PRABU SILIWANGI BERDASARKAN PARADIGMA REALISME METAFISIK
- Get link
- X
- Other Apps
Oleh:Muhamad Fajar Laksana
Cerita yang telah melegenda tentang Raja Pajajaran yaitu Prabu
Siliwangi menjadi sebuah wacana milik bersama seluruh rakyat Indonesia
bahkan menjadi kajian yang tidak pernah selesai, akibat terbatasnya
dunia akademisi dan ilmiah membongkar eksistensi dan historikal dari
Prabu Siliwangi. Hal ini menjadi permasalahan Metafisik yang tidak ada
akhirnya dalam pembahasan di dunia akademisi, seperti yang dikemukakan
oleh Kant.
Menurut Kant dalam bukunya Critique of Pure Reason,
akal budi manusia di dalam suatu lingkungan kognisinya mempunyai hakikat
sedemikian rupa, sehingga manusia tidak tahan untuk tidak mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai dunia yang sesuai dengan hakikat akal
budi-nya, yang tak akan pernah mereka ketahui jawaban-jawabannya. Akal
budi manusia memulai sesuatu dengan prinsip-prinsip yang tidak dapat
disalurkan lewat pengalaman, dimana pada waktu yang sama pengalaman
dapat memastikan kebenaran.
Dengan prinsip-prinsip tersebut, akal
budi manusia bangkit. Namun dengan cepat ditemukan bahwa kerja akal budi
manusia tidak pernah selesai, karena pertanyaan-pertanyaan baru tidak
akan pernah berhenti untuk menunjukkan dirinya; Dengan demikian akal
budi manusia terdorong untuk meminta pertolongan kepada prinsip-prinsip
yang sebenarnya melebihi wilayah pengalaman, dan juga tidak dapat
dipercayai oleh pandangan umum.
Hal ini yang kemudian menjadi
kekacauan dan kontradiksi, dimana akal budi manusia diduga memiliki
kesalahan yang tersembunyi yang tidak dapat ditemukan, karena
prinsip-prinsip yang dianutnya tadi melebihi batas dari pengalaman, yang
tentunya tidak dapat diuji melalui patokan itu. Arena dari kompetisi
antara akal budi dan pengalaman yang tidak berujung inilah yang
dinamakan metafisika.(*HYPERLINK “http: // kili.multiply.com/journal/ item/12/ Sekilas_Pemikiran_Immanuel_Kant _”)
Bentuk rumor kisah Prabu Siliwangi adalah masalah metafisika karena
menjadi kompetisis antara akal budi dan pengalaman yang tidak berujung
yang terus disebarkan kepada lingkungan sekitar dan diwariskan
terus-menerus kepada generasi yang lebih muda, yang pada akhirnya
menjadi sebuah berita dalam wujud cerita yang kemungkinan besar
dipercaya oleh masyarakat pendukung legenda tersebut, atau sebatas mitos
yang sejajar dengan cerika fiksi menurut pandangaan para sastrawan pada
masa kini, dan ini menurut Kant bisa menjadi suatu kebenaran
priori(secara etimologis berarti “dari hal yang lebih dulu”), yakni
kebenaran yang independen dari pengalaman atau kebenaran yang datang
sebelum kita berinteraksi dengan objek. Kebenaran ini memiliki validitas
universal dan niscaya (necessary).
Kebenaran a priori yang
dikemukakan Kant tersebut terjadi pada sejarah Prabu Siliwangi dimana
sudah menjadi kebenaran universal ketika semua orang meyakini eksistensi
dari Prabu Siliwangi, walaupun tidak berinteraksi atau tidak ada
pengalaman atau bukti yang sensual (artefak) yang terdapat dari sejarah
Prabu Siliwangi yang utuh dan lengkap.Namun demikian sudah ada
bukti-bukti fisik yang dapat membuktikan keberadaan adanya Maha Raja
Prabu Siliwangi sebagai Raja Sunda yang tersohor pada masanya, yaitu
yang terdapat pada situs Batu Tulis di bogor adanya Keraton Sunan
Gunungjati sebagai Cucu dari Prabu Siliwangi yang membuktikan kebenaran
adanya Prabu Siliwangi.
