20 Strategi Perang Orang Sunda - Abad 16


SEKILAS Naskah Sanghyang Siksakanda ng Karesian (SSK)

Naskah Sanghyang Siksakanda ng Karesian (SSK) aslinya ditulis pada daun nipah dan dalam bahasa serta aksara Sunda kuno. Naskah ini terdaftar sebagai MSB (Manuscript Soenda B) dengan nomor kropak 630 pada Museum Nasional di Jakarta. Oleh pemilik lamanya, R. Saleh, naskah ini diserahkan bersama-sama dengan dua naskah lainnya kepada (waktu itu) Batavia Genootschap voor Kunsten en Wetenschappen. Dalam jurnal ilmiahnya (TBG) tahun 1867, K.F. Holle mengulas secara singkat mengenai sumbangan ini dan mengemukakan kekagumannya akan nilai naskah yang selesai ditulis pada bulan 3 tahun 1440 Saka atau sama dengan tahun 1518 Masehi ini.

Namun baru setelah lebih dari satu abad kemudian, yaitu tahun 1973, ada sarjana kita yang membuat alih-aksara (transkripsi)nya, yaitu Drs. Atja. Karya yang masih berbentuk stensilan dan beredar dalam jumlah yang terbatas ini diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Universitas Padjadjaran. Edisi berikutnya, yang ditambah dengan pengalih-bahasaan dan penjelasan mengenai istilah-istilah dikerjakan oleh Atja dan Saleh Danasasmita; baru diterbitkan pada tahun 1981 oleh Proyek Pengembangan Museum Jawa Barat. Terbitan yang disebut terakhir inilah yang digunakan untuk menjadi landasan telaah ini. Dengan sendirinya segala manfaat yang mungkin diperoleh hadirin adalah atas jasa kedua tokoh di atas. Kepada merekalah penghormatan dan ucapan terimakasih harus diarahkan, sedangkan semua kejanggalan dan cacat pasti merupakan hasil-karya penulis makalah ini.


Terlepas dari kerugian,penderitaan,ambisi dan hal-hal negative tentang perang,perang pun memerlukan sebuah strategi atau seni berperang. Lalu bagaimana Strategi orang sunda jaman dulu berperang.? Hal ini sebenarnya tak banyak dibahas dan dijelaskan,namun dalam Naskah kuno Sanghyang Siksakandang Karesian terdapat hal yang membahasnya walaupun hanya menyebutkan nama-nama strategi perang yang diterapkan, paling tidak sampai abad ke-16. Naskah ini tidak diketahui siapa penulisnya, ditulis dalam aksara Sunda kuno, dan menyebutkan tahun penulisannya melalui candra sengkala yang berbunyi nora (0) catur (4) sagara (4) wulan (1), yang berarti tahun 1440 Saka (1518 M). Naskah ini ditulis pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja penguasa Pajajaran. Pada dasarnya, isi naskah ini memberikan gambaran tentang ajaran moral umum untuk kehidupan masyarakat pada masa itu.
Naskah Sanghyang Siksakanda Ng Karesian hanya menyebutkan nama-nama strategi perang yang diterapkan paling tidak sampai abad ke-16.
Dalam Sanghyang Siksakanda Ng Karesian disebutkan, hanya panglima peranglah yang tahu 20 strategi ini. (Saleh Danasasmita, dkk., 1987)

1. Makarabihwa.
Cara mengalahkan musuh dengan tidak berperang. Mengalahkan musuh dari dalam musuh itu sendiri, dengan menggunakan kekuatan pengaruh. Praktik merusak kekuatan musuh dari dalam agar merasa kalah sebelum berperang.

2. Katrabihwa
Posisi prajurit saat menyerang musuh, ada yang ditempatkan di atas, biasanya dengan menggunakan senjata panah, dan prajurit yang di bawah, biasanya menggunakan tombak dan berkuda.

3. Lisangbihwa
Sebelum perang dimulai, Panglima Perang/Hulu Jurit mengumpulkan pasukan tempurnya agar seluruh prajurit berteguh hati menjadi pasukan yang berani dan bersemangat berperang untuk mengalahkan musuh walaupun kekuatan lebih kecil.

4. Singhabihwa
Mengalahkan pertahanan musuh dengan cara menyusup. Para penyusup merupakan tim kecil yang jumlahnya hanyalimaorang, terdiri atas ahli perang, ahli strategi, dan ahli memengaruhi musuh.
Musuh terpengaruh oleh strategi yang kita lancarkan sehingga pada tahap ini musuh hancur oleh pikirannya sendiri. Waktunya sangat lama.

5. Garudabihwa
Memusatkan kekuatan pasukan pada posisi yang tersebar di beberapa titik penting yang telah ditentukan untuk pertempuran. Kekuatan di setiap titik jumlahnya 20 orang. Dengan simbol-simbol khusus, prajurit yang tersebar itu akan menyerang secara berbarengan dan sekaligus, kemudian menyebar kembali untuk mempersiapkan penyerangan berikutnya.

6. Cakrabihwa
Menyusupkan beberapa orang prajurit ke benteng pertahanan musuh dengan cara rahasia dengan tujuan utama untuk menyusupkan persenjataan yang kelak akan digunakan oleh pasukan saat bertempur.
Mereka harus prajurit yang sangat terlatih dan mengetahui medan, serta mengetahui cara-cara penyusupan.

