Posts

Showing posts from July, 2012

Subhanallah! Panonpoé bakal mucunghul ti kulon!

Image
Kabenaran ajaran Islam terus-terusan dibuktikeu ku panggih demi pamanggih élmu pangaweruh. Sarébu opat ratus taun (1.400) anu kaliwat Rasulullah SAW geus ngébréhkeun dina haditsna yén engké panonpoé bakal muncungul (terbit) ti Kulon minangka hiji bukti kaagungan Allah SWT jeung cicirén kiamat geus beuki deukeut: “ Moal aya kiamat sahingga panon poé mucunghula tina tempat surupna, lamun manéhna geus mucunghul ti kulon tur sakumna manusa ninggal kajadian ieu tangtu kabéh bakala riman, jeung éta téh mangsana anu euweuh gunana keur kaimanan manusa anu henteu kungsi iman saméména. ” (Riwayat Bukhari jeung Muslim ti Abu Hurairah. Jeung riwayat Ahmad, Abu Dawud jeung Ibn Majah).

Akulturasi Islam dan Sunda Secara historik

Menurut Ayatrohaedi (1986), masuknya Islam ke tanah Sunda diperkirakan pada masa Prabu Siliwangi dibawa oleh putra beliau, yaitu Prabu Ki Hyang Sancang / kian santang yang sengaja mencari Islam (dari sejarah inilah muncul istilah “ki sunda nu neangan islam, lain islam nu neangan” orang sunda yang mencari islam, bukan islam yang mencari orang sunda), sebelum Sunan Gunung Djati menguasai Banten (1525) dan Sunda Kelapa (1527), boleh dikatakan masyarakat Sunda secara kultural bercirikan keislaman. Menurut Saini KM (1995), bisa diterimanya Islam dengan baik di tatar Sunda karena secara kultural di antara keduanya (Islam dan Sunda) mempunyai persamaan paradigma yang bercirikan platonik. Maka, tak mengherankan jika Sunda sebagai kebudaayaan, bisa “bermanunggal ria” dengan Islam sebagai satu agama, yang diyakini oleh para penganutnya memiliki kebenaran-kebenaran universal. Bahasa antropologi budayanya adalah akulturasi. Akulturasi Islam dengan Sunda bisa dilihat dari seni yang

Nilai-nilai Pokok Universal Sunda

Oleh AHMAD SAHIDIN DALAM sebuah milis yang khusus mengkaji sejarah dan peradaban Islam; muncul sebuah pertanyaan: apakah selama ini sudah terjadi akulturasi antara Islam dan Sunda atau baru kompromi? Pertanyaan tersebut dilemparkan oleh Iip D. Yahya, seorang penulis biografi kiai-kiai dan periset sejarah. Namun sayang tidak ada merespon sehingga saya coba mendiskusikan dengan seorang kawan yang memiliki kepedulian tentang kesundaan. Kawan saya berpendapat bahwa Islam dan Sunda (khususnya dalam budaya) telah terjadi akulturasi. Bukan kompromi yang dapat diartikan sebagai dua entitas yang berhadapan tanpa ada kesepakatan untuk bersatu atau damai. Namun fenomena Islam masuk ke ranah budaya Sunda tidak seperti Kejawen, yang dapat dikatakan sebagai Islam yang ditafsirkan dalam budaya Jawa. Akan tetapi, untuk Sunda antara budaya Sunda dan Islam bisa berdampingan dan saling mengkuatkan. Misalnya dalam acara adat pernikahan dan seni rudat dalam sunatan/

Relasi antara Budaya Islam dan Budaya Sunda

Oleh ENUNG SUDRAJAT Meuncit meri dina rakit Boboko wadah bakatul Lain nyeri ku panyakit Kabogoh direbut batur SEBAGAI bagian dari kreativitas orang Sunda, paparikan di atas termasuk jeprut, kalau dilihat secara bahasa. Tapi dalam pandangan axiologis paparikan tersebut terasa fenomena ekologis terlihat pada hubungan kata meri, rakit dan boboko, makna ekologis yang berdimensi antropologis bisa ditelurusi jika meri dinisbahkan kepada hewan Ovivar yang hidup di daerah basah (Lendo). Rakit dan boboko mempunyai bahan yang sama yaitu bambu (biasanya hidup pada ketinggian 100-500 dpl, daerah ini biasanya berada di antara gunung (bukit) dan penampung air (susukan). Bakatul sebagai bagian dari penggilingan padi setelah dipilih (diayak) dinisbahkan bahwa dalam proses tersebut terdapat proses yang sinergis antara unsur tektur tanah, air, perilaku manusianya. Kebudayaan jika ditafsirkan sebagai hasil kreativitas manusia (perilaku manusia) ketika berinteraksi dengan lingkungan,