Berdasarkan bukti awal fisik tersebut
secara faktual membuktikan kebenaran dari keberadaan Prabu Siliwangi
sebagai Raja dari Kerajaan Pajajaran, hal ini oleh Kant dinyatakan
sebagai suatu kebenaran posteriori(secara etimologis berarti “dari hal
yang lebih kemudian”), kebenaran yang didasarkan atas pengalaman atau
kebenaran yang datang sesudah kita berinteraksi dengan objek(*HYPERLINK
“http:// kili.multiply.com/journal/ item/12/ Sekilas_Pemikiran_Immanuel_Kant _”)
Kebenaran dari bukti situs Batu Tulis, Keraton Sunan Gunungjati dll.
adalah bukti pengalaman masa lalu sebagai suatu bukti eksistensi saja
dari Kerajaan Pajajaran, tapi secara menyeluruh tidak memberikan
penjelasan dari sejarah Prabu Siliwangi dan Kerajaan Pajajaran itu
sendiri, hal ini karena bukti fisik yang lainnya dan juga naskah-naskah
kuno yang lainnya sangat sedikit dan sulit ditemukan untuk memberikan
gambaran secara rinci tentang sejarah kehidupan dari Raja Pajajaran
berserta kerajaan dan masyarakatnya pada abad ke 14 dan 15 , dan yang
terus berkembang adalah cerita atau kisah yang kemudian menjurus kepada
legenda yang sangat kental dengan kisah mistis bahkan menjadi objek
dunia paranormal dan klenik serta perdukunan untuk memberikan sedikit
harapan kepada sebagian masyarakat yang terbatas pemahamannya dari sisi
agama dan pengetahuan, sehingga keyakinan dari kesaktian Maharaja Prabu
Siliwangi yang begitu sangat hebat pada masanya, menjadi objek dunia
klenik saat ini dan ini menjadi masalah tersendiri sebagai suatu
fenomena yang tidak bisa kita bantah, yang menjadi tanggungjawab para
akademisi dan spirutalis Islam untuk mampu melakukan penelitian
spiritual metafisik yang mengarah kepada realisme metafisik sehingga
mampu membuktikan dunia yang tidak sensual atau yang tidak dapat
ditangkap oleh panca indra menjadi realistis, karena ada bukti faktual
melalui penelitian berparadigma realisme metafisik, berdasarkan argumen
trasendental.
Permasalahan inilah yang kemudian mendorong
penulis melakukan suatu penelitian yang sudah dilaksanakan sejak tahun
1996 yang pada akhirnya bulan Januari 2010 telah didirikan Museum
Sejarah Islamisasi Prabu Siliwangi, sebagai museum yang secara faktual
realitis membuktikan Eksistensi Historitas Prabu Siliwangi karena ada
bukti-bukti yang dapat diteliti lebih lanjut oleh para pakar di dunia
akademisi.Upaya yang telah dilakukan untuk membuktikan keberadaan atau
eksistensai dari historitas Prabu Siliwangi oleh penulis telah dilakukan
melalui suatu penelitian yang komprehensif dengan memadukan fakta
aktual yang ada dengan kajian spiritual metafisik yang mampu memberikan
dan meyakinkan rasio manusia karena adanya bukti empirik sebagai hasil
dari penelitian berparadigma realisme metafisik yang kemudian dapat di
konfirmasi dan di korespondensi dan diteliti ulang oleh para pakar
kepurbakalaan, arkeologi, filologi, geologi dll, sehingga dapat
memberikan keyakinan terhadap eksistensi historitas Prabu Siliwangi.
