Posts

Showing posts from December, 2013

INGGIT GARNASIHI

Image
Oleh : Natasha Bellania Pertiwi(@achabp) Jika ditanya siapa perempuan indonesia inspiratif bagi saya, salah satunya adalah Ibu Inggit Garnasih. sangat mengagumkan bagi saya, dalam banyak hal. Tak hanya inspiratif, sosoknya yang sederhana, penyayang, keibuan dan memiliki pendirian menjadikannya simbol wanita mandiri. Garnasih lahir di Desa Kamasan, Banjaran, Kab.Bandung, 17 Februari 1888,dari pasangan Ardjipan dan Amsi. Nama itu diberikan dengan penuh makna dan harapan, kelak menjadi anak yang hegar, segar, menghidupkan, dan penuh kasih sayang. Menginjak dewasa Garnasih menjadi gadis cantik sehingga ke mana pun ia pergi selalu menjadi perhatian pemuda. Di antara mereka sering melontarkan kata-kata, “Mendapat senyuman dari Garnasih sama dengan mendapat uang seringgit.” (Pada saat itu 1 ringgit sama dengan 2,5 gulden dan nilainya tinggi.) Akhirnya, julukan inilah yang merangkai namanya menjadi Inggit Garnasih. Ya, Inggit adalah istri kedua Soekarno. Bisa dikatakan beliau adalah sosok

HARI LAHIR DAN WATAK (dok.Salakanagara)

Image
Richadiana Kartakusuma (Admin Salakanagara) HARI LAHIR sangat mempengaruhi watak dan kepribadian kendati tak luput watak dan kepribadian juga dipengaruhi keluarga dan lingkunga sekitarnya (pendidikan, pekerjaan dll) SENIN (SOMA-WARA): Wedal Senin dilambangkan bunga. Sifat dasar dari bunga adalah keindahan jadi tak ada salahnya jika yang lahir di hari senin bisa diberi julukan si Rupawan. Orang-orang ini cenderung narsis dan posesif selalu ceria atau periang selalu membuat kesan humoris pada orang-orang di sekitarnya mempunyai daya pikat yang luar biasa, karena memiliki aura kuat seperti lambangnya = bunga. selalu menjadi pusat perhatian dan orang-orang akan segera menyukaiinya. cocok berkarier di dunia seni hiburan, host adalah profesi yang baik manusia Senin SALASA (ANGGARA-WARA): Wedal selasa dilambangkan api. Sifat dasar api adalah kuat dan hidup. kharismatik. Disegani karena berjiwa pemimpin. mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bukannya hanya dalam penamp

KOTA BANJAR : BANJAR KARANG PAMIDANGAN (Dok.Salakanagara)

Oleh : H.R. Hidayat Suryalaga Secara administratif kewilayahan dan pemerintahan Kota Banjar belum terbilang lama, baru seumur jagung, tetapi dalam peta sejarah kebudayaan Tatar Sunda, kota Banjar telah terbilang lama dikenal dan dikenang orang. Penulis sendiri dilahirkan ke Buana Panca Tengah, ini di sebuah kota kecil – Banjarsari – yang tidak begitu jauh dari kota Banjar ini. Pada awal tahuh 50-an , suatu waktu di satu rumah di daerah Cimenyan dekat “pudunan viaduct”, saya mendengar seorang sesepuh berbincang dengan ayahanda, tentang “Sarsilah Banjar dan Sungai Citanduy” serta beberapa tempat yang dialirinya. Alur cerita dan beberapa pemaknaannya masih ada yang saya ingat. Pada kesempatan sekarang izinkanlah saya memaparkan sedikit tentang yang dibincangkan sesepuh tadi. Dengan harapan pada akhirnya dari esensi yang terkandung dalam cerita ini berkemungkinan untuk dijadikan acuan dan dikaitkan dengan kegiatan kita pada saat ini yaitu “menata ruang dan lingkungan h

SISKANDANG KARESIAN DAN KUNDANGEUN URANG REYA(dok.Salakanagara)

Dari jaman Siliwangi, kita diwarisi sebuah naskah kuno yang disebut SISKANDANG KARESIAN DAN KUNDANGEUN URANG REYA (untuk pegangan hidup orang banyak). Naskah ini tersiri atas 30 lembar dan pada akhir naskah dicantumkan tahun penulisannya, yaitu NORA CATUR SAGARA WULAN (tahun 1440 (Saka) atau 1518 M. Naskah ini disimpan di Museum Pusat dengan nomor kode KROPAK 630. Sebagian isi dari naskah itu, ada baiknya juga kita ketahui sebagai berikut: 1. Dasakerta (kesejahteraan yang sepuluh) 2. Tapa di Nagara 3. Panca parisuda 4. Hidup yang penuh berkah 5. Parigeuing dan dasa pasanta 6. Tritangtu di bumi (tiga posisi di dunia)

Kehidupan Keagamaan Masyarakat Sunda Kuno (Dok.Salakanagara)

Penemuan-penemuan sejumlah bangunan era Megalitikum mengindikasikan bahwa rakyat Sunda kuno cukup religius. Sebelum pengaruh Hindu dan Buddha tiba di Pulau Jawa, masyarakat Sunda telah mengenal sejumlah kepercayaan, seperti terhadap leluhur, benda-benda angkasa dan alam seperti matahari, bulan, pepohonan, sungai, dan lain-lain. Pengenalan terhadap teknik bercocok tanam (ladang) dan beternak, membuat masyarakat percaya terhadap kekuatan alam. Untuk mengungkapkan rasa bersyukur atas karunia yang diberikan oleh alam, mereka lalu melakukan upacara ritual yang dipersembahkan bagi alam. Karena itu, mereka percaya bahwa alam beserta isinya memiliki kekuatan yang tak bisa dijangkau oleh akal dan pikiran mereka. Dalam melaksanakan ritual atau upacara keagamaan, masyarakat prasejarah itu berkumpul di komplek batu-batu besar (megalit) seperti punden-berundak (bangunan bertingkat-tingkat untuk pemujaan), menhir (tugu batu sebagai tempat pemujaan), sarkofagus (bangunan berbentuk