Religius Islam dalam Sastra Sunda

Djasepudin * Pikiran Rakyat, 02 Juli 2005 MANTAN Rektor IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Rachmat Djatnika berbicara bahwa, sebelum agama Islam datang ke tatar Sunda, orang Sunda telah memiliki budaya, yang menjadi adat-istiadatnya. Gambaran ajaran dan budaya Sunda itu dapat dilihat dari pepatah-petitih, nasihat-nasihat, yang biasa didendangkan oleh anak-anak atau para remaja, yang merupakan hasil gubahan para bujangga Sunda. Setelah Islam masuk ke tatar Sunda, baik dari arah barat maupun timur laut, Islam dianut oleh sebagian besar orang Sunda. Agama Islam tidak sulit dianut oleh orang Sunda, sebab ajaran Alquran dalam hakikatnya banyak memiliki kemiripan dengan adat yang sudah ada, meskipun materinya berbeda. Wacana Islam adalah Sunda atau Sunda adalah Islam telah lama kita dengar dari berbagai kalangan. Pelbagai sudut pandang tentang wacana ini telah dikemukakan oleh para cendikiawan maupun budayawan. Sebagai gambaran, Teddy A.N. Muhtadin dan Deni Ahmad Fajar deng

Perjumpaan Islam dengan budaya Sunda

BELAKANGAN ini agak sering muncul tulisan maupun pandangan mengenai perjumpaan Islam dengan budaya Sunda. Penulis merasa terusik untuk mengkaji ulang klaim-klaim sebagian masyarakat yang mengatakan Islam identik dengan Sunda dan Sunda identik dengan Islam. Ada masyarakat yang mengungkapkan bahwa di masyarakat Sunda terdapat juga penganut agama Sunda Wiwitan, komunitas pengikut Madrais dan komunitas pengikut Mei Kartawinata yang masih mempertahankan ajaran leluhurnya. Menurut pengetahuan penulis, penghayat atau kelompok masyarakat yang masih menghormati dan melaksanakan ajaran leluhur Sunda tidak hanya terdapat di Kanekes Baduy, Ciptagelar Sukabumi, Cigugur Kuningan, dan Ciparay Bandung. Banyak sekali masyarakat yang memegang teguh ajaran leluhurnya, tapi karena pertimbangan tertentu belum berani mengungkapkan keyakinannya. Penulis merasa perlu memberikan ulasan sehubungan dengan ada kajian yang tidak lengkap yang mengundang penafsiran negatif dan pandangan yang kelir

Islam itu Sunda, Sunda itu Islam

Image
Syarif Hidayatullah  (Foto: kilasbaliknusantara.blogspot.com) “Islam teh Sunda, Sunda teh Islam” seperti itulah kira-kira pendapat yang dilontarkan oleh almarhum H. Edang Saifudin Anshari, MA. Ya, Agama Islam di tatar Sunda telah mendarah daging dalam sendi-sendi kehidupan orang Sunda. Islam menjadi gincu bagi kebudayaan yang tumbuh di tengah masyarakat Sunda. Rasa-rasanya ada yang hilang dari jati diri orang sunda bila tidak menganut Islam. “Dulu waktu masih tinggal di desa ada tetangga saya yang tiap Minggu pergi ke Gereja, lihatnya itu agak gimana gitu,”cerita Wawan Setiawan. Laki-laki yang lebih dikenal dengan panggilan Hawe Setiawan ini adalah seorang penulis, kritikus, dan pemerhati budaya. Proses asimilasi dan akulturasi Islam dengan budaya Sunda telah berlangsung sejak lama, tepatnya pada abad ke-15 dan 16. Pada waktu itu Islam pertama kali diperkenalkan di tatar Sunda ini oleh Syarif Hidayatullah (1470 M). Naskah kuno yang dalam bahasa Sunda tentan

Papatah Kolot Baheula

Paribasa / papatah kolot ka anak-anakna nu sering di dugikeun, sababaraha diantarana tiasa di tinggal dihandap ieu nu parantos di cutat tina sababaraha sumber, sumangga nyanggakeun : 1.            Ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe kedah micarek (Trust – ngak boleh korupsi, maling, nilep, dlsb… kalo mo ngambil sesuatu harus seijin yg punya). 2.            Sacangreud pageuh sagolek pangkek (Commitment, menepati janji & consitent). 3.            Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina (integrity harus mengikuti etika yang ada) 4.            Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang (communication skill, berbicara harus tepat, jelas, bermakna.. tidak asbun). 5.            Kudu hade gogod hade tagog (Appearance harus dijaga agar punya performance yg okeh dan harus consitent dengan perilakunya –> John Robert Power melakukan training ini mereka punya Personality Training, dlsb). 6.            Kudu silih asih, silih asah

Pandangan Hidup Orang Sunda: Islam-Sunda Atau Sunda-Islam?

