanya, setelah membunuh beberapa warga Ciamis, pemberontak itu sempat mengepung bupati yang sedang berada sendirian di pendopo. Tapi begitu pemberontak mendekat, mereka melihat ada ratusan orang bersenjata lengkap berada di belakang bupati. Para pemberontak pun mundur. Padahal waktu itu bupati sendirian. Itu salah satu kisah Onom dalam kaitannya sebagai pelindung bupati di Ciamis.
Mahluk Halus
Sebutan Onom, siluman dan Pulo Majeti di daerah Purwaharja Ciamis ini selalu berkait dengan kisah mistik, kesan angker dan menyeramkan. Bagi sebagian warga Ciamis, cerita soal Onom dan Pulo Majeti bagaikan bagian dari sejarah daerah mereka. Tak heran bila cerita soal Onom masih sering terangkat ke permukaan yang diwariskan secara turun temurun.
Onom seolah menjadi simbul nilai magis bagi sebagian warga Ciamis. Sejak zaman dulu sampai sekarang, sebutan itu, paling tidak ikut menambah pamor bagi mereka yang sedang berada di rantau orang. Konon, bila warga yang suatu saat mendapatkan kesulitan atau marabahaya, Onom akan tiba seketika asal dipanggil, sehingga yang bersangkutan akan terhindar dari marabahaya yang sedang mengancamnya.
Onom dipercaya sebagai mahluk halus (siluman), yang tidak saja dapat dipanggil jika diperlukan, tetapi juga mampu memberikan bantuan dan sumber kekuatan bagi yang memanggilnya. Tak heran bila kemudian berkat pengaruh onom, sebagian masyarakat Ciamis (yang percaya pada Onom) memiliki kebanggaan tersendiri sebagai warga Ciamis dengan kekuatan Onomnya.
Sebelum tahun 1970-an, setiap ada acara-acara resmi pemerintahan, senantiasa diawali dengan upacara ritual “pemanggilan” Onom. Misalnya ketika Gubernur Jabar akan meresmikan penggunaan helikopter “Ciung Wanara” yang kebetulan dilakukan di Ciamis. Sebelum acara peresmian dilakukan, diadakan upacara permujaan dan pemanggilan Onom.
Kemunculan Onom ditandai dengan hadirnya seekor kuda tak berpenumpang, tapi tubuhnya bermandi keringat dengan napas terengah-engah seakan menanggung beban yang berat. Kuda yang datang ke lokasi upacara itu diyakini tengah ditunggangi oleh ratu Onom. Namun saat ini, kepercayaan dan pemujaan terhadap Onom lengkap dengan sesajian yang dilakukan oleh pihak pemerintah tidak ada lagi. Ini terjadi seiring dengan makin melunturnya kepercayaan, pemujaan dan pemanggilan Onom yang berkembang di masyarakat Ciamis sendiri.
Pulo Majeti
Sisa-sisa kepercayaan terhadap Onom kini masih berkembang di sebagian kecil masyarakat, terutama yang tinggal sekitar pusat kekuatan Onom, yakni Pulo Majeti. Pulo Majeti ini dulunya berada di tengah-tengah Rawa Onom. Pulo Majeti inilah disinyalir sebagai pusatnya kerajaan Onom. Orang yang datang ke tempat ini tidak diperbolehkan mengeluarkan kata-kata yang sompral (seenaknya).
Menurut Eming Surabraja, mantan Kepala Desa Purwaharja ke 17, Onom merupakan pasukan balatentara dari Kerajaan Medang yang ditaklukkan balatentara Keralaan Galuh. Karena kecewa atas kekalahan itu, Raja Medang berikut pengikutnya “tilem” (menghilang) di Pulo Majeti. Yang tilem di Pulo Majeti itu adalah Prabu Selang Kuning Sulaeman Anom, Ibu Ratu Gandawati ingkanggarwa, Raden Patih Kalintu Undara Pamerat Jagat, Raden Jaksa Jagabuana, Raden Wedana Langlangbuana, Kiai Bagus Tol Malbaeni dan Kiai Bagus Mantereng.
Sedangkan pengikutnya terdiri Mas Bugel, Mas Bedegel, Mas Rimpung dan Mas Jemblung . Namun sebelum “tilem”, mereka berjanji akan mengirimkan upeti setiap tahun sesuai permintaan Raja Galuh. Pemimpin kerajaan Medang, kemudian dipercayakan kepada Prabu Anom, yang ditugaskan dari Kerajaan Galuh. Akan tetapi Prabu Anom dalam menjalankan tampuk kepemimpinannya bertindak semena-semena. Hingga nama Kerajaan Medang berganti nama menjadi Kerajaan Onom. referensi : http://
Gambar ti Google
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment
Saumpamina aya nu peryogi di komentaran mangga serat di handap. Saran kiritik diperyogikeun pisan kanggo kamajengan eusi blog.