Pendekatan Realisme Metafisik yang menggali sumber informasi dari dunia
metafisik melalui argumen transedental yang kemudian hasilnya menjadi
sensual dengan adanya bukti-bukti berupa batu prasasti, arca, batu
candi, artefak kuno, tulisan di kulit, di daun dengan bahasa sunda kuno
yang saat ini di Museum Islam Sunda Prabu Siliwangi ada 75 batu, ada 11
batu prasasti bertuliskan huruf sunda kuno ada 4 tulisan kuno di kulit,
dan hampir 100 senjata perkakas jaman pajajaran, peralatan dan perabotan
dapur jaman pajajaran, ukiran, gerabah, serta ada satu Kitab Suwasit
bertuliskan huruf arab sunda yang menceritakan sejarah Prabu Siliwangi
yang sudah diterjamahkan oleh penulis dan diterbitkan secara
nasional.Semua bukti sensual tadi sepenuhnya di dapatkan dari hasil
penelitian 16 tahun oleh penulis dengan pendekatan realisme metafisik
yang hasilnya menjadi sensual dapat diteliti dan diamati oleh para pakar
kepurbakalaan.
Bukti dan fakta rasional yang sensual yang
diperoleh atau ditemukan dari suatu proses spritual metafisik, menjadi
amat penting dilakukan oleh peneliti karena keterbatasan sumber-sumber
informasi dari suatu objek penelitian sejarah yang terbatas sumber
informasinya, dan ini menyebabkan tidak berkembangnya Penelitian ilmiah
spiritual dalam bidang sejarah Indonesia yang menggunakan sumber sumber
(tertulis), hal itu disebabkan antara lain oleh sifat langka yang
melekat pada sumber penelitian itu sendiri. Di sini kelangkaan itu
dipahami bukan saja jarang atau sukar diperoleh, tetapi juga unik,
bahkan ekslusif. Jadi, sumber langka adalah sumber yang unik sekaligus
sukar diperoleh koleksinya. Dengan kata lain, pada sumber langka melekat
(inherent) kelangkaan.
Juga menjadi jelas bahwa jangkauan
peredaran sumber langka bersifat terbatas karena umumnya tidak
digandakan melalui mesin cetak ataupun media transmisi
lainnya.Kelangkaan sumber inilah yang menjadi dasar kenapa kemudian
kisah Prabu Siliwangi menjadi legenda atau cerita rakyat yang bersifat
rumor dan klenik, dan ini kemudian perlu dilakukan penelitian yang
mendalam, walaupun menggunakan pendekatan metafisik, yang sekarang sudah
menjadi bagian keilmuan dan menjadi paradigma baru untuk melakukan
penelitian agama dan spiritual melalui paradigma realisme metafisik yang
bersumber dari pandangan filsafat realisme metafisik yang mengakui
adanya realitas yang tidak sensual empirik dan mengakui keteraturan alam
semesta sebagai ciptaan Allah, yang kemudian di konfirmasi dengan bukti
aktual yang sensual yang ada dan terjadi sebagai suatu fenomena di alam
semesta. Hal ini senada dengan apa yang dilakukan oleh Kant.Inovasi
Kant secara metodologis adalah dengan menggunakan apa yang ia sebut
sebagai argumen transendental untuk membuktikan proposisi yang bersifat
sintesis a priori. Salah satu argumennya adalah “ada realitas yang eksis
di dalam waktu dan tempat diluar diriku”, yang tidak bisa dibuktikan
baik secara a priori maupun posteriori. Menurutnya, ada sebuah realitas
yang bersifat independen dan diluar pengalaman manusia. Ia menyebut
realitas itu sebagai dunia noumena-yakni dunia realitas
dalam-dirinya-sendiri. Sedangkan dunia yang tampak dihadapan kita adalah
dunia fenomena-yakni dunia yang ditangkap oleh pengalaman indera kita.
Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa pasti ada sesuatu yang sifatnya
permanen diluar dirinya, yang tidak dapat dijangkau oleh dirinya
sendiri.(*HYPERLINK “http:// kili.multiply.com/journal/ item/ 12 Sekilas_Pemikiran_Immanuel_Kant_”)
Keyakinan Kant terhadap argumen trasendental sebagai definisi suatu
kebenaran, sudah diberikan secara absolut oleh Allah SWT, didalam
Al-Quran QS-Al-Baqarah :1-3Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur’an) ini tidak
ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, yaitu) mereka
yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Firman Allah
dalam Kitab Al-Quran sudah menyatakan adanya kewajiban meyakini atau
beriman kepada yang Ghaib, artinya bahwa didalam alam ini ada yang
bersifat Fenomena yaitu yang sensual dapat ditangkap oleh panca indra,
dan ada yang bersifat Noumena dunia yang nyata ada tetapi tidak sensual
(tidak dapat ditangkap oleh panca indra).Kenyataan adanya dua alam yang
sensual dan tidak sensual ini adalah sebagai ciptaan Allah di alam
semesta, sehingga bagi umat Islam yang beriman dan bertaqwa harus
meyakini adanya alam ghaib di alam dhohir/nyata, dan keyakinan ini
digunakan untuk memahami keberadaan atau eksitensi dari Prabu Siliwangi
yang dalam beberapa cerita sejarah mengalami peristiwa hijrah kealam
Ghaib .
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian
Eksistensi Historitas Prabu Siliwangi melalui argument trasendental
berparadigma realisme metafisik yang menghasilkan bukti sensual secara
fisik dan mampu diteliti lebih lanjut oleh ahli kepurbakalaan. Dan saat
ini terbukti hasilnya oleh penulis ditemukannya batu prasasti di Curug
Sawer Majalengka, Curug Sawer Cinumpang Sukabumi, Leuwi Lisung sungai
Cimandiri Sukabumi, Gunung Rosa, Gunung Padang, Geger Bitung, dan yang
terakhir ditemukan arca dewa Sunggawa dewa untuk minta Rijki yang
disembah oleh rakyat pajajaran ketika masih beragama Dewa.
Bahkan dari hasil penelitian berdasarkan pendekatan Realisme Metafisik
ditemukan satu naskah kuno ditulis di kulit dengan tulisan dan bahasa
sunda kuno yang ditemukan penulis di Desa Pajajar Kecamatan Raja Galuh
yang sekarang tersimpan di Museum Prabu Siliwangi Sukabumi, yang
menyatakan Prabu Siliwangi beragama Islam yang telah diterjamahkan
penulis, yaitu :
”SASAKALA PRABU SILIWANGI”,Kaula Prabu Siliwangi
nyakenkeun ka sadaya jamaah Diya sakayan kaula nu InsyAllah ngabalai
Diya nyusuk nudihapurankeun kaagama Islam Nyian anaka arang-arang nuku
kaula di wastupunhate diyaya sakala dikailkeun di kaitkeun Dipahetkeun
nyakeun lelembut diyaya sakala arang-arang marifat Puran kayan kageugeuh
diyayakeun ka gusti Allah Diya dihapurankeun ka agama Islamna Haturan
dajar nyakeun hapur kaula kasabab Neuteup diyaya teu nyakeun diaya
sakala bisa musrik Sakatu nu kaula bisa dibantoskeun diya kecapna
Susuhun dihapuran diya kecap parit ieu upami aya kalepat Kaula Prabu
Siliwangi Pangeran Pamanah Rasa.Pengertian Perkata Dalam Bahasa Sunda
Sing kuring Prabu Siliwangi anu ngayakinkeun kasadaya jamaah Tina
kaayaan singkuring anu isnyaAllah ngabantos Tina perkawis ngajuangkeun
agama Islam Nganggo metode/cara ritual anu kusingkuring ditempatkeun
Kana hate aranjeun sadayana ditalikeun, dikaitken Dipagehkeun kana
ruh-ruh anjenna elmu-elmu marifat Kanggo aya kateguhan tina kayakinan ka
Gusti Allah Tina ngajuangkeun agama Islam Hayu urang diajar kayakinan
sareng singkuring kusabab Lamun urang teu yakin urang sadaya bisa musrik
Sakitu anu kusingkuring tiasa dibuktoskeun tina cariosanana Cariosanna
nyuhunkeun di hapunten tina ucapan serat ieu upami aya kalepatan Kaula
Prabu Siliwangi Pangeran Pamanah RasaBukti dan fakta keberadaan Prabu
Siliwangi beragama Islam juga disampaikan oleh pakar sejarah Ahmad
Mansyur Suryanegara menyatakan bahwa :
DINASTI Sang Prabu Siliwangi
pada abad ke-15, menjadikan Islam sebagai agamanya secara aman dan
damai. Diawali dengan sebab adanya pernikahan kedua Sang Prabu Siliwangi
dengan Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa, Syah Bandar Cirebon. Subang
Larang adalah santri Syekh Kuro atau Syekh Hasanuddin dengan
pesantrennya di Karawang.
