ASTANA GEDE KAWALI ,Prasasti Kawali
Terjemahan
di Batu Penyandingan ini saya copy dari Sejarah jawa Barat - Cuplikan
Wasiat Wastu Kencana dari naskah Sanghyang siksakanda (Koropak 630),
sbb:
"teguhkeun, pageuhkeun sahinga ning tuhu, pepet byakta warta
manah, mana kreta na bwana, mana hayu ikang jagat kena twah ning janma
kapahayu."
"kitu keh, sang pandita pageuh kapanditaanna,
kreta.. sang wiku pageuh di kawikuanna, kreta.. sang ameng pageuh di
kaamenganna, kreta.. sang wasi pageuh dikawalkaanna, kreta.. sang wong
tani pageuh di katanianna, kreta.. sang euwah pageuh di kaeuwahanna,
kreta.. sang gusti pageuh di kagustianna, kreta.. sang mantri pageuh di
kamantrianna, kreta.. sang masang pageuh di kamasanganna, kreta.. sang
tarahan pageuh di katarahanna, kreta.. sang disi pageuh di kadisianna,
kreta.. sang rama pageuh di karamaanna, kreta.. sang prebu pageuh di
kaprebuanna, kreta.."
"ngun sang pandita kalawan sang
dewarata pageuh ngretakeun ing bwana, nya mana kreta lor kidul wetan
sakasangga dening pretiwi sakakurung dening akasa, pahi manghurip ikang
sarwo janma kabeh."

Terjemah Indonesia:
"Teguhan, kukuhkan batas-batas kebenaran, penuhi kenyataan niat baik
dalam jiwa, maka akan sejahteralah dunia, maka akan sentosalah jagat ini
sebab perbuatan manusia yang penuh kebajikan. demikianlah hendaknya.
Bila pendeta teguh dalam tugasnya sebagai pendeta, akan sejakhtera. Bila
wiku teguh dalam tugasnya sebagai wiku, akan sejakhtera. Bila manguyu
teguh dalam tugasnya sebagai akhli gamelan, akan sejakhtera. Bila
paliken teguh dalam tugasnya sebagai akhli seni rupa, akan sejahtera.
Bila ameng teguh dalam tugasnya sebagai pelayan biara, akan sejakhtera.
Bila pendeta teguh dalam tugasnya sebagai pendeta, akan sejakhtera. Bila
wasi teguh dalam tugasnya sebagai santi, akan sejakhtera. Bila ebon
teguh dalam tugasnya sebagai biarawati, akan sejakhtera. Bila pendeta
teguh dalam tugasnya sebagai pendeta, akan sejakhtera. demikian pula
bila walka teguh dalam tugasnya sebagai pertapa yang berpakaian kulit
kayu, akan sejahtera. Bila petani teguh dalam tugasnya sebagai petani,
akan sejakhtera. Bila pendeta teguh dalam tugasnya sebagai pendeta, akan
sejakhtera. Bila euwah teguh dalam tugasnya sebagai penunggu ladang,
akan sejahtera. Bila gusti teguh dalam tugasnya sebagai pemilik tanah,
akan sejahtera. Bila menteri teguh dalam tugasnya sebagai menteri, akan
sejahtera. Bila masang teguh dalam tugasnya sebagai pemasang jerat, akan
sejaktera. Bila bujangga teguh dalam tugasnya sebagai ahli pustaka,
akan sejahtera. Bila tarahan teguh dalam tugasnya sebagai penambang
penyebrangan, akan sejahtera. Bila disi teguh dalam tugasnya sebagai
ahli obat dan tukang peramal, akan sejahtera. Bila rama teguh dalam
tugasnya sebagai pengasuh rakyat, akan sejakhtera. Bila raja (prabu)
teguh dalam tugasnya sebagai raja, akan sejakhtera."
"Demikian seharusnya pendeta dan raja harus teguh membina kesejahteraan
didunia, maka akan sejahteralah di utara barat dan timur, diseluruh
hamparan bumi dan seluruh naungan langit, sempurnalah kehidupan seluruh
umat manusia"
---------------------------
Wastu Kencana dikenal sebagai raja yang adil dan minandita. Didalam
Cerita Parahyangan Ia sangat dipuji-puji melebihi dari raja manapun, dan
ia putra dari Prabu Wangi yang gugur didalam peristiwa bubat. Didalam
Naskah Parahyangan di uraikan sebagai berikut :
"Aya deui putra Prebu, kasohor ngaranna, nya eta Prebu Niskalawastu
kancana, nu tilem di Nusalarang gunung Wanakusuma. Lawasna jadi ratu
saratus opat taun, lantaran hade ngajalankeun agama, nagara gemah ripah.