Image
Sunan Gunung Djati -Penelitian orientasi nilai budaya manusia dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial serta penelitian tentang sampai dimanakah nilai budaya itu bisa menghambat atau mendorong pembangunan nasional, dapat dilakukan dengan menggunakan konsep dasar tertentu. Konsep dasar yang dipakai adalah konsep sistem nilai budaya (cultural values), seperti yang diajukan oleh ahli sosiologi dan antropologi yang terkenal, Talcott Parsons, G. Kluckhohn, dan R. Merton. Dalam hubungan itu, sistem nilai budaya merupakan suatu rangkaian dari konsep luas dan abstrak yang hidup dalam alam pikiran dari sebagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang harus dianggap penting dan berharga dalam hidup. Dengan demikian, sistem nilai budaya itu juga berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi bagi segala tindakan manusia dalam hidup (Koentjaraningrat, 1977: 246). Untuk menentukan unsur yang biasanya menjadi suatu sistem nilai budaya dalam suatu masyarakat,

“Nguyang”, Penafsiran Lokalitas Sunda Atas Islam

Oleh AHMAD GIBSON AL-BUSTOMI Baheula ku basa Sunda ahirna ku basa Arab, jadi kaula nyundakeun Arab nguyang ka Arab, ngarabkeun Sunda tina Basa Arab (Hasan Mustapa, Qur’anul Adhimi). PERTEMUAN Sunda-Islam dalam perspektif kultural tidak bisa dipandang sebagai pertemuan yang sederhana karena Islam hadir sebagai agama, bukan sekadar representasi kekuatan politk atau budaya belaka. Agama senantiasa (diyakini) hadir dalam wujudnya yang lengkap, sufficiently . Kehadiran Islam sebagai tata nilai yang dianggap telah lengkap tersebut berhadapan dengan tata nilai dan kearifan lokal Sunda yang juga dianggap telah lengkap ( sufficiently well ) oleh masyarakat Sunda, telah teruji oleh sejarah bangsanya. Pertemuan dua tatanan nilai (Sunda dan Islam) tersebut dalam proses budaya tidak berakhir dengan kebekuan karena sebagai tata nilai yang adi luhung tentunya memiliki kearifan dan keterbukaan untuk melakukan “negosiasi”. Sikap keras kepala dan tertutup dari suatu tata nilai terte

PANDAWA

Image
Pandawa adalah sebuah kata dari bahasa Sanskerta (Dewanagari: पाण्डव; Pāṇḍava), yang secara harfiah berarti anak Pandu (Dewanagari: पाण्डु; IAST: Pāṇḍu), yaitu salah satu Raja Hastinapura dalam wiracarita Mahabharata. Dengan demikian, maka Pandawa merupakan putra mahkota kerajaan tersebut. Dalam wiracarita Mahabharata, para Pandawa adalah protagonis sedangkan antagonis adalah para Korawa, yaitu putera Dretarastra, saudara ayah mereka (Pandu). Menurut susastra Hindu (Mahabharata), setiap anggota Pandawa merupakan penjelmaan (penitisan) dari Dewa tertentu, dan setiap anggota Pandawa memiliki nama lain tertentu. Misalkan nama "Werkodara" arti harfiahnya adalah "perut serigala". Kelima Pandawa menikah dengan Dropadi yang diperebutkan dalam sebuah sayembara di Kerajaan Panchala, dan memiliki (masing-masing) seorang putera darinya. Para Pandawa merupakan tokoh penting dalam bagian penting dalam wiracarita Mahabharata, yaitu pertempuran besar di darat

Tri Tangtu

S ejarah kebudayaan masyarakat Sunda di masa lalu menun jukan kepada sifatnya yang mistis-spiritual, dikatagorikan kedalam masyarakat religius. Masyarakat religius sangat berbeda dengan masyarakat modern-sekuler yang memberikan jarak distansi an tara dia dan diluar dirinya, antara subyek dengan obyek, sehingga wajar jika manusia modern-sekuler lebih mementingkan dirinya di bandingkan orang lain yang berposisi diluar dirinya. Didalam pa radigma yang religius, manusia harus partisipatif aktif terhadap lingkungan dan alam semesta. Mereka menyadari bahwa manusia hanya bagian kecil dari alam semesta, memerlukan manusia lain nya ; sangat tergantung terhadap alam, yang tak dapat dikuasai, sehingga manusia religius akan selalu menjaga harmoni hidupnya dengan alam dan lingkungan. Kebudayaan religius atau mistis-spiritial membagi sumber pe ngetahuan kedalam tiga tahap (Sumardjo : 2006, hal.22). Pertama, subyek manusia berhadapan dan berjarak dengan obyek pe ngetahuan, atau ant

