Sanghiang Dewa Brata
Di
Bale Mercukonda Kahyangan Swarga Maniloka Batara Guru memanggil Batara
Indara dan Batara Wisnu, membahas keadaan Kawah Candaradimuka yang
bergolak dan sepertinya akan meledak sewaktu-waktu. Jika hal tersebut
terjadi niscaya seluruh dunia dan kahyangan akan hancur lebur karena
ledakan dari Kawah Candradimuka ini.
Menurut
Sanghyang Batara Guru hanya ada satu cara untuk menhindari hal
tersebut, yaitu dengan cara memberikan tumbal / kurban adapun tumbal
yang dimaksud tidak lain adalah Semar Lurah Kudapawana, pawongan /
punakawan para pandawa sekaligus kakanya sendiri. Karena Semar adalah
penjelmaan dari Sanghyang Ismaya yang bertugas untuk menuntun para
ksatria ke jalan kebenaran dan selalu menjalankannya serta menjauhi
segala tindakan yang salah.
Hanya saja keberadaan Semar saat itu tidak diketahui keadaannya dikarenakan disembunyikan dan dilindungi oleh Gatotkaca yang mengaku sebagai Sanghiang Dewa Brata, hal ini pula yang membuat Batara Guru gundah-gulana karena menganggap Gatotkaca menyalahi aturan dewata berani-berani mengaku sanghiang dan ada di marcapada. Awalnya Batara Indra dan Batara Wisnu menolak untuk mendatangi Pringgandani untuk membawa dan mengorbankan Semar, tetapi Batara Guru mengatakan daripada dunia dan kahyangan hancur lebur lebih baik mengorban satu orang. Setelah pertemuan tersebut Batara Indra mengajak dewa-dewa lainnya untuk menggempur Sanghiang Dewa Brata di Pringgandani. Selain menyuruh para dewa Batara Guru juga menyuruh seluruh raja-raja di dunia untuk mengambil Semar dari Gatotkaca dengan iming-iming hadiah berupa bidadari dan tinggal di kahyangan.
Dalam perjalanan menuju Pringgandani rombongan para dewa itu bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Bambang Jaya Santika, yang bermaksud untuk menghadap Sanghiang Oti Pati Jagatnata alias Batara Guru. Sebagai seorang pemuda yang sangat haus akan ilmu dia ingin menanyakan tentang ilmu kehidupan kepada raja para dewa tersebut. Namun maksud tersebut dihalang-halangi oleh para dewa, sehingga terjadilah perang tanding antara Bambang Jaya Santika dengan dengan para dewa. Ternyata kesaktian pemuda ini tidak bisa ditandingi oleh para dewa yang ada disitu.
Disaat
para dewa sudah kewalahan dan tidak sanggup menghadapinya, tiba-tiba
muncul cahaya yang berkilauan menuju tempat tersebut. Cahaya tersebut
tidak lain adalah Batara Guru yang mengetahui para dewa sudah terdesak
melawan Bambang Jaya Santika. Setelah berhadapan Batara Guru dia
berjanji akan mejawab segala pertanyaan Bambang Jaya Santika bahkan
memberikan ilmu yang sangat sakti diluar hadiah-hadiah lainnya dengan
sayarat membawa Sanghiang Dewa Brata dan Semar ke Kahyangan.
Mendengar
hal tersebut Bambang Jaya Santika sangat gembira dan segera menuju ke
Pringgandani untuk membawa Sanghiang Dewa Brata dan Semar ke Kahyangan.
Sementara itu Sanghiang Dewa Brata sibuk menghadapi raja-raja yang
tergoda oleh hadiah dari Batara Guru, mencoba untuk bertarung dan
merebut Semar Badranaya. Hanya saja semuanya tidak ada yang sanggup
mengalahkan Sanghiang Dewa Brata, ternayata tidak semua ksatrian dan
raja yang tergoda oleh iming-iming hadiah itu. Beberapa negara dan para
pandawa tidak tergiur, bahkan lebih memilih untuk memperhatikan kejadian
tersebut dan meningkatkan kewaspadaan jika runyamnya situasi tersebut
akan dipergunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.
