Mantra di Masyarakat Sunda (jampe, asihan, sisinglar, jangjawokan, rajah, ajian, dan pelet)
1) perkataan atau ucapan yang mendatangkan daya gaib (misal dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dan sebagainya); 2) susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.
Sejalan dengan pembagian jenis mantra, Rusyana (1970) membagi mantra berdasarkan tujuannya menjadi 7 bagian, yaitu jampe ‘jampi’, asihan ‘pekasih’, singlar ‘pengusir’, jangjawokan ‘jampi’, rajah ‘kata-kata pembuka ‘jampi’, ajian ‘ajian/jampi ajian kekuatan’, dan pelet ‘guna-guna’. Diketahui bahwa ketujuh bagian tersebut dapat dikelompokkan ke dalam mantra putih ‘white magic’ dan mantra hitam ‘black magic’. Pembagian tersebut berdasarkan kepada tujuan mantra itu sendiri, yakni mantra putih digunakan untuk kebaikan sedangkan mantra hitam digunakan untuk kejahatan.
Adanya pembagian antara mantra putih (white magic) dan mantra hitam
(black magic) sebenarnya sulit untuk diukur dalam pengertian tidak ada
pembeda secara nyata di antara keduanya, karena sering terjadi
penyimpangan tujuan dari mantra putih ke mantra hitam tergantung kepada
siapa dan bagaimana akibat yang ditimbulkan oleh magic tersebut. Dapat
dicermati bahwa mantra putih di antaranya bertujuan untuk menguasai jiwa
orang lain, agar diri dalam keunggulan, agar disayang, agar maksud
berhasil dengan baik, agar perkasa dan awet muda, berani, agar selamat,
untuk menjaga harta benda, mengusir hantu atau roh halus, menaklukan
binatang, menolak santet, untuk menyembuhkan orang sakit. Adapun
kategori mantra hitam diantaranya bertujuan untuk mencelakai orang agar
sakit atau mati, membalas perbuatan jahil orang lain, dan memperdayakan
orang lain karena sakit hati.
Kehadiran mantra putih maupun mantra hitam itu sendiri berpangkal
pada kepercayaan masyarakat pendukung di dalamnya yang memunculkan
fenomena yang semakin kompleks di jaman sekarang. Sejumlah penilaian,
sikap, dan perlakuan masyarakat Sunda terhadap mantra semakin
berkembang. Ada sebagian masyarakat yang begitu mengikatkan secara penuh
maupun sebagian dirinya terhadap mantra dalam kepentingan hidupnya.
Sebagian masyarakat lainnya secara langsung atau tidak langsung menolak
kehadiran mantra dengan pertimbangan bahwa menerima mantra berarti
melakukan perbuatan syirik. Pada bagian masyarakat yang disebutkan
pertama dapat digolongkan ke dalam masyarakat penghayat atau pendukung
mantra, sedangkan bagian masyarakat yang lainnya digolongkan ke dalam
masyarakat bukan penghayat mantra.
Bagi masyarakat penghayat mantra, kegiatan sehari-hari kerap kali
diwarnai dengan pembacaan mantra demi keberhasilan dalam mencapai
maksud. Misalnya, para petani ingin sawahnya subur, terhindar dari
gangguan hama, ingin panen hasilnya melimpah; para pedagang ingin
dagangannya laris. Mantra diterima oleh masyarakat penghayatnya sebagai
kebutuhan penunjang setelah kehidupan agamanya dijalani secara
sungguh-sungguh.
Adanya kebutuhan terhadap mantra sebagai warna yang menghiasi
kehidupan sehari-hari. Kegiatan yang tidak terlepas kepada keadaan alam
dan mata pencaharian, menghasilkan tiga kelompok besar sehubungan dengan
penggunaan mantra, yaitu mantra yang digunakan untuk perlindungan,
kekuatan, dan pengobatan.
Salah satu contoh mantra perlindungan dapat disimak berikut ini.
Rarakan Nyi Pohaci
Hihid kekeper iman
Nyiru tamprak ning iman
Dulang ketuk ning iman
Parako bengker ning iman
Hawu dungkuk ning iman
Suluh solosod ning iman
Seeng kukus ning iman.