Seni Pantun

Pantun Sunda saat ini sudah hampir musnah tergeser oleh kesenian pop, namun pengaruh kesenian pop itu sendiri sangat sulit mempengaruhi cerita-cerita Pantun, kecuali perubahan instru-men, seperti masuknya tarawangsa atau rebab, berubahnya alat musik kecapi, yang semula bedawai tujuh (kacapi Baduy) namun sejalan de ngan tumbuhnya seni Cianjuran, kacapi tersebut diganti dengan kacapi gelung, dan akhirnya menggunakan kacapi siter. L aras yang digunakan untuk mengiringi kacapi tersebut adalah pe log, selanjutnya banyak menggunakan laras salendro. D i masa lalu pantun diapresiasi bukan hanya sekedar seni, melain   makna dari kisah yang dituturkan tukang mantun (petutur pantun). Pantun Sunda sama halnya de ngan teater tutur di wilayah Indonesia lainnya, seperti kentrung di Jawa Timur, jemb ung di Banyumas, warahan di Lampung, ding - dong di Ga yo, sinrili  di Sulawesi Selatan, bakaba di Minangkabau. Pertunjukan pantun dilakukan pada malam hari . Oleh Jakob Sumard

Falsafah Sunda

Dalam perbincangan ringan yang berisi tentang “Kasundaan” banyak disitir tentang falsafah sunda, namun tak pula dapat dipungkiri jika pandangannya berupa aktualisasi dari nilai-nilai yang pada saat itu dianggap benar, bahkan menganggap masalah kasundaan sebagai sesuatu yang tak perlu diperbicangkan lagi, bahkan prehistoris. Saya kadang bertanya tentang sumber dari falsafah “Sunda” itu sendiri, apakah dari nilai dan aktualisasi keyakinan para petuturnya atau memang ada rujukan yang bisa dijadikan indikator. Masalah rujukan tentu menjadi lingkaran setan. Terutama ketika disadari bahwa pengaruh jaman dan perubahannya niscaya menjadi factor lain keberadaannya. Saya agak terhenjak ketika membaca Web-nya Pak Ayip Rosidi (baca : http://ajip-rosidi.com) tentang sumber dan indikator dari falsafah sunda. Memang beliau sangat sistimatik. Sama dengan cara para ilmuwan menguraikan tentang suatu ilmu, yakni logis dan rational. Dalam prakteknya sumber-sumber dan acuan nilai t

Kosmologi Sunda

Definisi KOSMOLOGI menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Cet. Kese puluh yang diterbitkan Balai Pustaka, berarti : (1) cabang astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan hubung an ruang dan waktu dari alam semesta (2) cabang dari meta fisiki yang menyelidiki alam semesta sebagai sistim yang be raturan, sedangkan Kosmografi, berarti: (1) pengetahuan ten tang seluruh susunan alam (2) penggambaran secara umum tentang jagat raya termasuk bumi. Tulisan ini mengeksplorasi naskah-naskah Sunda buhun ten tang Jenis dan tingkatan alam di jagat raya menurut keper cayaan di masa lalu dan diberi judul Kosmologi, namun da lam tulisan disinggung Kosmografi, karena agak sulit memi sahkan keduanya ketika membahas salah satunya, mengingat sumbernya yang terpisah-pisah dan sulitnya mencari sumber keterangan yang utuh tentang kosmologi Sunda, kecuali dari naskah-naskah Sunda Kuna.

Arti PARAHYANGAN

Priangan atau Parahyangan sering diartikan sebagai tempat para rahyang atau hyang Masyarakat Sunda kuna percaya bahwa roh leluhur atau para dewa menghuni tempat-tempat yang luhur dan hytinggi, maka wilayah pegunungan dianggap sebagai tempat hyang bersemayam. Berasal dari gabungan kata para-hyang-an ; para menunjukkan bentuk jamak, sedangkan akhiran -an menunjukkan tempat [ rujukan? ] , jadi Parahyangan berarti tempat para hyang bersemayam. Sejak zaman Kerajaan Sunda , wilayah jajaran pengunungan di tengah Jawa Barat dianggap sebagai kawasan suci tempat hyang bersemayam. Menurut legenda Sunda, tanah Priangan tercipta ketika para dewa tersenyum dan mencurahkan semua berkah dan restunya. Kisah ini bermaksud untuk menunjukkan keindahan dan kemolekan alam Tatar Sunda yang subur dan makmur.

Mari Membaca (dibalik) Jangjawokan!