Dinasti Sang Prabu Siliwangi
dari pernikahannya dengan Subang Larang, terlahirlah tiga orang putra
putri. Pertama, Pangeran Walangsungsang, kedua, Nyai Lara Santang dan
ketiga Raja Sangara. Ketiga-tiganya masuk Islam.(sumber *HYPERLINK
“http://www. pikiran-rakyat.com/cetak/1104/ 22/teropong/lainnya2.htm” \o “http://www .pikiran-rakyat.com/cetak/ 1104/22/teropong/lainnya2.htm”)
Kemudian didukung juga dari Kitab Suwasit yang telah diterjamhkan oleh
penulis dalam buku Sasakala Prabu Siliwangi (Fajar,2011:79)Syekh Quro
menerima lamaran Pangeran Pamanah Rasa namun dalam masalah itu Syekh
Quro meminta syarat yang harus di penuhi dan dilakukan yaitu ada 3
syarat;
Yang pertama harus masuk islam, yang kedua harus belajar
ngaji, yang ketiga harus berangkat dulu ke haji, itu syarat-syarat yang
diberikan oleh Syekh Quro kepada Pangeran Pamanah Rasa.
Pangeran
Pamanah Rasa Kebingungan dengan persyaratan tersebut terlalu berat
karena beliau dari agama Hindu, tetapi karena ada yang ingin dicapai
Pangeran Pamanah Rasa memutuskan siap apa yang dibicarakan oleh Syekh
Quro, Syekh Quro berjanji menentukan waktu untuk mengislamkan Pangeran
Pamanah Rasa yaitu satu hari setelah Pangeran Pamanah Rasa
menyanggupinya, tidak terlalu lama waktu yang ditunggu telah tiba.
Pengeran Pamanah rasa siap untuk di Islamkan, beliau datang kepada Syekh
Quro untuk di Islamkan ketika sampai ke tempatnya Syekh Quro. Semua
orang dikumpulkan ke dalam ruangan, ki Gendeng Tapa menyaksikan Pangeran
Pamanah Rasa di Islamkan, tidak terlalu lama Pengeran Pamanah Rasa
diberikan janji oleh Syekh Quro sambil memegang tangannya dengan
mengucapkan dua kalimah Syahadat, setelah itu selesai Pangeran Pamanah
Rasa dianggap sah dari akad menjadi muslim.