Hihid kekeper iman
Nyiru tamprak ning iman
Dulang ketuk ning iman
Parako bengker ning iman
Hawu dungkuk ning iman
Suluh solosod ning iman
Seeng kukus ning iman.
Secara simbolik, benda-benda yang disebutkan merupakan perwakilan
dari hakekat manusia yang senantiasa harus menjalani hidup dengan
dibekali iman yang kuat.
Fungsi lain yang menyiratkan adanya permohonan kepada Sang Pencipta,
tampak pada sejumlah mantra kekuatan, begitu erat dengan kebutuhan hidup
masyarakat yang dalam satu segi membutuhkan kekuatan lahir maupun batin
untuk melaksanakan maksud tertentu. Semua mantra tersebut sepenuhnya
disandarkan kepada Allah. Mereka tinggal menunggu keputusan dari Yang
Maha Menentukan atas usaha yang dijalankan manusia. Betapa manusia
merasa kecil dan tak berdaya sehingga memohon dilindungi, ditopang,
diberi kemurahan pada setiap langkah, mohon ditetapkan iman dan Islam.
Begitu juga dengan mantra kekuatan lainnya, dengan berbekal keyakinan
dan bersandar sepenuhnya kepada Allah, mantra diucapkan untuk tujuan
keunggulan, agar disayangi, agar segala perbuatan menghasilkan sesuatu
yang diharapkan, agar perkasa, awet muda, untuk menaklukan siluman, dan
lain-lain. Salah satu contoh mantra kekuatan yang termasuk ke dalam
pelet ‘guna-guna’ dapat dilihat dalam contoh berikut ini.
Pelet
Bismillah
Kum awewe
Wataji kulhu absar
Wahuwa Latiful Khabil
Sabulan sang ratu nu colalang
Sabulan mangrupi
Dua putri mananjo
Tujuh bulan kolot
Salapan bulan sang goledah
Gereleng putih
Jig ka cai ngadon ceurik
Jig ka darat ngadon midangdam
Jig ka imah asa jobong koong
Kop cai asa tuak bari
Kop dahar asa tatal bobo
Kaula nyaho ngaran sia…si…….
Bismillah
Kum awewe
Wataji kulhu absar
Wahuwa Latiful Khabil
Sabulan sang ratu nu colalang
Sabulan mangrupi
Dua putri mananjo
Tujuh bulan kolot
Salapan bulan sang goledah
Gereleng putih
Jig ka cai ngadon ceurik
Jig ka darat ngadon midangdam
Jig ka imah asa jobong koong
Kop cai asa tuak bari
Kop dahar asa tatal bobo
Kaula nyaho ngaran sia…si…….
Samping aing kebet lereng
ditilik ti gigir lenggik
diteuteup ti hareup sieup
mikaeunteup mikasieup
mangka eunteup mangka sieup
ka awaking
awaking ratu asihan
ti luhur kuwung-kuwungan
ti handap teja mentrangan
ditilik ti tukang lenggik
di tilik ti gigir sieup
mangka eunteup mangka sieup
asih…asih… asih….
asih ka badan awaking.
Pembagian mantra lainnya, yaitu mantra pengobatan. Mantra pengobatan
dipakai untuk mengobati si sakit. Melalui warisan nenek moyang,
pemanfaatan alam pun tampak, yaitu digunakannya daun-daunan untuk
mengobati perut kembung, tampak dalam jampe beunghak beuteung ‘jampi
perut kembung’. Jampi tersebut harus disertai dengan menggosokkan daun
eurih ke perut si sakit. Salah satu contoh mantra pengobatan dapat
disimak berikut ini.