Sejarah Ujung Gebang - Cirebon (Dok Salakanagara )

Image
Oleh :Yudhi S Suradimadja Ujunggebang adalah desa di Kecamatan Susukan, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Desa ini terletak di perbatasan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani terutama petani padi karena topografinya yang mendukung pertanian sawah. Dengan luas lahan pertanian sekitar 555 hektare, saat ini Ujunggebang menjadi salah satu daerah penghasil padi utama. Desa Ujunggebang terletak di koordinat 6°36′25″LS,108°21′20″BT, berada pada 1 km dari jalur utama Pantura antara Cirebon - Jakarta via Palimanan, 30 Km dari Kota Cirebon. Desa Ujunggebang berbatasan langsung dengan desa Luwungkencana di sebelah barat, desa Susukan di sebelah selatan, desa Bunder di sebelah timur, dan Kabupaten Indramayu di sebelah utara. Di samping wilayah induk, Ujunggebang memiliki dua wilayah dusun/pecantilan yang terpisah dari wilayah induk, yaitu Dusun Gebangsari bagian utara dan Dusun Pule bagian selatan.

BANDUNG KOTA PANINEUNGAN (Dok.Salakanagara)

Image
Kintunan : Aam Muharam Harita, taun 1970-an, kaayaan Bandung tacan sarumpek teuing kawas ayeuna. Bemo anu ngagantikeun cator, masih keneh pasuliwer di Alun-alun, mawa penumpang anu ka jurusan Buahbatu. Oge oplet jurusan Cimahi, masih keneh ngaliwatan jalan Cibadak, laju ngulon ti mimiti jalan Kelenteng, brasna ka Cimahi, malahan ka nepi ka Padalarang. Beca masih keneh pasuliwer di jalan-jalan protokol di tengah-tengah kota, sedengkeun angkutan kota anu kawilang popiler harita, nyaeta ‘honda’ anu trayekna nyaeta Kebon Kalapa Dago sarta ka Ledeng, najan ari nu ka Ledeng mah sabenerna lain mobil merek Honda, tapi Colt Mitsubishi anu leuwih gede sarta bisa mawa muatan leuwih loba. Kitu deui kaayaan pasar-pasar, masih keneh loba pasar tradisional anu jadi pangjugjugan kaom ibu anu rek baralanja. Wangunan pasar anu ngabogaan ciri mandiri nyaeta Pasar Andir – samemehna oge Pasar Baru sarta Pasar Kosambi sarua ngabogaan ciri mandiri – anu nepi ka kiwari masih nyampak, sede

TRI TANGTU PANYCA PASAGI INGSUNG SUNDA

Kiriman : Kang Kamal TRI TANGTU PANYCA PASAGI PURBATISTI PURBAJATI I SUNDA SEMBAWA SUNDA MANDALA Tri Tangtu (Rama Resi Ratu) merupakan tiga kekuataan Purbatisti Purbajati i Bhumi Pertiwi yang menghasilkan Uga (perilaku) Ungkara (nasehat) Tangara (tanda alam), sebagai sistem polaperilaku dalam berbangsa dan bernegara yang telah dipergunakan oleh para Pangagung mwah Pangluhung i Sunda Sembawa Sunda Mandala. Panyca Pasagi (Sir Budi Cipta Rasa Adeg) adalah lima kekuatan dalam diri manusia (Raga Sukma Lelembutan) yang merupakan dasar kekuatan untuk menimbulkan serta menentukan Tekad Ucap Lampah Paripolah Diri manusia yang akan dan harus berinteraksi dengan Sang Pencipta, Bangsa dan Negara, Ibu Bapak Leluhur, Sesama makluk hidup, dan alam kehidupan jagar raya (Buana Pancer Sabuder Awun). Tri Tangtu sebagai karaktek tugas (mandala pancen) diterapkan guna kepentingan interaksi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kekuatan yang telah diberikan kepada setiap manusia da

PRABU SILIWANGI BERDASARKAN PARADIGMA REALISME METAFISIK

Oleh:Muhamad Fajar Laksana Cerita yang telah melegenda tentang Raja Pajajaran yaitu Prabu Siliwangi menjadi sebuah wacana milik bersama seluruh rakyat Indonesia bahkan menjadi kajian yang tidak pernah selesai, akibat terbatasnya dunia akademisi dan ilmiah membongkar eksistensi dan historikal dari Prabu Siliwangi. Hal ini menjadi permasalahan Metafisik yang tidak ada akhirnya dalam pembahasan di dunia akademisi, seperti yang dikemukakan oleh Kant. Menurut Kant dalam bukunya Critique of Pure Reason, akal budi manusia di dalam suatu lingkungan kognisinya mempunyai hakikat sedemikian rupa, sehingga manusia tidak tahan untuk tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai dunia yang sesuai dengan hakikat akal budi-nya, yang tak akan pernah mereka ketahui jawaban-jawabannya. Akal budi manusia memulai sesuatu dengan prinsip-prinsip yang tidak dapat disalurkan lewat pengalaman, dimana pada waktu yang sama pengalaman dapat memastikan kebenaran. Dengan prinsip-prinsip terseb