Bukti-bukti
tersebut diatas menunjukan bahwa Prabu Siliwangi muslim dan diislamkan
oleh Syekh Quro ketika menikah dengan Nyai Subang Larang, masih ada
cerita dan bukti lainya yang bertolak belakang dengan cerita dan bukti
diatas, sehingga menarik untuk dikaji dan diteliti kembali. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Prof Baharun dalam kata pengantar buku
Sasakala Prabu Siliwangi menyatakan :
“Menurut saya, apa yang telah
diusahakan oleh penulis buku ini adalah tahap awal yang saya kira perlu
dielaborasi dengan bukti-bukti kesejarahan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah agar secara komprehensif sejarah
Siliwangi – khususnya mengenai islamisasi yang dilakukan sang tokoh
besar itu, secara utuh dapat di “potret”.Berdasarkan pendapat tersebut
penting untuk dilakukan penelitian lanjutan yang lebih membuktikan dan
mengexplorasi eksistensi sejarah dan keislaman Prabu Siliwangi, yang
saat ini penulis terus menerus mencoba melakukan penelitian dengan
pendekatan Realisme Metafisik yang dikonfirmasi dengan pendekatan
realisme ilmiah dan selanjutnya masalah panjang yang masih harus dikuak
dan diteliti lebih lanjut adalah :
1). Bagaimana cerita Prabu
Siliwangi yang komprehensif, holistik yang terintegrasi dan terinci
dengan bukti faktual yang ada saat ini, yang dikaitkan dengan cerita
sejarah kerajaan lainya di tanah Sunda.
2). Dimanakah letak pusat
kerajaan Pajajaran yang sesungguhnya, dan apa bukti-bukti yang
menunjukan keberadaan bekas Istana Kerajaan Pajajaran.
3).Arti dari
nama Pajajaran, senjata kujang dan harimau Pajajaran, yang sudah di
jelaskan dalam buku Sasakala Prabu Siliwangi perlu dbuktikan dengan
bukti-bukti dari hasil penelitian.
4). Menghilangnya Prabu Siliwangi
dan seluruh kerajaanya ke alam ghaib seperti yang dijelaskan dalam buku
sasakala Prabu Siliwangi dan Buku yang lainnya perlu di buktikan
alasan, penyebab dan kebenarannya.
5). Kebenaran agama Islam dari Prabu Siliwangi perlu didukung oleh bukti-bukti lainnya berdasarkan hasil penelitian lanjutan.
6). Bukti-bukti lainya tentang eksistensi dan historis dari Prabu
Siliwangi dan kerajaan Pajajaran di situs-situs atau ditempat-tempat
diseluruh tanah jawa perlu di buktikan dan diekplorasi agar dapat
ditunjukan kebenaranya.
7). Diperlukan adanya cerita sejarah yang
menghubungkan keberadaan Prabu Siliwangi yang didukung oleh bukti dan
fakta di tempat-tempat atau situs yang ada di tanah jawa, sehingga dapat
djelaskan hubungan dan keterkaitan serta sejarah dari setiap cerita
yang ada di situs atau tempat keberadaan Pabu Siliwangi.
Uraian
pertanyaan diatas menunjukan begitu banyaknya pertanyaan seputar Prabu
Siliwangi dan Kerajaan Pajajaran yang perlu diungkap dan diteliti secara
mendalam, agar semakin jelas sejarah dari kerajaan sunda pada masa
lalu. Oleh karena itu agar dapat menjawab semua pertanyaan tersebut
diatas maka perlu dilakukan penelitian dari sejarah Prabu Siliwangi dan
kerajaan Pajajaran dengan menggunakan argumen trasendental yang
berparadigma realisme metafisik sehingga dapat ditemukan sintesis a
priori, suatu kebenaran dari dunia yang tidak sensual yang kemudian di
analisis melalui metode penelitian spiritual metafisik sehingga dapat
ditemukan bukti faktual yang sensual.
Penulis adalah : Peneliti
Eksistensi Historitas Prabu Siliwangi, Pendiri dan Kepala Museum
Sejarah Islam Sunda Prabu Siliwangi, Penulis Buku Sasakala Prabu
Siliwangi. dicopas tina : museum.pptalfath.ac.id
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment
Saumpamina aya nu peryogi di komentaran mangga serat di handap. Saran kiritik diperyogikeun pisan kanggo kamajengan eusi blog.