Bambang Jaya Santika akhirnya sampai ke Pringgandani tempat kediaman Sanghiang Dewa Brata, sesampainya ditempat tujuan Bambang Jaya Santika mengutarakan maksudnya untuk membawa Sanghiang Dewa Brata ke hadapan Batara Guru. Mendengar hal tersebut Sanghiang Dewa Brata menanyakan alasannya ingin membawa dirinya ke Batara Guru. Bambang Jaya Santika menjawab bahwa Batara Guru menjawab semua pertanyaannya dan memberikan ilmu jika berhasil membawa Sanghiang Dewa Brata ke Kahyangan. Mendengar hal tersebut Sanghiang Dewa Brata mengingatkan bahwa Bambang Jaya Santika sudah diadu domba oleh Batara Guru dengan dirinya, Banbang Jaya Santika sadar dan meminta maaf. Selanjutnya Sanghiang Dewa Brata menyarankan agar Bambang Jaya Santika menemui gurunya yang bernama Pandita Ajar Padang di Pertapaan Loka Sampurna yang terletak dekat Saungai Gangga.
Selajutnya Bambang Jaya Santika menuju ke Pertapaan Loka Sampurna dengan maksud menemui Pandita Ajar Padang. Setelah bertemu dengan Sang Pandita ternyata seluruh pertanyaannya bisa dijawab dengan benar bahkan dijabarkan dengan baik untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga Bambang Jaya Santika mengaku Pandita Ajar Padang sebagai gurunya. Sementara itu di Pringgandani Sanghiang Dewa Brata kedatangan seorang tamu istimewa, dia adalah Batara Guru yang tidak sabar karena seluruh suruhannya tidak ada yang berhasil mengalahkan Sanghiang Dewa Brata. Batara Guru meyalahkan tindakan Gatotkaca yang mengaku-mengaku Sanghiang dan menyembunyikan Semar sehingga diserang dengan Ajian Kemayan. Ajaib sekali Ajian Kemayan yang bisa membuat lawan lemas dan lumpuh tidak mempan. Setelah bertarung sekian lama belum ada yang kalah belum ada yang menang, suatu saat Sanghiang Dewa Brata berkata maksud Batara Guru untuk mengorbankan Semar yang juga saudaranya sebagai kelakuan siluman yang berwujud denawa/raksasa bukan kelakuan seorang dewa. Mendadak wujud Batara Guru berubah menjadi denawa, yang kemudian mengamuk. Melihat hal tesebut Sanghiang Dewa Brata sengaja menghindar dan berlari ke Pertapaan Loka Sampurna untuk meminta bantuan kepada gurunya.
Bambang Jaya Santika akhirnya sampai ke Pringgandani tempat kediaman Sanghiang Dewa Brata, sesampainya ditempat tujuan Bambang Jaya Santika mengutarakan maksudnya untuk membawa Sanghiang Dewa Brata ke hadapan Batara Guru. Mendengar hal tersebut Sanghiang Dewa Brata menanyakan alasannya ingin membawa dirinya ke Batara Guru. Bambang Jaya Santika menjawab bahwa Batara Guru menjawab semua pertanyaannya dan memberikan ilmu jika berhasil membawa Sanghiang Dewa Brata ke Kahyangan. Mendengar hal tersebut Sanghiang Dewa Brata mengingatkan bahwa Bambang Jaya Santika sudah diadu domba oleh Batara Guru dengan dirinya, Banbang Jaya Santika sadar dan meminta maaf. Selanjutnya Sanghiang Dewa Brata menyarankan agar Bambang Jaya Santika menemui gurunya yang bernama Pandita Ajar Padang di Pertapaan Loka Sampurna yang terletak dekat Saungai Gangga.
