SEJARAH KEMUNCULAN Undak Usuk Basa Dalam Masyarakat Sunda
- Get link
- X
- Other Apps
Oleh : Hiski Darmayana
Bahasa merupakan instrumen penting interaksi sosial antar individu
dalam masyarakat. Bahasa lahir sebagai jawaban bagi munculnya kebutuhan
manusia akan proses komunikasi dalam rangka menjaga kebersinambungan
hidup. Pada komunitas manusia yang hidup dari berburu dan meramu
(tribes), bahasa berfungsi sebagai alat penghubung di antara anggota
kelompok untuk memudahkan proses perburuan terhadap mahluk hidup
tertentu. Namun pada masyarakat sederhana semacam itu, struktur
bahasanya pun masih sederhana serta belum ditemukan adanya stratifikasi
atau hirarki bahasa seperti yang kini lazim dijumpai pada beberapa
masyarakat. Salah satu masyarakat yang dalam kebudayaannya memiliki
stratifikasi bahasa ialah masyarakat Sunda. Dalam masyarakat dan
kebudayaan Sunda ditemukan adanya hirarki struktur bahasa yang
berbasiskan pada kategorisasi kelas sosial dan usia atau lebih dikenal
sebagai Undak Usuk Basa. Lalu bagaimana sejarah kemunculan dari Undak
Usuk Basa Sunda tersebut?
Pada periode sejarah Kerajaan
Salakanagara hingga Kerajaan Islam Banten, sesungguhnya bahasa yang
digunakan oleh masyarakat di bumi Pasundan ialah bahasa Sunda Buhun yang
tidak mengenal strata bahasa. Hal ini dikarenakan oleh sistem ekonomi
produksi pada masyarakat Sunda Buhun yang masih bercorak nomaden, yaitu
ladang berpindah atau ngahuma. Bagaimanakah kaitan antara bahasa dengan
sistem ekonomi? Bila merujuk pada teori Materialisme Kebudayaan
(Cultural Materialism) yang dicetuskan oleh Marvin Harris, maka dapat
dikatakan bahwa bahasa merupakan satu unsur kebudayaan yang tak dapat
dipisahkan dari aspek-aspek lainnya dalam suatu sistem sosial budaya.
Marvin Harris melihat sistem sosial budaya manusia sebagai gabungan dari
berbagai struktur (Sirin,2002 : 173). Sebagai simplifikasi, Harris
membagi sistem kebudayaan masyarakat dalam tiga bagian, seperti berikut :
1.) Infra struktur (Mode Produksi dan Mode Reproduksi)
2.) Struktur (Ekonomi Domestik dan Politik Ekonomi)
3.) Supra struktur (Seni,sastra,bahasa, musik, ilmu pengetahuan)
Menurut pandangan Harris, infrastruktur yang terdiri dari mode produksi
dan mode reproduksi menjadi fondasi atau struktur dasar (base
structure) bagi keseluruhan ‘bangunan’ kebudayaan masyarakat. Mode
produksi merupakan teknologi dan praktek-praktek yang digunakan untuk
memperluas atau membatasi produksi penghidupan dasar,khusunya produksi
makanan dan berbagai bentuk energi lainnya, diberi batasan-batasan dan
kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh teknologi tertentu yang
berinteraksi dengan habitat tertentu (Harris, 1979 : 52). Pada kerangka
teori Cultural Materialism, bahasa termasuk dalam kategori supra
struktur yang berada di struktur palin atas sistem sosial budaya. Dengan
begitu, bahasa (bersama dengan aspek budaya lainnya seperti musik dan
seni) dipengaruhi oleh mode produksi (infrastruktur) yang ada pada suatu
kebudayaan. Jadi, mode produksi inilah yang mempengaruhi bentuk atau
pola dari struktur-struktur diatasnya, termasuk supra struktur yang
salah satu unsurnya adalah bahasa.