Oleh Abdullah Alawi 1 “Utun, Inji, mangka ati-ati! Ceuli ulah sok sadenge-dengena ari lain dengeeunana, Panon ulah sok satenjo-tenjona, ari lain tenjoeunana, Sungut ulah saomomg-omongna, ari lain omongkeunana, Suku ulah satincak-tincakna, ari lain tingcakeunana, Leungeun ulah sacokot-cokotna lamun lain cokoteunana. Irung ulah sok saambeu-ambeuna ari lain ambeueuna” Kalimat-kalimat ini dilapalkan Mak Kokom, seorang peraji di kampung saya, saat bayi dari seorang ibu lahir. Kemudian dia melapal kalimat-kalimat lain untuk mengusir makhluk halus pengganggu bayi. Setelah ayah si bayi iqamah di telinga kiri, azan di telinga kanan, Mak Kokom melanjutkan mengurusi bayi. Maksud dari kalimat-kalimat Mak Kokom di atas adalah; “Utun, Inji, berhati-hatilah! Telinga jangan mendengar sesuatu yang tidak boleh didengar. Mata jangan melihat sesuatu yang tidak boleh dilihat. Mulut jangan berbicara sesuatu yang tidak boleh dibicarakan. Kaki jangan menginjak sesuatu yang tidak boleh

Jangjawokan ( apa sih ? )

Orang Sunda Tradisional penganut ageman Sunda Wiwitan, atau Jati Sunda mengenali istilah jangjawokan yang biasa digunakan ketika menyepah (nyeupah), diucapkan dengan lirih seakan berbisik atau ada juga yang mengucapkan dalam hati. Jangjawokan digunakan pula pada setiap laku lampah, bahkan menjadi tertib hidup dalam melakukan kegiatan seha ri-hari, seperti pada saat bergaul, bekerja, dan berdoa. Laku demikian sangat lumrah bagi urang Sunda Tradisional yang tergolong kedalam masyarakat agraris, sedangkan ciri dari masyarakat agraris selalu menjaga harmonisasi dengan alam dan lingkungannya. Konon pula seluruh nu kumelendang di alam dunya dianggap memiliki jiwa, maka jika mipit kudu amit, ngala kudu bebeja (memetik dan mengambil harus me minta ijin). Para Sastrawan Sunda seperti Wahyu Wibisana, Rus Rusyana dan Ajip Rosidi menggolongkan Jangjawokan kedalam kelom pok bentuk PUISI SUNDA. Yus Rusyana menuangkannya keda lam buku Bagbagan Puisi Mantra Sunda (1970). Tentu

Jangjawokan ( Mantra orang sunda )

JANG JAWOKAN adalah suatu bacaan mantra,jampi, asihan, singlar, jangjawokan, rajah, ajian, dan pelet yg ada dalam budaya masyarakat sunda. pertama kita ulas dulu kata MANTRA perkataan atau ucapan yang mendatangkan daya gaib (misal dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dan sebagainya);susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.MANTRA dibagi menjadi 7 bagian yaitu jampe jampi, asihan pekasih, singlar pengusi, jangjawokan jampi, rajah ‘kata-kata pembuka jampi, ajian ,ajian/jampi ajian kekuatan’, dan pelet ‘guna-guna. ketujuh bagian tersebut dapat dikelompokkan ke dalam mantra putih ‘white magic dan mantra hitam black magic.adapun pembagian tersebut berdasakan maksud dan tujuan mantra itu sendiri, mantra putih digunakan untuk kebaikan sedangkan mantra hitam digunakan untuk kejahatan. - Mantra adalah kata2 yang penuh arti dan rahasia sifatnya, ser

Jangjawokan (rajah sunda)

Dalam keseharian orang sunda tentu banyak didengan kata rajah, atau jampe dan jangjawokan, beberapa diantaranya adalah :   Bisi budak hareeng bismilahirohmanirohim tiis batan cau kole di ala ku odeng odeng ceup tiis 3x Nyarang Hujan bismilahirohmanirohim nini raspati jaya ning angin embah buyut dalem jaya kusumah,,,, :: bari nahan nafas baca 7 x

Mantra di Masyarakat Sunda (jampe, asihan, sisinglar, jangjawokan, rajah, ajian, dan pelet)

Image
Mantra sebagaimana dikemukakan Poerwadarminta (1988: 558) adalah: 1) perkataan atau ucapan yang mendatangkan daya gaib (misal dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dan sebagainya); 2) susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. Sejalan dengan pembagian jenis mantra, Rusyana (1970) membagi mantra berdasarkan tujuannya menjadi 7 bagian, yaitu jampe ‘jampi’, asihan ‘pekasih’, singlar ‘pengusir’, jangjawokan ‘jampi’, rajah ‘kata-kata pembuka ‘jampi’, ajian  ‘ajian/jampi ajian kekuatan’, dan pelet ‘guna-guna’. Diketahui bahwa ketujuh bagian tersebut dapat dikelompokkan ke dalam mantra putih ‘white magic’ dan mantra hitam ‘black magic’. Pembagian tersebut berdasarkan kepada tujuan mantra itu sendiri, yakni mantra putih digunakan untuk kebaikan sedangkan mantra hitam digunakan untuk kejahatan. Adanya pembagian antara mantra putih (white magi