Sanajan umurna ngora keneh, tingkah lakuna seperti nu geus rea luangna,
lantaran ratu eleh ku satmata, nurut ka nu ngasuh, Hiang Bunisora, nu
hilang di Gegeromas. Batara Guru di Jampang."
Ketika terjadi peristiwa Bubat yang menewaskan Prabu Linggabuana (1357
M) Wastu Kencana baru berusia 9 tahun dan untuk mengisi kekosongan
pemerintah Pajajaran di isi oleh pamannya, yakni Sang Bunisora yang
bergelar Prabu Batara Guru Pangdiparamarta Jayadewabrata atau sering
juga disebut Batara Guru di Jampang atau Kuda Lalean.
Wastu Kencana dibawah asuhan pamannya tekun mendalami agama (Bunisora
dikenal juga sebagai satmata, pemilik tingkat batin kelima dalam
pendalaman agama). Iapun dididik ketatanegaraan. Kemudian naik tahta
pada usia 23 tahun menggantikan Bunisora dengan gelar Mahaprabu Niskala
Wastu Kencana atau Praburesi Buanatunggaldewata. Dalam naskah
selanjutnya disebut juga Prabu Linggawastu putra Prabu Linggahiyang.
Menurut sumber sejarah Jawa Barat, Wastu Kencana memerintah selama 103
tahun lebih 6 bulan dan 15 hari. Dalam Carita Parahyangan disebutkan:
"Lawasna jadi ratu saratus opat taun, lantaran hade ngajalankeun agama,
nagara gemah ripah."
Ketika jaman kekuasaanya Wastu Kencana menyaksikan dan mengalami
beberapa peristiwa:
1. Menyaksikan Kerajaan Majapahit dilanda perang paregreg / perebutan
tahta (1453 – 1456), selama peristiwa tersebut Majapahit tidak mempunyai
raja, namun Wastu Kencana tak terpikat untuk membalas dendam peristiwa
Bubat, karena ia lebih memilih pemerintahannya yang tentram dan damai.
Ia pun rajin beribadat.
2. Kedatangan Laksamana Cheng H0 dan Ulama Islam yang kemudian
mendirikan Pesantren di Karawang.
Tanda keberadaan Wastu Kencana terdapat pada dua buah prasasti batu di
Astana Gede. Prasati yang kedua dikenal dengan sebuat Wangsit (wasiat)
Prabu Raja Wastu kepada para penerusnya tentang Tuntutan untuk
membiasakan diri berbuat kebajikan (pakena gawe rahayu) dan membiasakan
diri berbuat kesejahteraan yang sejati (pakena kereta bener) yang
merupakan sumber kejayaan dan kesentausaan negara.
Wasiat ini mengandung pula konsep tentang bagaimana manusia harus focus
dan professional dibidang keahliannya. Lebih maju dari praktek
kenegaraan sekarang. Saat ini banyak bukan negarawan mengurusi masalah
Negara. Para ahli agama banyak yang terjun jadi politikus, banyak
politikus jadi pedagang, banyak kaum pedagang jadi penentu kebijakan
Negara. Semuanya menyebabkan kerancuan dan menjauhkan bangsa dari
kesentosaan.
Konsep dan tipe kondisi yang diharapkan pernah dikemukakan BK dalam
bentuk partai tunggal, yang mengharapkan bukan pada banyaknya partai
yang ada tapi menghimpunan seluruh kepentingan profesi, seperti keompok
tani, buruh, cendekiawan, agama dll. Banyaknya partai hanya menyiptakan
satu golongan yang kuat, yakni politikus. Ia sangat tidak inheren dengan
kelompok lainnya diluar politikus, seperti kaum tani dan buruh. Para
politikus lebih berorienasti pada bagaimana mempertahankan kekuasaannya,
adakalanya mengenyampingkan amanah mengapa ia harus ada. Namun memang
bentuk partai tunggal dari kacamata demokrasi barat dianggap sangat
bertentangan dengan kebebasan individu warga dan dianggap anti
demokrasi. Ditambah waktu itu, BK tidak mau tunduk pada kuasanya asing.