Dalam konteks sejarah
kemunculan Undak-Usuk Basa atau hirarki bahasa pada kebudayaan Sunda
maka hal tersebut tak dapat dipisahkan dari perubahan mode produksi di
sepanjang periode sejarah masyarakat Sunda. Seperti yang telah
disinggung sebelumnya, pada periode Kerajaan Salakanagara hingga
Kerajaan Islam Banten, mode produksinya masih berpola ladang berpindah
atau ngahuma. Pola produksi ngahuma ini cenderung menghasilkan sistem
sosial yang egaliter, karena pola penggarapan huma atau ladang dilakukan
dengan berbasiskan pada sistem kekeluargaan tanpa menggunakan buruh
serta tidak mengenal kelas sosial mandor atau badega (bodyguard).
Artinya, tidak ada stratifikasi sosial yang ketat ketika itu. Hal ini
berpengaruh pula pada bahasa yang digunakan, dimana stratifikasi bahasa
berdasarkan kelas sosial dan usia belum dikenal pada periode ngahuma
tersebut.
Sistem sosial masyarakat Sunda berubah ketika
Kerajaan Mataram Jawa di bawah pimpinan Sultan Agung melakukan invasi ke
wilayah Priangan (daerah Provinsi Jawa Barat bagian tengah dan selatan
kini) pada pertengahan abad ke 17. Ketika masa penjajahan Mataram di
tatar Sunda inilah mode produksi bersawah menetap atau pertanian
intensif mulai diperkenalkan kepada masyarakat Sunda. Penguasa Mataram
merubah secara radikal mode produksi ngahuma menjadi pola pertanian
bersawah. Perubahan mode produksi ini juga berdampak pada aspek-aspek
budaya lainnya dalam kebudayaan Sunda, salah satunya ialah perubahan
struktur bahasa yang digunakan orang Sunda. Bahasa Sunda yang sebelumnya
tidak mengenal stratifikasi, menjadi terbagi dalam tiga strata yakni
halus, sedang dan kasar. Bahasa Sunda yang halus dan sedang biasa
dipakai dalam percakapan sehari-hari kalangan ningrat atau menak.
Sementara bahasa Sunda kasar digunakan oleh para petani penggarap atau
buruh tani. Perubahan pola bahasa ini juga dipengaruhi oleh budaya
Mataram Jawa yang memang telah mengenal tingkatan bahasa sejak lama
(Unggah-ungguh Basa).
Kemunculan Undak Usuk Basa dalam
kebudayaan Sunda terkait erat dengan perubahan mode produksi dari
ngahuma atau berladang kepada bersawah menetap. Pada pola produksi
bersawah, dibutuhkan adanya stratifikasi sosial yang tegas dalam
hubungan sosial produksinya. Hal ini berbeda dengan pola ngahuma yang
relatif egaliter karena dilakukan secara kolektif-gotong royong oleh
satuan kekerabatan tertentu. Bahasa menjadi refleksi dari sistem
sosio-ekonomi yang muncul pada suatu masyarakat, seperti halnya
unsur-unsur lain yang termasuk dalam kategori struktur dan supra
struktur kebudayaan. Undak Usuk Basa Sunda masih tetap bertahan hingga
kini meski mode produksi masyarakat Sunda (yang telah terintegrasi ke
dalam nation-state Indonesia) telah berubah menjadi Kapitalisme yang
berbasis industri. Sampai kapankah Undak Usuk Basa Sunda akan bertahan?
Selama mode produksi yang ada tetap melahirkan segregasi antar kelas
sosial dalam kehidupan manusia, maka selama itu pula seluruh aspek
kebudayaan masyarakat (termasuk bahasa) akan terus memisahkan relasi
manusia berdasarkan sekat-sekat status sosial ekonomi tertentu.Sumber :
ahmadsamantho.wordpress.com
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment
Saumpamina aya nu peryogi di komentaran mangga serat di handap. Saran kiritik diperyogikeun pisan kanggo kamajengan eusi blog.