Paribasa Kolot Baheula

Paribasa atau pepatah yang sudah diinformasikan secara lisan turun temurun dari para leluhur (karuhun) untuk bekal menjalani kehidupan. Hubungan Dengan Sesama Mahluk  Ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe kedah micarek (Trust - ngak boleh korupsi, maling, nilep, dlsb... kalo mo ngambil sesuatu harus seijin yg punya). Sacangreud pageuh sagolek pangkek (Commitment, menepati janji & consitent). Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina (integrity harus mengikuti etika yang ada) Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang (communication skill, berbicara harus tepat, jelas, bermakna.. tidak asbun). Kudu hade gogod hade tagog (Appearance harus dijaga agar punya performance yg okeh dan harus consitent dengan perilakunya --> John Robert Power melakukan training ini mereka punya Personality Training, dlsb). Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh (harus saling mencintai, memberi nasihat dan mengayomi). Pondok jodo panja

SILIH ASIH, SILIH ASAH, SILIH ASUH JADI CIRI MANUSA UTAMA

Babasan disebut oge kacapangan atawa motto nu kacida dipiwa­nohna ku masarakat Tatar Sunda, nya eta SILIH ASIH - SILIH ASAH - SILIH ASUH; sok disingget istilahna jadi SILAS Malah ku Universitas Pasundan mah, kungsi dijadikeun bahan seminar Internasional babarengan jeung Universitas Cartein ti Perth, Australia Kulon, dina taun 1995. Tepi ka waktu ieu, can loba nu ngabahas kalawan jembar naon bae nu kaasup SILAS atawa Silih Asih, Asah jeung Asuh teh. Upama dianggap yen SILAS teh mangrupa hiji sistim, geus tinangtu urang kudu neangan unsur naon bae nu kaasup SILAS teh. Moal henteu eta unsur-unsur teh kudu jadi pituduh anu positif pikeun tingkahlaku atawa rengkak polah manusa enggoning hirup kumbuh di lingkungan masarakatna. Kapan mungguhing manusa teh kaasup homo socius , tegesna mahluk anu hirupna kukumbuhan. Tambah eces deui yen SILAS teh alat pikeun campur gaul, nyaeta ku ayana kecap SILIH. Ieu kecap teh tuduh kana ayana p

Sejarah Sunda

ROGER L. DIXON Pada tahun 1998, suku Sunda berjumlah lebih kurang 33 juta jiwa, kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat. Diperkirakan 1 juta jiwa hidup di propinsi lain. Berdasarkan sensus tahun 1990 didapati bahwa Jawa Barat memiliki populasi terbesar dari seluruh propinsi yang ada di Indonesia yaitu 35,3 juta orang. Demikian pula penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup berarti yang dapat dijangkau dengan berbagai media. Kendatipun demikian, suku Sunda adalah salah satu kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia. Nama mereka sering dianggap sebagai orang Sudan di Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedi. Beberapa koreksi ejaan dalam komputer juga mengubahnya menjadi Sudanese. Sejarah singkat pra-abad 20 ini dimaksudkan untuk memperkenalkan orang Sunda di Jawa Barat kepada kita yang melayani di Indonesia. Pada abad ini, sejarah mereka telah terjalin melalui bangkitnya nasionalisme yang akhirnya menjadi Indonesia modern.

Mengapa Orang Sunda Tidak Ada Yang Jadi Presiden?

Image
Konon menurut ramalan dari Joyoboyo (raja Kediri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157), bakal pemimpin negeri ini adalah memiliki initial nama “notonegoro” atau “no-to-no-go-ro”, bila diartikan secara sederhana menunjukan bahwa yang bakal menjadi presiden itu “harus” orang Jawa. Hal ini nampaknya tidak berlebihan bila ternyata yang jadi presiden sebagai pemenang pemilu adalah: “soekarno”, “soeharto” dan “yudoyono”, adapun habibie, gusdur dan megawati, adalah presiden yang dipilih akibat dari peralihan saja. Namun demikian hampir dari semuanya mereka adalah berasal dari orang Jawa, hal ini tentunya tidak berlebihan karena menurut data statistik pun jumlah penduduk Indonesia itu hampir separuhnya lebih adalah suku Jawa, sehingga peluang / probabilitasnya sangat besar dibandingkan yg lainnya, apalagi sekarang dipilih secara langsung oleh rakyat. Di balik itu semua, bila melihat kembali ke Sejarah Bangsa nampaknya hampir seluruh Pemimpin Bangsa ini cara kepemimpinann

Inohong : " Asep Suandar Sunarya "