Demokrasi yang “western oriented” mengandalkan pada dasar persamaan hak
individu, namun bisa berjalan sukses jika ada kesetaraan dalam mentatai
aturan, sebagai cara untuk membatasi terganggunya hak seseorang dari
orang yang lainnya. Disamping itu perlu ada penghormatan terhadap
hak-hak lain. Disini tidak perlu ada dominasi dari satu individu atau
kelompok terhadap individu atau kelompok lainnya. Masalahnya, kebebasan
individu memberikan legitimasi terjadinya "free ficht competition",
mensyahkan jika yang kuat akan semakin kuat dan lemah menjadi tertindas.
Karena negara tidak boleh turut campur, termasuk memberikan proteksi,
sekalipun kepada yang lemah.
Wujud dari cita-cita demikian pernah ada pada konsep lanjutan
sebagaimana pada cita-cita awal dan dasar didirikannya Golongan Karya,
yang menginginkan seluruh warga bangsa dapat menghimpun kekuatan didalam
wujud profesinya. Namun godaan untuk bermain politik praktis dan
kekuasaan, serta adanya pengaruh asing yang sangat eksis dalam
menentukan kebijakan politik dan ekonomi ternyata menjadi penghancur
yang sangat dahsyat didalam perkumbuhan social bangsa, bahkan menjadikan
Indonesia mandiri didalam ekonomi, tidak berdaulat didalam berpolitik
dan tidak memiliki kepribadian didalam budaya.
Mungkin kita perlu renungkan kembali tentang nilai-nilai luhur, melalui
Wasiat dari Galunggung, leluhur raja-raja Galuh :
Hana nguni hana mangke..
Tan hana nguni tan hana mangke..
Aya ma baheula hanteu teu ayeuna..
Henteu ma baheula henteu teu ayeuna..
Hana tunggak hana watang..
Hana ma tunggulna aya tu catangna..
"ada dahulu ada sekarang, karena ada masa silam maka ada masa kini. Bila
tidak ada masa silam maka tiada masa kini. Ada tonggak tentu ada
batang. Bila tak ada tonggak tentu tidak ada batang. Bila ada tunggulnya
tentu ada dahan atau batangnya."
Saya pikir pesan itu sangat jelas, bahwa masa kini merupakan akumulasi
dari masa lalu, tidak akan ada masa kini kalau tidak ada masa lalu.
Dengan demikian jika dikatikan dengan masalah perkumbuhan bangsa dapat
ditarik benang merahnya, bahwa sejarah suatu bangsa tidak akan selalu
sama dengan bangsa lainnya. Dan dari kesejarahannya masing-masing dapat
ditarik dan dijadikan cermin tentang nilai-nilai mana yang cocok dan
sangat tepat.
Marilah kita bertindak profesional dan menyerahkan suatu persoalan
kepada ahlinya masing-masing. Masalah agama bertanyalah kepada ahli
agama, masalah perniagaan bertanyalah kepada ahli niaga, masalah
kenegaraan bertanyaan kepada negarawan. Jangan ahli agama turut campur
memaksakan kehendaknya untuk mengurus Negara, tukang dagang ikut-ikutan
ngurusin Negara, karena semua itu bukan bidangnya.
Demikian seharusnya ahli agama dan raja harus teguh membina
kesejahteraan didunia, maka akan sejahteralah di utara barat dan timur,
diseluruh hamparan bumi dan seluruh naungan langit, sempurnalah
kehidupan seluruh umat manusia.
BATU PENYANDINGAN; SAN HIYAN LIN GA HYAN(SANG HIYANG LINGGA HIYANG)
Tempat disemakamnya abu jasad MAHA PRABU LINGGA BUANA
dicutat tina : http://www.kalangsunda.net/apps/forums/topics/show/8775066-wasiat-wastu-kencana-prabu-linggabuana-1357-m-prasasti-kawali?page=last
Comments
Post a Comment
Saumpamina aya nu peryogi di komentaran mangga serat di handap. Saran kiritik diperyogikeun pisan kanggo kamajengan eusi blog.