7. Sucimuka
Upaya pembersihan musuh setelah perang usai sebab biasanya masih ada musuh yang berdiam di persembunyian. Para prajurit harus mengetahui daerah-daerah yang pantas digunakan sebagai tempat berlindung dan menjadi persembunyian musuh yang sudah tercerai-berai.
Prajurit harus mengetahui jalan-jalan yang dijadikan tempat untuk meloloskan diri. Pembersihan ini sangat penting agar musuh tidak menghimpun kekuatannya kembali.

8. Brajapanjara
Mendidik beberapa orang musuh agar bekerja untuk pihak kita.
Setelah dianggap tidak membahayakan, mereka dilepas kembali ke daerahnya untuk dijadikan mata-mata.
Orang itulah yang akan mengirimkan informasi mengenai kekuatan musuh, seperti jenis dan jumlah senjata yang mereka miliki, dan strategi perang apa yang akan digunakan.
Harus sangat hati-hati saat mendidiknya.

9. Asumaliput
Setiap prajurit harus mengetahui tempat berlindung atau bersembunyi serta tidak akan diketahui musuh, seperti di dalam gua, tetapi harus pandai melihat situasi.

10. Meraksimpir
Cara berperang ketika prajurit berada di daerah yang lebih rendah, sedangkan musuh berada di daerah yang lebih tinggi. Bila posisinya demikian, pasukan dipersenjatai dengan tombak dan berkuda.

11. Gagaksangkur
Cara berperang ketika prajurit berada di daerah yang lebih tinggi, sedangkan musuh berada di bawah.
Cara mengalahkan musuh dari atas, seperti cara meloncat atau menghadang.

12. Luwakmaturut
Gerakan untuk memburu musuh yang kabur dari lapangan pertempuran.
Prajurit harus tahu cara pengejaran yang paling cepat di berbagai medan yang berbeda.
Pengejaran musuh harus sampai di tempat persembunyiannya, apakah di air, atau yang lari ke dalam hutan.

13. Kudangsumeka
Cara menggunakan pedang yang lebih kecil.
Bila menyusup ke daerah musuh, prajurit harus mengetahui cara-cara menyembunyikan pedang/senjata itu agar tidak diketahui musuh.

14. Babahbuhaya
Cara menghimpun kekuatan prajurit pada saat pasukan tertekan dan terjepit musuh, seperti cara/upaya memulihkan mental, semangat, dan kekuatan prajurit.
Dilatihkan ke mana harus berlari, jangan sampai berlari ke daerah kekuatan musuh.
Cara bagaimana bila saat berlari ada musuh di depan, atau musuh yang terus mengejar, serta cara bagaimana memilih tempat perlindungan.
Bila terlihat aman, prajurit merundingkan upaya penyelamatan dan merencanakan penyerangan balik.

15. Ngalinggamanik
Prajurit yang sudah terlatih dipersenjatai dengan senjata rahasia, atau senjata keramat kerajaan, seperti tombak. Prajurit dilatih untuk mengendalikan senjata keramat itu, bila tidak, bisa-bisa prajurit itu yang terpental atau pingsan.

16. Lemahmrewasa
Cara berperang di hutan belantara atau di tempat-tempat yang rimbun, terutama ketika pasukan dalam keadaan terdesak dengan senjata pasukan yang sudah tidak mampu melayani kekuatan persenjataan musuh.
Semua potensi yang bisa digunakan sebagai senjata dimanfaatkan, seperti batu atau batang pohon.

17. Adipati
Teknik untuk melatih prajurit yang akan dijadikan prajurit dengan kemampuan khusus.
Pasukan komando yang mempunyai kemampuan perseorangan yang tangguh dan dapat diandalkan.

18. Prebusakti
Setiap prajurit dibekali latihan keahlian khusus seperti tenaga dalam agar senjata lebih berisi, lebih matih, punya kekuatan mengalahkan musuh secara luar biasa.

19. Pakeprajurit
Sering kali raja menitahkan untuk tidak berperang.
Prajurit terpilih, yaitu prajurit yang sudah terlatih untuk berunding, mengadakan perundingan-perindingan sehingga musuh dapat dikalahkan tanpa berperang. Namun, Panglima Perang/Sang Hulu Jurit, sesungguhnya menghendaki kemenangan dengan cara berperang.

20. Tapaksawetrik
Cara-cara berperang di air. Bagaimana cara mengelabui musuh agar tidak mengetahui pergerakan prajurit, serta cara-cara menggunakan senjata di air, seperti di sungai. Prajurit harus terlatih untuk mendekati musuh melalui jalan air. 
Persenjataan yang digunakan dalam perang pada zaman itu pada umumnya sudah berupa senjata dari logam, apakah itu tombak ataupun pedang. Peninggalan senjata yang ditemukan di beberapa tempat di Jawa Barat, masih dapat dilihat di Museum Nasional di Jakarta (Lihat Dr. N.J. Krom, Laporan Kepurbakalaan Jawa Barat 1914). Sementara itu, kendaraan yang digunakan saat bertempur pada umumnya adalah kuda.

Tulisan ini merupakan upaya pendahuluan untuk mengetahui deskripsi dari setiap istilah strategi perang yang terdapat dalam Sanghyang Siksakanda Ng Karesian.

Comments

Popular posts from this blog

NGARAN PAPARABOTAN JEUNG PAKAKAS

Masrahkeun Calon Panganten Pameget ( Conto Pidato )

Sisindiran, Paparikan, Rarakitan Jeung Wawangsalan katut contona