Image
Jenis kesenian wayang golek memiliki fenomena tersendiri di dalam dunia kesenian. Keberadaannya masih terus dipertahankan agar tetap hidup sebagai salah satu khazanah Budaya Sunda, meskipun pementasannya dewasa ini sudah sangat langka dan terbatas pada tempat serta kesempatan tertentu saja. Bila mendengar nama Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya, maka kita akan langsung dapat mengingat Kesenian Wayang Golek yang merupakan salah satu warisan paling berharga untuk dilestarikan. Nilai-nilai luhung Seni dan Budaya Sunda. Wayang Golek versi Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya cenderung bergaya kontemporer. Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya dilahirkan pada tanggal 3 September 1955 merupakan putera ke-7 dari 13 bersaudara putera-puteri Ki Dalang legendaris Abah Sunarya dengan Ibu Cucun Jubaedah. Abah Sunarya merupakan pemilik sekaligus pendiri Perkumpulan Seni Wayang Golek Giri Harja. Selain Asep Sunandar Sunarya, anak Abah Sunarya lainnya yang berprofesi sebagai dalang adalah Ad

Silsilah dan Riwayat Pandawa

Image
Para Pandawa terdiri dari lima orang pangeran, tiga di antaranya ( Yudistira , Bima , dan Arjuna ) merupakan putra kandung Kunti , sedangkan yang lainnya ( Nakula dan Sadewa ) merupakan putra kandung Madri , namun ayah mereka sama, yaitu Pandu . Wangsa Yadawa Dinasti Kuru Raja Madra Surasena Byasa Ambalika Salya Kunti Pandu Madri Yudistira Bima Arjuna Nakula Sadewa Penitisan Menurut tradisi Hindu , kelima putra Pandu tersebut merupakan penitisan tidak secara langsung dari masing-masing Dewa. Hal tersebut

Silsilah Keluarga Pandawa dan Kurawa

Image
BAGAN SILSILAH KELUARGA PANDAWA DAN KURAWA Keterangan :

Sisindiran-Wawangsalan Bahasa-Basa Sunda

Bahasa kolot mah sisindiran téh asalna tina kecap sindir. Mun nurutkeun kamus Basa Sunda karangan R.Satjadibrata, sindir téh hartina: “Kecap atawa omongan anu hartina henteu sacéréwéléna/saujratna” (ilikan kamus Basa Sunda karangan R.Satjadibrata, kaca 376). Sisindiran téh nyaéta: omongan anu dibalibirkeun, anu dibungkus. Nya kawajiban urang anu kudu mesékna sangkan ngarti kana naon eusina, tegesna mah sangkan ngarti kana naon anu dimaksud ku nu ngomong atawa nyindiran téa. Minangka parabot pikeun mesékna téa, urang kudu surti, lemes rasa seukeut harti. Tah mun geus kitu mah, kakara urang bakal bisa ngarti kana maksudna, mun teu kitu mah nya lapur wéh. Mun ditilik tina wangunanana, sisindiran téh bisa dibagi kieu: 1. Wawangsulan/wawangsalan: a) Bangbalikan lanjaran b) Bangbalikan dangding c) Wawangsalan dangding 2. Rarakitan: a) Nu ngandung birahi b) Nu ngandung piwulang c) Nu ngandung lulucon 3. Paparikan: a) Nu ngandung birahi b) Nu ngandung piwulan

Silsilah Wewengkon di Bandung

Image
Tadi sempat menonton TV Bandung, kebetulan ada acara dialog yang dibawakan oleh pimpinan stasiun TV tersebut, H. Us Tiarsa. Dialog mengetengahkan Silsilah Penamaan Tempat di Bandung. Ditemani tiga orang tokoh, yaitu seorang sejarawan Dede Kosasih, seorang ahli Geografi (lupa namanya) dan seorang akademisi dari UPI –Universitas Padahal IKIP – yang juga lupa namanya. Acara cukup menarik karena berkaitan dengan kesemrawutan nama-nama tempat di Bandung yang disampaikan dalam Bahasa Sunda. Bapak Direktur TV Bandung ngabuka dialog, maparkeun kaayaan patempatan di Bandung nu dijéntrékeun ku para pakar asal muasalna atawa sarsilahna, sarsilah tina kaayaan biologis, geografis dugi kana sosialna. Anu lancar babasan Sundana ngan Bapa Tiarsa jeung sejarawan Bapa Dede Kosasih, nu dua deui rada tipaparétot, mani siga nu hésé nyarios Sunda téh. Eh, katerusan maké Basa Sunda…:D Dimulai dari asal-usul nama Bandung akademisi UPI merupakan nama dari mitos Sangkuriang, diperjelas secara g

PANCAKAKI (Silsilah Keluarga)