Jampe Beunghak Beuteung
Cakakak di leuweung
Injuk talina
Dihakan dibeuweung
Hitut jadina
Plong blos plong blong………
Cakakak di leuweung
Injuk talina
Dihakan dibeuweung
Hitut jadina
Plong blos plong blong………
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa mantra terdiri atas mantra
putih dan mantra hitam. Mantra hitam (black magic) yang lebih dikenal
secara umum oleh masyarakat Jawa barat sebagai teluh pada kenyataannya
di lapangan diperoleh dalam jumlah yang sangat sedikit, itu pun ada yang
berasal dari mantra putih (white magic). Hal ini dapat dipahami karena
fungsi utama mantra, yaitu yang terkandung dalam mantra putih lebih
mendominasi kehadirannya. Mantra hitam (black magic) tidak mendapat
tempat di masyarakat. Ini terbukti dari hasil inventarisasi yang hanya
ditemukan kurang lebih 10 buah mantra hitam (black magic). Mantra hitam (black magic) yang dimaksudkan
adalah mantra pendendam dan mantra perdayaan. Mantra pendendam adalah
mantra pembalasan atas perbuatan jahat orang yang mengirimkan mantra
untuk mencelakai si pembalas.
Mantra ini diklasifikasikan sebagai mantra
hitam karena ada motif mendendam dan ingin mencelakai orang yang mencoba
mencelakainya. Simak teks yang dimaksud di bawah ini:
Panolak Teluh
Siriwi kula siratin
Mina haji kurawul kabuli badan
Mina haji kurawul kabuli badan
Papag papupang-pulang
Cunduk nyungcung datang rahayu
Anu runtuh sira nu gempur
Nu ngadek sira nu paeh
Nu nyimbeuh sira nu baseuh
Nu nyundut sira nu tutung
Nya aing Ceda Wisesa
Panca buana di buana panca tengah
Tiis ti peuting ngeunah ti beurang
Ngeunah ku Allah Taala
Ya Allah hurip waras (3 X)
Cunduk nyungcung datang rahayu
Anu runtuh sira nu gempur
Nu ngadek sira nu paeh
Nu nyimbeuh sira nu baseuh
Nu nyundut sira nu tutung
Nya aing Ceda Wisesa
Panca buana di buana panca tengah
Tiis ti peuting ngeunah ti beurang
Ngeunah ku Allah Taala
Ya Allah hurip waras (3 X)
Adapun dalam mantra hitam yang benar-benar
dilatarbelakangi oleh hasrat ingin mencelakai orang lain tampak dalam
mantra di bawah ini:
Paneluh Galunggung
Ratu teluh ti Galunggung
Sang Ratu cedacawal
Ratu teluh ti Gunung Agung
Sang Ratu murba Sakama
Sang Ratu Talaga Bodas
Nu kumawasa pusering talaga
Sang Ratu Cedacawal
Nya aing Sang Ratu Cedacawal
Pur geni pur braja
Seuseup getihna
Cokcrok ototna
Sebit atina
Bedol tikorona
Sayab nyawana
Tuh Singsieunan si …………
Ratu teluh ti Galunggung
Sang Ratu cedacawal
Ratu teluh ti Gunung Agung
Sang Ratu murba Sakama
Sang Ratu Talaga Bodas
Nu kumawasa pusering talaga
Sang Ratu Cedacawal
Nya aing Sang Ratu Cedacawal
Pur geni pur braja
Seuseup getihna
Cokcrok ototna
Sebit atina
Bedol tikorona
Sayab nyawana
Tuh Singsieunan si …………
Mantra tidak mendapat tempat di sebagian
masyarakat karena muatan teks dan perilaku magis lainnya yang menurutnya
bertentangan dengan akidah Islam.
Antipati mereka terhadap perilaku magis ini
masih dalam batas kewajaran. Mereka satu sama lainnya (dengan masyarakat
penghayat mantra putih) masih dapat menjalin hubungan dan memfungsikan
dirinya sebagai anggota masyarakat yang baik, tetapi tidak ada toleransi
untuk penghayat mantra hitam (black magic).
Referensi
Disadur dari : EKSISTENSI DAN FUNGSI MANTRA
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA Oleh: Elis Suryani NS. Fakultas Sastra
Universitas Padjadjaran
http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/padresources/MAKALAH%20juni%2001.pdf
Comments
Post a Comment
Saumpamina aya nu peryogi di komentaran mangga serat di handap. Saran kiritik diperyogikeun pisan kanggo kamajengan eusi blog.