Selajutnya Bambang Jaya Santika menuju ke Pertapaan Loka Sampurna dengan maksud menemui Pandita Ajar Padang. Setelah bertemu dengan Sang Pandita ternyata seluruh pertanyaannya bisa dijawab dengan benar bahkan dijabarkan dengan baik untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga Bambang Jaya Santika mengaku Pandita Ajar Padang sebagai gurunya. Sementara itu di Pringgandani Sanghiang Dewa Brata kedatangan seorang tamu istimewa, dia adalah Batara Guru yang tidak sabar karena seluruh suruhannya tidak ada yang berhasil mengalahkan Sanghiang Dewa Brata. Batara Guru meyalahkan tindakan Gatotkaca yang mengaku-mengaku Sanghiang dan menyembunyikan Semar sehingga diserang dengan Ajian Kemayan. Ajaib sekali Ajian Kemayan yang bisa membuat lawan lemas dan lumpuh tidak mempan. Setelah bertarung sekian lama belum ada yang kalah belum ada yang menang, suatu saat Sanghiang Dewa Brata berkata maksud Batara Guru untuk mengorbankan Semar yang juga saudaranya sebagai kelakuan siluman yang berwujud denawa/raksasa bukan kelakuan seorang dewa. Mendadak wujud Batara Guru berubah menjadi denawa, yang kemudian mengamuk. Melihat hal tesebut Sanghiang Dewa Brata sengaja menghindar dan berlari ke Pertapaan Loka Sampurna untuk meminta bantuan kepada gurunya.
Sesampainya
disana Sanghiang Dewa Brata menyampaikan bahwa dirinya sedang
dikejar-kejar oleh Batara Guru yang sudah berubah wujud menjadi denawa.
Tidak lama kemudian datanglah denawa tersebut dan bermaksud untuk
menghajar Sanghiang Dewa Brata, melihat hal tersebut Bambang Jaya
Santika maju dan terjadilah perang tanding yang sangat sengit, tetapi
Bambang Jaya Santika kalah dan dibanting ketanah. Saat itu hilang tubuh
Bambang Jaya Santika dan berubah menjadi Batara Narada penasehat Batara
Guru. Melihat hal tersebut Pandita Ajar Padang memberikan sebuah panah
kepada Sanghiang Dewa Brata untuk melawan denawa, kemudian denawa
tersebut dipanah oleh Sanghiang Dewa Brata dan berubah menjadi asap
hitam yang merupakan penjelmaan dari sukma Sanghiang Rancasan.
Kejadian-kejadian
tersebut tidak lepas dari pengamatan Sri Batara Kresna, setelah melihat
sukma Sanghiang Rancasan melesat jauh ke angkasa. Sri Batara Kresna
mengeluarkan senajata Cakra Udaksana dan ditujukan ke Pandita Ajar
Padang, hilang wujud sang pandita berubah menjadi Semar Badranaya.
Kemudian senjata Cakra ditujukan ke Sanghiang Dewa Brata saat itu
keluarlah Batara Guru dari raga Gatotkaca. Ternyata Batara Guru asli
manunggal dengan Gatotkaca, sedangkan Batara Guru yang ada di Kahyangan
adalah sukma atma Sanghiang Rancasan yang merebut tahta darinya dan
ingin membalas dendam kepada Semar yang merupakan penjelmaan dari
Sanghiang Ismaya.
Dalam
kehidupan ini semua orang harus selalu waspada untuk mengantisipasi
segala kemungkinan dari oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Bila
ada masalah yang sangat penting jangan sungkan-sungkan untuk meminta
bantuan walaupun itu harus berbaur dengan orang yang secara kedudukan
berada dalam tingkatan lebih rendah. Rendah kedudukan bukan berarti
tidak mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk memecahkan suatu masalah.
Dalam menyelesaikan suatu masalah tidak dibenarkan dengan cara merugikan
atau mengorbankan seseorang, hakikatnya dalam hidup ini semua orang itu
bersaudara. Kebenaran akan tetap terlihat dan kebathilan akan selalu
kalah oleh kebenaran.
Seluruh gambar dari : www.wayanggolek.net
Comments
Post a Comment
Saumpamina aya nu peryogi di komentaran mangga serat di handap. Saran kiritik diperyogikeun pisan kanggo kamajengan eusi blog.