Pancakaki merupakan suatu sitem yang menggambarkan silsilah keluarga. Dalam pemahaman orang Sunda, pancakaki mengandung dua makna. Pertama, hubungan seseorang dengan orang lain yang sekeluarga atau yang masih bersaudara. Makna kedua merupakan makna tambahan dengan menelusuri hubungan kekerabatan. Ka handap: anak: turunan kahiji(turunan pertama) incu: turunan kadua, anak ti anak (cucu, turunan kedua, anak dari anak) buyut: turunan katilu, anak ti incu (cicit, turunan ketiga, anak dari cucu) bao: turunan kaopat, anak ti buyut (turunan keempat, anak dari buyut) Ka luhur: bapa: ayah indung: ibu aki: kakek, ayah dari ayah/ibu nini: nenek, ibu dari ayah/ibu uyut: ayah/ibu dari kakek/nenek bao: ayah/ibu daru uyut janggawaréng: ayah/ibu dari bao udeg-udeg: ayah/ibu dari janggawaréng kakait siwur: ayah/ibu dari udeg-udeg karuhun: silsilah ke atas yang sudah meninggal sesepuh: silsilah ke atas yang masih hidup

Silsilah Mahabarata

Image
Menurut Kamus Basa Sunda oleh M.A. Satjadibrata, arti silsilah itu ialah rangkaian keturunan seseorang yang ada kaitannya dengan orang lain yang menjadi istrinya dan sanak keluarganya. Silsilah tersebut adalah merupakan suatu susunan keluarga dari atas ke bawah dan ke samping, dengan menyebutkan nama keluarganya. Arti silsilah itu bersifat universal, yang artinya orang-orang di seluruh dunia mempunyai silsilah keturunannya dan pula, di seluruh benua akan dimaklumi, bahwa semua orang pasti akan mengagungkan leluhurnya. Kita sering membaca silsilah keturunan para raja yang termasuk sejarah atau silsilah para penguasa yang memerintah suatau daerah, baik yang ditulis pada prasasti maupun benda lain yang artinya bukan hanya untuk dikenal saja, tetapi untuk digaungkan oleh segenap masyarakatnya, dan dikenang akan jasa-jasanya. Jelas bagi kita, bahwa yang dimaksud dengan silsilah itu, ialah suatu daftar susunan nama orang-orang yang merupakan susunan keturunan dari suatu

Tatarucingan Kelasik

1. Make baju bodas lain dokter, make topi hejo lain tentara. (Toge) 2. Hayam naon anu sukuna sarebu? (Hayam keur pawey) 3. Diubek diteangan, geus kapanggih dipiceun. Naon? (Korong) 4. Naon sababna lamun tumpak mobil sok nundutan? (Sabab banna buleud) 5. Sato naon anu teu bisaeun mundur? (Sato nu nukangan tembok) 6. Bangku naon anu bisa didahar? (Bangkuang) 7. Cing pangnyebutkeun 5 rupa ngaran bungbuahan anu sok didahar, sakali nyebut! (Rujak) 8. Batu naon anu teu aya di cai? (Batu garing) 9. Oray naon anu teu bisaeun ngaleor? (Oray nu ngalegleg linggis) 10. Jalma naon anu sukuna tilu panonna opat? (Aki-aki make iteuk jeung kacamata) 11. Di luar koneng, di jero bodas, nu apaleun monyet. (Cau) 12. Hayam naon anu sukuna hiji? (Hayam nu keur jengke) 13. Bapana udud, indungna nyeuseuh, anakna ceurik. (Kareta api) 14. Gajah tumpak beca, gede naonna? (Gede bohongna) 15. Baso dibalikkeun jadi naon? (Bahe) 16. Awakna leutik pisan, sirahna gede pisan. (Sireum make

Pawongan

Image
Lurah Semar Badranaya Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana . Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sansekerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa. Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439. Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.

Biografi Asep Sunandar Sunarya

Image
ASEP SUNANDAR SUNARYA Jdenis kesenian wayang golek memiliki fenomena tersendiri di dalam dunia kesenian. Keberadaannya masih terus dipertahankan agar tetap hidup sebagai salah satu khazanah Budaya Sunda, meskipun pementasannya dewasa ini sudah sangat langka dan terbatas pada tempat serta kesempatan tertentu saja. Bila mendengar nama Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya, maka kita akan langsung dapat mengingat Kesenian Wayang Golek yang merupakan salah satu warisan paling berharga untuk dilestarikan. Nilai-nilai luhung Seni dan Budaya Sunda. Wayang Golek versi Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya cenderung bergaya kontemporer. Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya dilahirkan pada tanggal 3 September 1955 merupakan putera ke-7 dari 13 bersaudara putera-puteri Ki Dalang legendaris Abah Sunarya dengan Ibu Cucun Jubaedah.